Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905
Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang
KERANGKA
KONSEPTUAL UNTUK AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
6.1. KLASIFIKASI DAN KONFLIK KEPENTINGAN
6.2. MENUJU KE ARAH PERUMUSAN TUJUAN LAPORAN
KEUANGAN
6.2.1. Tujuan Laporan Keuangan Menurut APB Statement No.4
6.2.2. Laporan Kelompok Studi Mengenai Tujuan Laporan Keuangan
6.3. MENUJU KE ARAH KERANGKA KONSEPTUAL
6.3.1. Hakikat Kerangka Konseptual
6.3.2. Masalah-masalah Dalam kerangka Konseptual
6.3.3. Perkembangan Dari Sebuah Kerangka Konseptual
6.3.4. Tujuan Pelaporan Keuangan
6.3.5. Konsep-konsep Fundamental
6.3.6. Pengakuan Dan Pengukuran
6.4. Laporan-laporan Lain
6.4.1. Laporan Perusahaan
6.4.2. “Laporan Stamp”
6.5. TAKSONOMI KARAKTERISTIK NORMATIF YANG
HARUS DICERMINKAN OLEH PERNYATAAN-PERNYATAAN AKUNTANSI
KERANGKA
KONSEPTUAL UNTUK AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Teori akuntansi terdiri atas kerangka-kerangka acuan
yang menjadi dasar dari pengembangan teknik-teknik akuntansi. Kerangka-kerangka
acuan ini, nantinya akan terutama didasarkan pada penentuan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip akuntansi. Menyadari akan pentingnya arti tujuan, para profesi
akuntansi di Amerika Serikat, Inggris, Kanada telah melakukan beberapa usaha
percobaan untuk merumuskan tujuan dari laporankeuangan. Di Amerika Serikat,
pentingnya pengembangan tujuan pelaporan keuangan pertamakali diungkapkan oleh
laporan dari Study Group on the Objectives of Financial Statements (Laporan
Kelompok Studi mengenai Tujuan Laporan Keuangan) dan ditekankan lagi oleh usaha
yang dilakukan oleh FASB untuk mengembangkan suatu kerangka atau konstitusi
konseptual.Di Inggris, pentingnya tujuan-tujuan ini telah menjadi sorotan dari
publikasi The Corporate Report (Laporan Perusahaan) oleh Institute of
Chartered Accountants in England and Wales. Di Kanada, perhatian akan subjek
ini dipublikasikan dalam Corporate Reporting (Pelaporan Keuangan). Meskipun
relatif masih, semua usaha-usaha yang dilakukan di atas secara langsung
mendapat banyak pengaruh dari Bab 4 dalam APB Statement No.4.
6.1. KLASIFIKASI DAN KONFLIK KEPENTINGAN
Perumusan tujuan akuntansi tergantung pada
penyelesaian konflik kepentingan yangterdapat di pasar informasi. Atau lebih
spesifik lagi, laporan keuangan yang dihasilkan olehinteraksi tiga kelompok:
perusahaan, pengguna, dan profesi akuntansi.
Perusahaan (firm) membentuk kelompok utama
yang terlibat dalam proses akuntansi. Aktivitas-aktivitas operasional,
keuangan, dan luar biasa (atau non-operasional) yang mereka lakukan menjadi
justifikasi dari pembuatan laporan keuangan. Keberadaan dan perilaku mereka
menimbulkan hasil keuangan yang sebagian dapat diukur oleh proses akuntansi.
Perusahaan-perusahaan juga adalah penyedia informasi akuntansi.
Pengguna (user) membentuk kelompok kedua.
Pembuatan informasi akuntansi ipengaruhi oleh kepentingan dan kebutuhan
pengguna. Meskipun tidak mungkin untuk mengumpulkan suatu daftar lengkap
para pengguna, namun dapat dipastikan daftar tersebut akan mencantumkan
para pemegang saham, analis keuangan, kreditor, dan badan-badan pemerintah.
Profesi akuntansi (accounting
profession) membentuk kelompok ketiga yang dapat memengaruhi
informasi yang akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Para akuntan terutama
akan bertindak sebagai “auditor” yang bertanggung jawab untuk memverifikasi
bahwa laporan keuangan telah mematuhi prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Interaksi dari ketiga kelompok di atas dapat disajikan dalam sebuah
diagram venn,dimana lingkaran U mencerminkan kepentingan dari para pengguna
akan informasi yangdianggap bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi mereka,
lingkaran C mencerminkan kumpulan informasi yang diterbitkan dan diungkapkan
oleh perusahaan (entah ia berada di dalam atau di luar batasan dari
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum) dan lingkaran P mencerminkan
kumpulan informasi yang dapat dibuat dan diverifikasi oleh profesiakuntan. Area
yang diberi nama I mencerminkan kumpulan informasi yang dapat diterima oleh
semua tiga kelompok tersebut. Dengan kata lain, data-data ini diungkapkan oleh
perusahaan, para akuntan dapat membuat dan memverifikasinya, dan mereka
dianggap relevan oleh pengguna. Area II-VII mencerminkan area-area yang menjadi
konflik kepentingan.
6.2. MENUJU KE ARAH PERUMUSAN TUJUAN LAPORAN
KEUANGAN
6.2.1. Tujuan Laporan Keuangan Menurut APB Statement
No.4
Accounting Research
Division dari Accounting Principle Board di bentuk untuk memotovasi
dilakukannya riset mengenai dalil-dalil dan prinsip-prinsip dasar akuntansi.
Setelah itu, Accounting Principle Board merekomendasikan didefinisikannya
tujuan dari akuntansi dan konsep-konsep, prinsip dan terminologi dasar yang
dikenal sebagai “prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum” untuk dihitung
dan diuraikan. Tujuan-tujuan tersebut diringkas sebagai berikut:
1.
Tujuan khusus dari
lapora keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi,
dan perubahan lainnya dalam posisi keuangan.
2.
Tujuan umum dari
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a.
Untuk memberikan
informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari
perusahaan bisnis agar dapat:
I.
Mengevaluasi kelebihan
dan kekurangannya;
II.
Menunjukkan pendanaan
dan investasinya;
III.
Mengevaluasi kemampuan
dalam memenuhi komitmen-komitmennya;
IV.
Menunjukkan berbagai
dasar sumber daya bagi pertumbuhannya.
b.
Untuk memberikan
informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan sumber daya bersih dari
aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat:
I.
Menyajikan ekspektasi
pengembalian dividen kepada para investor;
II.
Menunjukkan kemampuan
operasi perusahaan dalam membayar kreditor dan pemasok, memberikan pekerjaan
bagi karyawan-karyawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk
perluasan usaha;
III.
Memberikan informasi
untuk perencanaan dan pengendalian kepada manajemen;
IV.
Menyajikan
profitabilitas dalam jangka panjang.
c.
Untuk memberikan
informasi keuangan yang dapat digunakan utuk mengestimasi potensi penghasilan
bagi perusahaan.
d.
Untuk memberikan
informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan
kewajiban.
e.
Untuk mengungkapkan
informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan.
3.
Tujuan kualitatif dari
akuntansi keuangan adalah sebagai berikut:
a.
Relevansi, yang artinya
pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk memberikan
bantuan kepada para pengguna dalam keputusan ekonomi mereka.
b.
Dapat dimengerti, yang
artinya tidak hanya informasi tersebut harus jelas, tetapi para pengguna juga
harus dapat memahaminya.
c.
Dapat diverifikasi,
yang artinya hasil akuntansi dapat didukung
oleh pengukuran-pengukuran yang independen, dengan menggunakan metode-metode
pengkuran yang sama.
d.
Netralitas, yang
artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna,
bukannya kebutuhan-kebutuhan tertentu dari pengguna-pengguna yang spesifik.
e.
Ketepatan waktu, yang
artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya
kelambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
f.
Komparabilitas (daya
banding), yang asecara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yag terjadi
seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang
diterapkan.
g.
Kelengkapan, yang
artinya telah dilaporkannya seluruh informasi yang “secara wajar” memenuhi
persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain.
6.2.2. Laporan
Kelompok Studi Mengenai Tujuan Laporan Keuangan
Metodologi yang
digunakan
Kelompok
studi untuk pembuatan prinsip-prinsip akuntansi yang dikenal sebagai “Komite Wheat” diberi tugas memperbaiki
dan meningkatkan proses penetapan stansar. Laporan yang dihasilkan komite ini
mencetuskan dibentukknya Financial
Accounting Standards Board (FASB). Kelompok studi kedua, dikenal sebagai
“Komite Trueblood” ditugaskan untuk
mengembangkan tujuan laporan keuangan. Yaitu dengan menentukan:
1. Siapa yang membutuhkan laporan keuangan;
2. Informasi apa yang mereka butuhkan;
3. Seberapa banyak dari infromasi yang dibutuhkan
itu dapat diberikan oleh akuntansi;
4. Kerangka apa yang dibutuhkan untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan tersebut.
Tujuan
laporan keuangan seperti yang dinyatakan dalam “Laporan Trueblood”
Enam tingkatan tujuan berikut ini
diambil dari laporan trueblood:
1. Tujuan
dasar (No.1).
2. Empat
tujuan (No. 2, 3, 1, dan 12) yang menyebutkan pengguna dan kegunaan yang
berbeda-beda dari informasi akuntansi.
3. Dua
tujuan (No. 4 dan 5) yang menyebutkan kekuatan menghasilkan (earning power)
perusahaan dan kemampuan manajemen (akuntabilitas) sebagai jenis informasi yang
dibutuhkan.
4. Satu
tujuan (No. 6) yang menyebutkan sifat dari informasi yang dibutuhkan sebagai
faktual dan interpretatif.
5. Empat
tujuan (No. 7, 8, 9,dan 10) yang menguaraikan laporan keuangan yang dibutuhkan
untuk memenuhi tujuan No. 6.
6. Beberapa
rekomendasi khusus untuk laporan keuangan yang di buat agar dapat memenuhi
tujuan-tujuan sebelumnya (No. 7, 8, 9, dan 10)
Karateristik
kualitatif pelaporan
Untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan
pengguna, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus memiliki
karateristik tertentu. “ Laporan True Blood ” menyebutkan 7 karateristik kualitatif
dari pelaporan:
1. Relevansi
dan materialitas;
2. Bentuk
dan substansi;
3. Keandalan;
4. Kebebasan
dari bias;
5. Komparabilitas;
6. Konsistensi;
7. Dapat
dimengerti
6.3. MENUJU KE ARAH KERANGKA KONSEPTUAL
6.3.1. Hakikat
Kerangka Konseptual
“Laporan Trueblood”
menetapkan 12 tujuan dan 7 karakteristik
kaulitatif dari pelaporan keuangan. Sejak dibentuk, FASB telah menyadari
akan pentingnya tujuan laporan keuangan dalam penggunan standar keuangan. FASB
juga meyadari bahwa keseluruhan masalah dalam penetapan standar tidak hanya
tergantung pada tujuan, namun juga pada pembakuan isi dan konsep dari tujuan.
Bahkan, dewan telah mengakui adanya penurunan kredibilitas dari pelapora
keuangan dibeberapa tahun belakangan, an memberikan kritikan atas terjadinya
situasi berikut ini:
· Dua
atau lebih metode akuntansi yang diterima untuk fakta-fakta yang sama.
· Digunakan
metode akuntansi yang kurang konservatif daripada metode awal yag lebih
konservatiif.
· Digunakan
pencadangan untuk memastikan fluktuasi pendapatan secara artifisial.
· Laporan
keuangan yang tidak mampu memberikan peringatan akan masalah likuiditas yang
segera terjadi. Penangguhan-penangguhan yang diikuti oleh penghapusbukuan
“mandi besar”.
· Adanya
optimisme yang mengikuti penyesuaian dalam estimasi jumlah yang akan diperoleh
kembali.
· Umumnya
pendanaan yang tidak tercatat dalam neraca (hanya berupa pengungkapan dari
laporan keuangan).
· Digunakan
penilaian yang tidak benar untuk menjustifikasi tidak diungkapkannya informasi
yang kurang menguntungkan atau menyimpang dari standar.
· Bentuk
menjadi relevan dari substansi (bentuk mengungguli substansi)
Untuk
memperbaiki situasi ini dan mencari cara yang lebih tepat dalam penetapan
standar dan meningkatkan pengguna laporan keuangan serta keyakinan terhadap pelaporan
keuangan, FASB membentuk suatu proyek kerangka konseptual. Dewan menjelaskan
proyek tersebut sebagai berikut:
Kerangka
konseptual adalah sebuah konstitusi, sebuah sistem koheren dari tujuan dan asas
yang saling berhubungan yang dapat mengarah kepada standar yang konsisten dan
menentukan sifat, fungsi, dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan. Konsep-konsep seperti ini menjadi asas dalam artian bahwa
konsep-konsep yang lain akan dihasilkan dari asas tersebut dan penggunaannya
sebagai acuan secara berulang-ulang akan dibutuhkan dalam menentukan,
mengartikan, dan menerapkan standar akuntansi dan pelaporan.
Sebuah
kerangka konseptual, ketika sudah substantif akan:
· Memandu
FASB dalam membuat standar akuntansi;
· Menjadi
kerangka acuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan akuntansi yang tidak
memiliki standar resmi yang spesifik;
· Menentukan
batasan pertimbangan dalam membuat laporan keuangan;
· Meningkatkan
komparabilitas dengan menurunkan jumlah metode akuntansi alternatif yang
tersedia.
6.3.2. Masalah-masalah
Dalam kerangka Konseptual
Sebelum memulai usaha
yang efektif dalam kerangka konseptual, FASB telah mencoba untuk menunjukkan
masalah konseptual terpenting yang berkaitan dengan penetapan standar. Ada
sembilan masalah yang disajikan untuk didiskusikan dan diselesaikan:
Masalah 1: Pandangan
mengenai laba atau penghasilan mana yang harus digunakan?
Ada tiga pandangan
berbeda yang diidenfikasikan dalam penentuan laba atau penghasilan (earnings):
· Pandangan
aktiva/kewajiban.
Pandangan
aktiva/kewajiban, atau yang disebut juga pandangan neraca atau pandangan
pemeliharaan modal (balance sheet or capital-maintenance view), berpendapat
bahwa pendapatan dan beban hanya berasal dari perubahan dalam aktiva dan
kewajiban. Pandangan aktiva/kewajiban hendaknya tidak diinterpretasikan sebagai
pengabaian atas prinsip penandingan atau pengaitan.
· Pandangan
pendapatan/beban.
Pandangan
pendapatan/beban, yaitu disebut juga pandnagan laporan laba rugi atau pandangan
penandingan (income statement or matching view), berpendapat bahwa adanya
pendapatan dan beban dihasilkan oleh adanya kebutuhan akan penandingan yang
tepat (paper matching). Penandingan yang merupakan proses pengukuran
fundamental dalam akuntansi terdiri atas dua langkah:
1. Pengakuan pendapatan atau waktu pengakuan
melalui prinsip realitas.
2. pengakuan beban dengan tiga kemungkinan cara:
a.
Mengasosiasikan
penyebab dan dampaknya, seperti harga pokok penjualan.
b.
Alokasi yang sistematis
dan rasional, seperti depresiasi (penyusutan).
c.
Pengakuan langsung,
seperti biaya penjualan dan administrasi.
Jadi,
berlawanan dengan pandangan aktiva/kewajiban, pandangan pendapatan/bebam
terutama menekankan pengukuran penghasilan perusahaan, dan bukannya kenaikan
atau penurunan modal bersih.
· Pandangan
nonartikulasi.
Pandangan
nonartikulasi didasarkan atas adanya kepercayaan bahwa artikulasi akan diikuti
oleh redundannsi (pencatatan yang berlebihan). “Karena seluruh peristiwa yang
dilaporkan di laporan laba rugi juga di laporkan di neraca., meskipun dari
sudut pandang yang berbeda.” Menurut pandangan ini, definisi dari aktiva dan
kewajiban dapat menjadi suatu hal yang sangat penting dalam penyajian posisi
keuangan dan bahwa definisi dari pendapatan dan beban dapat mendominasi
pengukuran penghasilan. Kedua laporan keuangan tersebut memiliki keberadaan dan
arti yang saling independen, karenanya dapat digunakan skema-skema pengukuran
yang berbeda untuk keduanya.
Dalam
dunia yang penuh ketidakpastian, tidaklah mungkin untuk membuat sistem
akuntansi di mana ekuitas buku (pendekatan neraca) dan penghasilan (pendekatan
laporan laba rugi) keduanya dapat memberikan estimasi untuk ekuitas nilai.
Seperti yang diungkapkan oleh Black, adalah memilih di antara empat alternatif
berikut ini:
1. kita dapat menyaring aturan-aturan akuntansi (dengan
terus menekankan pada objektivitas) untuk meningkatkan hubungan antara ekuitas
buku dengan ekuitas nilai. Maka laba bersih akan sangat tidak teratur dan
memberikan sedikit informasi yang berguna.
2. kita dapat menyaring aturan-aturan akuntansi
(dengan terus meningkatkan pada objektivitas) untuk meningkatkan hubungan
antara keuangan dengan nilai ekuitas. Maka ekuitas buku akan sangat kabur dan
memberikan sedikit informasi.
3. kita dapat melanjutkan praktikyang berlaku
dalam membuat beberapa pilihan yang meningkatkan hubungan antara ekuitas buku
dengan ekuitas nilai, dan pilihan-pilihan lain yang meingkatkan hubungan antara
keuntungan dengan ekuitas nilai. Hal ini akan membahayakan kedua sumber
informasi dan akan membingungkan kita mengenai bagaimana mengkombinasikan kedua
pilihan tersebut (dengan informasi lain) menjadi satu estimasi tunggal nilai
yang terbaik.
4. kita dapat meninggalkan artikulasi
konvensional. Hal ini akan memungkinkan kita mengambi pilihan yang meningkatkan
baik hubungan antara ekuitas buku dengan ekuitas nilai maupun hubungan antara
penghasilan dengan ekuitas nilai. Sebagai contoh, kita dapat meningkatkan
kegunaan pencatatan-pencatatan yang mengubah aktiva dan kewajiban dengan hanya
pengaruh yang kecil pada penghasilan.
Jika
artikulasi dapat dibuktikan sebagai suatu hal yang tidak hanya dibutuhkan namun
ternyata juga menguntungkan, maka pilihan yang ada hanyalah antara pandangan
aktiva/kewajiban atau pandangan pendapatan/beban. Pilihan diantara kedua
pandangan ini tergantung pada pandangan manakah yang merupakan proses
pengukuran yang fundamental:
1. pengukuran atirbut-atribut aktiva dan
kewajiban dan perubahan-perubahannya,
2. proses penandingan.
Jika
pengukuran atribut-atribut aktiva dab kewajiban dan perubahan-perubahannya dianggap
sebagai proses pengukuran yang fundamental (seperti dalam pandangan
aktiva/kewajiban), maka penghasilan hanya merupakan konsekuensi dan akibat dari
perubahan-perubahan tertentu dari aktiva dan kewajiban. Dengan kata lain, jika
proses penandingan dianggap sebagai proses pengukuran fundamental (seperti
dalam pandangan pendapatan/beban), maka perubahan yang terjadi dalam aktiva dan
kewajiban hanyalah konsekuensi akibat dari pendapatan dan beban.
Masalah
2-7: Definisi
Definisi
dari setiap elemen laporan keuangan dapat diberikan oleh pandangan
aktiva/kewajiban maupun pandangan pendapatan/beban.
Menurut
pandangan aktiva/kewajiban, aktiva adalah sumber daya ekonomi dari sebuah
perusahaan, mereka mencerminkan keuntungan-keuntungan dimasa depan yang
diharapkan menimbulkan arus kas masuk bersih secara langsung maupun tidak
langsung. Sumber daya ekonomi perusahaan itu sendiri adalah:
1. sumber daya produktif perusahaan,
2. hak-hak kontraktual untuk sumber daya
produktif,
3. produk,
4. uang,
5. klaim yang menerima uang,
6. kepemilikan saham di perusahaan lain.
6.3.3. Perkembangan
Dari Sebuah Kerangka Konseptual
Ada empat tingkatan dalam ruang
lingkup kerangka konseptual, yaitu:
1. Tingkat
pertama.
Pada
tingkat pertama, tujuan menunjukkan sasaran dan maksud dari akuntansi.
2. Tingkat
kedua.
Tingkat kedua terdiri dari hal-hal yang fundamental
meliputi karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi dan definisi
elemen-elemen dalam laporan keuangan.
3. Tingkat
ketiga.
Pada tingkat
ketiga, terdapat pedoman operasional yang digunakan oleh akuntan dalam
menentukan dan menerapkan standar akuntansi yang meliputi kriteria pengakuan,
laporan keuangan versus pelaporan keuangan dan pengukuran.
4. Tingkat keempat.
Tingkat keempat terdiri dari mekanisme
penyajian yang digunakan oleh akuntansi untuk menyampaikan informasi akuntansi
yang meliputi pelaporan penghasilan, pelaporan arus dana dan likuiditas, dan
pelaporan posisi keuangan.
6.3.4. Tujuan
Pelaporan Keuangan
Tujuan dari
pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis:
·
Memberikan informasi yang berguna bagi para calon
investor dan kreditor maupun yang sudah ada dan para pengguna lainnya dalam membuat
investasi, kredit, dan keputusan lainnya.
·
Memberikan informasi untuk membantu para calon
investor dan kreditor serta para pengguna lain yang sudah ada dalam menilai
jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan kas prospektif untuk deviden
atau bunga dan penerimaan dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya surat
berharga atau pinjaman.
·
Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi dari
perusahaan, klaim untuk sumber daya tersebut, serta dampak dari
transaksi-transaksi, peristiwa, dan kejadian yang mengubah sumber daya dan
klaim atas sumber daya tersebut.
·
Memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan selam
periode tersebut.
·
Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah informasi
mengenai kinerja perusahaan yang diperoleh mengenai pengangkutan penghasilan
dan komponen-komponennya.
·
Memberikan informasi bagaimana perusahaan memperoleh
dan menggunakan kasnya, mengenai pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman
tersebut, mengenai transaksi-transaksi modalnya, termasuk dividen kas dan
distribusi sumber daya ekonomi lainnya kepada pemilik, dan mengenai
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas maupun solvabilitas perusahaan
tersebut.
·
Memberikan informasi mengenai bagaimana manajemen dari
sebuah perusahaan menggunakan tanggung jawab pengurusannya kepada pemilik
(pemegang saham) untuk menggunakan sumber daya perusahaan yang dipercayakan
kepadanya.
·
Memberikan informasi yang berguna bagi para manajer
dan direktur dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan keinginan dari
pemilik.
Tujuan dari
pelaporan keuangan oleh perusahaan nonbisnis:
·
Tidak memiliki indikator kinerja yang dapat
dibandingkan dengan laba pada perusahaan bisnis;
·
Pada umumnya tidak menjadi subjek ujian dari kompetisi
dalam pasar.
Tiga
karakteristik utama perusahaan non bisnis:
·
Sejumlah sumber daya diterima dari penyedia sumber
daya, yang tidak mengharapkan untuk menerima pembayaran kembali ataupun keuntungan
ekonomi yang proporsional terhadap sumber daya yang telah mereka berikan.
·
Operasi bisnisnya terutama bergerak untuk
tujuan-tujuan selain penyediaan barang atua jasa yang mendapatkan laba atau
ekuivalen laba.
·
Tidak ada saham kepemilikan yang pasti yang dapat
dijual, dialihkan, atau ditebus, atau yang akan menjadi hak atas bagian dari
distribusi nilai sisa dari sumber daya pada saat organisasi di likuidasi.
Terdapat empat kelompok yang
khususnya berkepentingan dengan informasi yang disajikan oleh pelaporan
keuangan oleh organisasi nonbisnis:
·
Penyedia sumber daya: peminjam, pemasok, karyawan,
pembayar pajak, anggota, dan kontributor.
·
Elemen penyusun yang menggunakan dan memperoleh
keuntungan dari jasa-jasa yang diberikan oleh organisasi.
·
Badan-badan penyelenggara dan pengawas yang
bertanggung jawab untuk membuat kebijakan dan mengawasi serta menilai para
manajer dari organisasi nonbisnis.
·
Manajer organisasi-organisasi nonbisnis.
6.3.5. Konsep-konsep
Fundamental
Konsep-konsep fundamental meliputi karakteristik
kualitatif dari informasi akuntansi dan definisi dari elemen-elemen laporan
keuangan.
Karakteristik kualitatif dari
informasi akuntansi:
·
Relevansi: Informasi harus ditujukan atau di
asosiasikan secara bermanfaat dengan tindakan yang telah dirancang untuk
memfasilitasinya atau hasil yang ingin diperolehnya.
·
Keandalan: Kualitas yang memungkinkan pengguna data
agar dengan yakin mengandalkannya sebagai pencerminan dari apa yang dimaksud
untuk disajikan.
·
Kualitas sekunder: Kualitas kedua yang diusulkan oleh
statement of financial accounting concepst. No.2 FASB.
·
Pertimbangan biaya-manfaat: Salah satu bahasan umum
informasi akuntansi manfaat akan dicari jika keuntungan yang didapat dari
informasi tersebut melebihi biayanya. Jadi, sebelum menyiapkan dan menyebarkan
informasi keuangan, biaya dan manfaat dari penyedia informasi tersebut harus
diperbandingkan.
·
Materialitas (materiality): Dipandang sebagai ambang
batas untuk pengakuan. Materialitas adalah suatu kondisi yang dianggap penting
secara relatif.
Elemen-elemen
yang berkaitan langsung dengan pengukuran kinerja daan status dari perusahaan:
·
Aktiva: Kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan yang
diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat
transaksi atau peristiwa dimasa lalu.
·
Kewajiban: Kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di
masa depan yang timbul dari utang saat ini. Suatu entitas untuk mengalihkan
aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa depan sebagai akibat
dari transaksi atau peristiwa dimasa lalu.
·
Ekuitas: Kepentingan residual dari aktiva suatu
entitas yang tersisa setelah mengurangi dengan kewajibannya.
·
Investasi oleh pemilik: Peningkatan aktiva bersih dari
perusahaan yan diakibatkan pengalihan sesuatu yang bernilai kepada perusahaan
dari entitas lain untuk mendapatkan atau meningkatkan kepemilikan dari
perusahaan.
·
Distribusi kepada pemilik: Penurunan aktiva bersih
dari perusahaan yang diakibatkan oleh pengahlian aktiva, pemberian jasa, atau
timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
·
Laba komprehensif: Perubahan ekuitas (aktiva Bersih)
perusahaan selama periode tertentu yang diakibatkan dari transaksi dan
peristiwa serta kejadian- kejadian lain dari sumber non pemilik.
·
Pendapatan: Arus masuk atau peningkatan lain dari
aktiva atau sebuah entitas pelunasan kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi
dari keduanya) selama satu periode tertentu.
·
Beban: Arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva
dari sebuah entitas atau timbulnya kewajiban suatu entitas (atau kombinas dari
keduanya) selama satu periode tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau
produksi barang.
·
Keuntungan: Peningkatan ekuitas (aktiva bersih) yang
berasal dari transaksi entitas yang insidental atau sampingan dan dari semua
transaksi dan peristiwa serta kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama
satu periode tertentu yang timbul dari pendapatan atau investasi pemilik.
·
Kerugian: penurunan ekuitas (aktiva bersih) dari
transaksi entitas yang insidental atau sampingan dan dari semua transaksi dan
peristiwa serta kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode
tertentu kecuali yang timbul dari beban atau distribusi kepada pemilik.
6.3.6. Pengakuan
Dan Pengukuran
Kriteria pengakuan meliputi:
·
Definisi: hal tersebut memenuhi definisi dari sebuah
elemen laporan keuangan.
·
Dapat diukur: hal ini memiliki atribut yang relevan
dan dapat diukur dengan cukup andal.
·
Relevansi: informasi yang berkenaan membuat perbedaan
pada keputusan penggunanya.
·
Keandalan: informasi tersebut representasional, tepat,
dapat diverifikasi, dan netral.
Dalam
kaitannya dengan pengukuran, laporan melihat lima atribut yang berbeda dari
aktiva dan kewajiban, yaitu:
·
Biaya historis;
·
Biaya penggantian saat ini;
·
Nilai pasar saat ini;
·
Nilai bersih yang dapat direalisasi (pengganti);
·
Nilai arus kas masa depan saat ini (atau diskonto).
6.4. Laporan-laporan Lain
6.4.1. Laporan
Perusahaan
Laporan perusahaan merupakan laporan
yang berhubungan dengan akuntabilitas publik dari segala bentuk entitas
ekonomi, terutama pada perusahaan bisnis. Laporan ini mencoba untuk menyusun
sekumpulan konsep-konsep yang sedang dikembangkan sebagai dasar bagi pelaporan
keuangan.
Tujuan dari studi ini adalah untuk
memeriksa kembali ruang lingkup dan sasaran dari laporan keuangan yang telah
diterbitkan dilihat dari kebutuhan-kebutuhan dan kondisi modern.
Seberapa jauh laporan tersebut
memenuhi sasaran yang dinyatakan akan dibuktikan oleh teuan-temuan utama dan
rekomendasinya.
·
Pertama, filosofi dasar dan titik awal dari The
Corporate Report adalah bahwa laporan keuangan hendanya sesuai dengan
ekspektasi penggunaannya oleh pengguna potensial.
·
Kedua, laporan tersebut memberikan tanggung jawab
untuk melakukan pelaporan kepada “entitas ekonomi” yang memiliki dampak pada
masyarakat melalui aktivitas-aktivitasnya.
·
Ketiga, laporan tersebut mendefinisikan para pengguna
sebagai pihak yang memiliki hak wajar atas informasi dimana kebutuhan akan
informasi tersebut hendaknya disadari oelh laporan-laporan perusahaan.
·
Keempat, untuk memenuhi tujuan fundamental dari
laporan tahunan yang ditetapkan oleh filosofi dasar, disebutkan tujuan
arakteristik yang diharapkan yakni, bahwa laporan perusahaan tersebut harus
relevan, dapat dimengerti, dapat diandalkan, lengkap, objektif, tepat waktu,
dan dapat diperbandingkan.
·
Kelima, setelah mendokumentasikan keterbatasan dari
praktik-praktik pelaporan yang ada saat ini, maka di usulkan perlunya
laporan-laporan tambahan berikut ini:
a.
Laporan nilai tambah, yang menunjukkan bagaimana
keuntungan yang diperoleh dari usaha perusahaan dibagi antar karyawan,
penyandang modal, negara, dan investasi kembali.
b.
Laporan ketenagakerjaan, yang menunjukkan jumlah dan
komposisi dari tenagan kerja yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan,
kontribusi pekerjaan dari para karyawan dan manfaat-manfaat yang diterima.
c.
Laporan pertukaran uang dengan pemerintah, yang
menunjukkan hubungan keuangan antara perusahaan dengan negara.
d.
Laporan transaksi dalam mata uang asing, yang
menunjukkan transaksi-transaksi kas langsung antara inggris dengan negara
negara lain.
e.
Laporan prospek-prospek di masa depan, yang
menunujukkan kemungkinan laba di masa depan, tingkat penempatan kerja dan
investasi.
f.
Laporan tujuan perusahaan, yang menunjukkan kebijakan
manajemen dan sasaran-sasaran strategis jangka menengah.
6.4.2. “Laporan
Stamp”
Pendekatan
yang di usulkan oleh “Laporan Stamp” ini bersifat evolusioner. Hal ini
mengidentifikasikan masalah dan permasalahan konseptual dan memberikan solusi
dari segi identifikasi tujuan-tujuan laporan keuangan perusahaan, pengguna
laporan perusahaan, sifat dari kebutuhan para pengguna, dan kriteria untuk
penilaian mutu standar dan akuntabilitas korporat sebagai kemungkinan
komponen-komponen bagi kerangka konseptual Kanada.
Permasalahan konseptual dalam
penetapan standar
Beberapa permasalahan konseptual stamp yang rumit dan
harus dihadapi oleh para akuntan dalam perummusan standar adalah sebagai
berikut:
1. Masalah
alokasi: Akuntan harus membuat pengukuran secara berkala atas posisi keuangan
dan kinerja perusahaan dalam prosesnya, mengembangkan metode- metode alokasi
yang sistematis dan rasional.
2. Masalah
Laba: Laba dianggap dan didefinisikan sebagai hasil dari pembanding biaya
terhadap pendapatan atau sebagai perubahan dalam aktiva bersih dari ekuitas
selama satu periode berlangsung.
3. Fokus
Pelaporan: Konsep kepemilikan melihat urusan urusan keuangan perusahaan melalui
mata dari pemiliknya.
4. Konsep
Pemeliharaan modal: konsep pemeliharaan modal yang paling cocok yang digunakan
sebagai konsep permasalahan konseptual.
5. Dasar
valuasi aktiva: Dasar valuasi aktiva yang digunakan sebaiknya adalah biaya
historis,biaya penggantian, nilai bersih yang dapat direalisasikan atau nilai
bagi perusahaan.
6. Kenyataan
ekonomi: Masalah mengenai bagaimana memperhitungkan goodwill terutama yang
dihasilkan secara internal, mungkin adalah masalah yang paling membingungkan
dalam akuntansi dan satu asalah yang hampir pasti tak dapat dipecahkan.
Tujuan
pelaporan keuangan perusahaan
Salah satu
tujuan utama dari penerbitan laporan keuangan perusahaan adalah untuk menyediakan
akuntansi melalui fungsi fungsi pengurusan manajemen, dan juga keberhasilannya
(ataupun kebalikannya) dalam mencapai sasaran untuk menghasilkan kinerja
ekonomi perusahaan yang memuaskan dan menjaganya dalam posisi keuangan yang
sehat dan kuat.
Para pengguna
laporan perusahaan
Pengguna menuntut akuntabilitas, namun permasalahan
yang utama harus dapat dipecahkan untuk mendapatkan keseimbangan yang tepat
antara akuntabilitas dan hak untuk mendapatkan privasi.
Kebutuhan
Pengguna
Adanya
kesulitan dalam menentukan modal keputusan dari para pengguna. “Laporan Stamp”
menekankan bahwa salah satu masalah tersulit dalam pengembangan standar
akuntansi muncul dari adanya tidak kepedulian kita terhadap sifat dari proses
pengambilan keputusan dan mengenai rasionalitas proses mental yang digunakan
oleh pengguna dalam mencapai kesimpulannya.
Kriteria
untuk menilai kualitas dari standar dan akuntabilitas perusahaan
Untuk
mendefinisikan kriteria penilaian yang merupakan “ Alat ukur”, dimana penyusun
standar, sekaligus para pembuat dan pengguna dari laporan keuangan yang telah
diterbitkan, dapat memutuskan apakah laporan keuangan yang diterbitkan memang
benar telah memenuhi kebutuhan dari para pengguna dan tujuan dari pelaporan
keuangan.
Menuju ke
arah kerangka konseptual kanada
Proyek
kerangka konseptuan bagi kanada (dan negara negara lain), yang didasarkan atas
pendekatan evolusioner dan bergantung pada konsep konsep (tujuan dan kriteria
untuk penilaian), ditawarkan pada akhir dari “Laporan Stamp”.
6.5. TAKSONOMI KARAKTERISTIK NORMATIF YANG
HARUS DICERMINKAN OLEH PERNYATAAN-PERNYATAAN AKUNTANSI
Taksonomi
umum mengenai karakteristik normatif terdiri atas tiga kategori:
a.
Karakteristik formasional yang berhubungan dengan
perkembangan dari pernyataan dan dengan penilaian selanjutnya mengenai kegunaan
yang diberikan.
b.
Karakteristik operasional yang berhubungan dengan
mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh
pernyataan.
c.
Karakteristik informasional yang berhubungan dengan
kemampuan untuk menghasilkan data yang berguna dalam pengambilan keputusan.
0 komentar:
Posting Komentar