Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905
Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang
PERSPEKTIF-PERSPEKTIF PENELITIAN DALAM AKUNTANSI
A. PERSPEKTIF
PENELITI-PENELITI AKUNTANSI
2.1.
Perolehan ilmu akuntansi
Pada
dasarnya kita mulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman
konkret yang kita alami. Keunikan dari beberapa peristiwa, ritual atau fenomena
mengarahkan kita untuk meningkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan
atas apa yang sedang terjadi. Mengajarkan kita, jika kita cukup
termotivasi, untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan
generalisasi. Hal ini menggerakkan kita untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi,
untuk memahami implikasi yang dihasilkan oleh konsep tersebut pada
situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus pengetahuan yang kita
peroleh.
Hal
di atas sebenarnya menggambarkan proses yang menjelaskan perolehan suatu ilmu
akuntansi, yang berangkat dari fakta-fakta tertentu (diamati atau ditemukan)
berlanjut ke hipotesis-hipotesis tertentu lalu ke teori-teori umum hingga ke
hukum umum yang diamati atau ditemukan. Akan tetapi, model ini tidak membuat
suatu perbedaan antara proses perolehan ilmu pengetahuan, metodologinya, dan
epistemologinya.
Hubungan
antara epistemologi, metodologi, metode dan ilmu pengetahuan disajikan dalam
tampilan 2. Perhatikan bahwa pengetahuan terbagi tiga jenis.
·
Pengetahuan-bahwa atau pengetahuan
faktual
·
Pengetahuan-dari atau pengetahuan
bedasarkan perkenalan atau pengetahuan berdasarkan pengalaman, dan
·
Pengetahuan-bagaimana (Knowledge-How)
Model
dan Kolb et al juga digunakan oleh Roy Payne unuk mengintruksikan
perannya di dalam proses perolehan ilmu pengetahuan. Hal ini digambarkan dalam
tampilan 3.
2.2.
Klasifikasi penelitian-peelitian
akuntansi
Keragaman
ilmu pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan mengarah ke adanya kebutuhan
untuk mengklasifikasikan ilmu pada umumnya dan peneliti akuntansi pada
khususnya. Terdapat berbagai kemungkinan kerangka kerja untuk
mengklasifikasikan para peneliti secara umum termasuk tripologi dari Liam
Hudsom, Gerald Gordon, survei oleh Mitroff mengenai para Ilmuan Apollo, Abraham
Maslow dan C.G. Jung. Akan tetapi, tripologi dari C.G. Jung sepertinya yang
paling bermanfaat di dalam mengklasifikasi peneliti secara umum dan peneliti
akuntansi secara khusus.
Pada
dasarnya, Jung mengklasifikasikannya individual berdasarkan atas cara mereka
menerima informasi, baik melalui sensasi atau intuisi dan cara mereka menerima
keputusan, baik melalui pemikiran ataupun perasaan. Di bawah ini adalah
definisi komponen-komponen dimensi jung:
Kombinasi
dari kedua dimensi, seperti yang ditunjukkan dalam Tampilan 9.3, menghasilkan
empat jenis kepribadian:
Tampilan
3 Bentuk-bentuk ilmu pengetahuan dan siklus pembelajaran
·
Pengindraan-pemikiran
·
Pengindra-perasaan
·
Perasaan-intuisi
·
Pemikiran-intuisi
Tripologi
ini digunakan oleh Mitroff dan Kilman untuk menghasilkan klasifikasi para
peneliti
·
Ilmu Abstrak
·
Teoretikus Konseptual
·
Humanis Konseptual
·
Humanis Khusus
Ilmu
Abstrak, seseorang yang menggunakan indranya dan berfikir, dimotivasi oleh
penyelidikan yang menggunkan metodologi dan logika yang saksama, dengan fokus
pada kepasian, keakuratan dan keadalan, serta bergantung pada sebuah paradigma
konsisten yang sederhana dan terdefinisikan dengan baik.
Teorikus
Konseptual, seseorang yang berfikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan
banyak penjelasan atau hipotesis untuk fenomena yang terjadi dengan berfokus
pada penemuan dan bukan pengujian.
Humanis
Khusus, seseorang yang menggunakan indra dan perasaannya, berkepentingan dengan
keunikan dari individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang
unik daripada suatu akhir teoritis yang abstrak.
Humanis
Konseptual, seseorang yang menggunkan intuisi dan perasaanya, berfokus pada
kesejahteraan manusia yang mengarahkan oenyelidikan pribadinya ke arah kebaikan
dari umat manusia semua
B. PERSPEKTIF METODOLOGI AKUNTANSI: IDEOGRAFI
VERSUSU NOMOTESIS
Pandangan
yang telah diterima secara luas akan peran dari penelitian akuntansi adalah
bahwa ia berfugsi untuk:
Menyusun
hukum-hukum umum yang melingkupi perilaku dari peristiwa-peristiwa atau
objek-objek empiris yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tersebut, dan
karenannya memungkinkan kita menyatukan pengetahuan yang kita miliki dari
peristiwa-peristiwa yang diketahui secara terpisah dan untuk membuat prediksi
yang dapat diandalkan akan pristiwa-peristiwa yang mmasih belum diketahui.
Untuk
mengetahui fungsi di atas, model ilmu engetahuan alam, termasuk pengambilan
sampel yang cermat, pengukuran yang akurat, secara perancangan dan analisis
yang baik dari hipotesis-hipotesis yang didukung oleh teori, secara umum
dipergunakan sebagai model yang mendukung suatu penelitian yang baik. Hal
tersebut di atas kini mendapat penolakan, yang mengarah kepada timblnya
perdebatan metodologi ideografis versus nomotesis.
Orlando
Behling mengemukakan akan lima sasaran kunci dari penggunkan model ilmu
pengetahuan alam yang digunakan dalam penelitian ilmu sosial dan dapat
diterapkan dalam penelitian akuntansi yaitu:
·
Keunikan. Setiap organisasi, kelompok
dan manusia kesemuanya pada tingkat tertentu akan memiliki perbedaan satu sama
lain. Jadi pengembangan hukum umum yang benar presisi dalam perilaku organisasi
adalah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.
·
Ketidakstabilan. Fenomena ketertarikan
dari pada peneliti terhadap perilaku organisasiunal dan teori organisasi
sifatnya fana. Tidak hanya “fakta” dari peristiwa-peristiwa sosial akan berubah
seiring dengan waku, namun “hukum-hukum” yang mengaturnya pun ikut mengalami
perubahan. Penelitian ilmu alam kurang mampu untuk menangkap fenomena yang
berubah sedemikian cepat.
·
Sensitivitas. Tidak seperti
senyawa-senyawa kimi dan hal-hal lain yang menjadi perhatian dari para peneliti
ilmu alam. Orang-orang yang menyusun organisasi, artinya adalah organisasi itu
sendiri, akan dapat berperilaku secara berbeda jika mereka mengetahui akan
adanya hipotesis-hipotesis penelitian mengenai mereka.
·
Kurang sesuai dengan kenyataan.
Variabel-variabel yang memanipulasi dan mengendalikan di dalam penelitian
organisasional mengubah fenomena yang sedang dipelajari. Oleh karenanya para
peneliti tidak dapat meyamarkan kenyataan dengan studi-studi yang mereka
lakukan karena fenomena yang mereka amati pasti akan berbeda lawannya di dunia nyata.
·
Perbedaan epistemologis. Meskipun
memahami penyebab dan dampak melalui penelitian ilmu alam adalah suatu cara
yang tepat untuk “mengetahui” fenomena-enomena fisik, terhadap jenis
“pengetahuan” lain yang tidak dapat disentuh oleh pendekatan ini dan merupakan
suatu hal yang lebih penting bagi perilaku organisasional dan teori
organisasional.
Fenomonologi
memiliki skala yang lebih luas daripada pengamatan partisipan dan etnografi
dengan menekankan pada pencarian kenyataan seperti yang “telah ada” di dalam
struktur kesadaran universal bagi umat manusia. Hermert Spiegelberg menguraikan
tujuh langkah dari fenomenologi berikut ini untuk memandu para peneliti:
·
Menyelidiki fenomena tertentu
·
Menyelidiki ensensi ese
·
Memahami hubungan pentin yang terjadi di
antara esensi-esensi
·
Mengamati cara-cara penampilan
·
Mengamati konstitusi fenomena dalam
kesadaran
·
Menunda untuk mempercayai eksistensi
dari fenomena
·
Menginterpretasikan arti dari fenomena
Suatu
garis yang menghubungkan semua manfaat ini adalah peran penting yang diminkan
oleh metode kualitatif dalam triangulasi. Penelitian yang dilakukan kemungkinan
akan memberikan suatu pendekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang
memungkinkan akan memberikan suatu kedekatan yang menguntungkan terhadap
situasi, yang memungkinkan adanya sensitivitas yang lebih tinggi terhadap
banyak sumber data. Data kualitatif dan fungsi analisis berfungsi sebagai
[erekat yang menyatukan interpretasi dari hasil-hasil multimetode. Dalam satu
aspek tertentu, data kualitatif digunakan sebagai sebuah titik tanding penting
bagi metode kuantitatif. Sedangkan dari aspek lain, analisis mendapat
keuntungan dari persepsi yang diambil dari pengalaman pribadi dan pengamatan
langsung. Sehingga masuklah peneliti yang licik yang menggunakan data
kuantitatif untuk memperkaya dan memperjelas gambarnya.
Arti
dari semua hal di atas bagi praktik penelitian adalah pada akhir ia harus
mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut ini:
·
Melakukan baik peneliti nomotetis maupun
ideografis dan agregatnya.
·
Melakukan penelitian nomotetis dan
ideografis secara bergantian, menggunakan kedua metode tersebut secara
bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di beberapa kasus
tertentu dan mengtasi kelemahan yang dimiliki metode lainnya di beberapa kasus
yang lain.
·
Mengambangkan sebuah ilmu baru yang dapt
diuraikan dengan jelas sebagai berikut:
Ilmu
baru tersebut yang perlahan-lahan muncul kemungkinan akan lebih berbasis pada
pelaksana, berakar pada eksperimen, berorientasi praktis dan lebih dapat
mencerminkan dirinya sendiri daripada citra dari ilmu yang ada saaat ini. Ia
kemungkinan akan mempergunakan pemikiran Amerika yang “pragmatis” dari Pierce,
James, Dawey dan Mead dan pemikiran Jerman yang “”kritis” dari Marx, Dilthey,
Husserl, Weber, Heidegger, Gademer, dan Habermas. Ia mungkin akan berkembang
untuk bagian dalam dan menjembatani ke arah ketelitian dan generalisasi
penyelidikan dari bagian luar.
C. PERSPEKTIF ILMU AKUNTASI
Bagian
ini akan mengambil kerangka kerja dari Hipotesis Dunia oleh Pepper yang
memberikan empat pendekatan berbeda dalam memperoleh dan mengklasifikasikan
ilmu pengetahuan formal dalam akuntansi keempat pendekatan tersebut adalah
formisme, mekanisme, kontekstualisme, dan organisme. Mereka akan memberikan
apresiasi yang lebih baik mengenai sifat dari klaim ilmu pengetahuan yang
saling bersaing dan dinyatakan dalam penelitian akuntasni, sekaligus memperkaya
dan memperluas pemahaman kita mengenai akuntansi di dalam praktik.
3.1 “Hipotesis dunia” oleh Stephen Pepper
Pengetahua
adalah hasil dari sebuah penyempurnaan kognitif secara konstan: kritik dan
peningkatan klaim-klaim yang masuk akal, yang mengacu pada pengetahuan umum
sebagai dubitanda-klaim yang meragukan. Penyempurnaan kognitig ini dapat
dipercapai malalui.
·
Bukti pendukung multiplikatif, suatu
konfirmasi atas fenomena oleh beragam subjek, dan
·
bukti pendukung struktural, penggunaan
teori dan hipotesis mengenai dunia dan konfirmasinya oelh data empiris.
Dua
perangkat asumsi yang berkaitan dengan struktural logis dari alam sosial dapat
digunakan untuk membedakan masing-masing empat hipotesis tersebut. Hal ini
disajikan dalam tampilan 7 dimensi pertama membedakan antara teori-teori
dispersif dan integritif. Pada dasarnya teori analisis tidak mengakui dan
menafsirkan sintesis, sehingga kompleksitas dan konteks adalah suatu derivatif
dan bukannya merupakan bagian yang penting dari organisasi. Teori sintesis
sebaliknya merupakan komleksitas tau konteks sehingga analisis menjadi suatu
derivatif. Teori dispersif berfous pada interprestasi dari fakta-fakta yang
diambil satu persatu dari suatu keseluruhan fakta, yang terpancar cukup luas
dan bukan berarti saling menentukan satu sama lain hingga satu tingkat tertentu.
Sebagai akibat dari penggunaan kedua dimensi ini, keempat hipotesis dunia dapat
ditandai sebagai berikut:
·
formalisme terdiri atas teori-teori
analisis dapat dispersif
·
mekanisme terdiri atas teori-teoi
analisis dan integratif
·
kontekstualisme terdiri atas
teori-teori sintetis dan dispersif, serta
·
organisme terdiri atas teori-teori
sintetis dan integratif
Formisme
Formanisme
secara filosofis terhubung dengan “kenyataan” dan “idealisme platonik”, dengan
eksponen-ekponen seperti Plato dan Aristoteles. Hipotesis ini terdiri atas
teori-teori analitis dan dispersif. Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini
mengasumsikan formanisme berfokus pada fenomena-objek, peristiwa, proses-yang
diambil satu persatu dari sumber, yang mencoba unuk mengidentifikasikan
kesamaan atau perbedaan hanya melalui sebuah uraian, dan menerima hasil dari
penguraian tersebut.
Mekanisme
Mekanisme
secara filosofi terhubung dengan naturalisme atau materialisme dari Demokritus,
Lucretius, Galileo, Descartes, Hobbes, Locke, Barkeley, Hume, dan Reichenbach.
Seperti yang disajikan dalam tampilan 7, mekanisme terdiri atas teori-teori
analitis dan integratif. Metafora akarnya adalah sebuah mesin. Seperti
formisme, ia merupakan suatu teori analitis yang berfokus pada elemen-elemen
yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan bukannya sesuatu yang kompaleks atai
konteks. Akan tetapi, tidak seperti formanisme, ia integratif alam artian bahwa
dunia telah tertata dengan baik dan fakta-faktanya terjadi dalam suatu urutan
yang tertentu dan, jika cukup banyak halyang dapat diketahui, mereka dapat
diramalkan, atau paling sedikit diuraikan, sesuai dengan kebutuhannya.
Pengetahuan berjenis mekanisme ini memiliki enam ciri-ciri:
·
Seperti sebuah mesin, objek studi
terdiri atas bagian-bagian yang memiliki lokasi-lokasi tertentu.
·
Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk kuantitatif, sesuai dengan sifat utama dari mesin tersebut.
·
Hubungan resmi antara bagian-bagian dari
objek studi dapat diuraikan dengan rumus-rumus fungsional atau
korelasi-korelasi statistik. Hal ini merupakan pertanyaan dari antarahubngan di
antara bagian-bagian mesin.
·
Sebagai tambahan dari sifat utama,
terdapat karekteristik lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif, meskipun
tidak relevan secara langsung dengan objek studi: mereka dengan sifat-sifat
sekunder.
·
Sifat-sifat skunder tersebut juga
berhubungan secara prinsip dengan objek studi karena “jika memang terdapat
suatu uaraian tentang mesin, kita seharusnya ingin untuk menemukannya dan
menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat mempertahankan sifat-sifat
sekunder tertentu terletak pada bagian-bagian tertentu dari mesin tersebut.
·
Hukum-hukum sekunder menandai hubungan
yang stabil di antara sifat-sifat sekunder.
Konstektualisme
Kontekstualisme
berhubungan dengan pragmatisme dari Prerce, James, Bergson, Dewey, dan Mead.
Kontekstualisme terdiri atas baik teori sintetis maupun dispersif. Metafora
akarnya adalah peristiwa historis atau tindakan dalam konteks. Tidak seperti
formisme, kontekstualisme bersifat sntetis, di mana ia berfokus pada pola,
suatu keseluruhan objek studi daripada fakta-fakta yang terpisah. Seperti
formisme, kontekstualisme bersifat dispersif dimana fokusnya adalah pada
interpretasi dari fakta-fakta yang diambil satu per satu dari suatu keseluruhan
fakta.
Organisme
Organisisme
terhubung dengan absolut atau idealisme objektif dari schelling, hegel, green,
bradley, Bosanquet, dan royce. Metafora akarnya adalah integrasi keseluruhan
atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi ketepatan waktu dan struktur yang
bertahan. Seperti mekanisme, organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia
tersusun dari fakta-fakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat
diuraikan sekaligus diramalkan.
3.2 Formisme dalam akuntansi
Formisme
dalam akuntansi meliputi mencari akan kesamaan dan perbedaan diantara berbagai
objek studi yang berbeda – beda tanpa mempertimbangkan adanya kemungkinan
adanya hubungan diantara merek. Para formis dalam akuntansi biasanya menyadari
bahwa identifikasi dari persamaan dan perbedaan antara objek – objek studi
tidak cukup untuk menggambarkan realita akuntansi, dan mengharuskan adanya
suatu pengaitan antara praktik dan penelitian dalam akuntansi, akan tetapi pencarian
secara eksplisit dari penyebab kesamaan itu sendiri bukanlah bidang dari
formisme dalam akuntansi, melainkan lebih kepada bidang dari mekanisme.
3.3 Mekanisme dalam akuntansi
Mekanisme
dalam akuntansi tidak hanya meliputi mencari kesamaan dan perbedaan antara
berbagai objek studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif
yang memungkinkan dilakukan pengurangaian dan permasalahan. Mekanisme dalam
akuntansi adalah juga pencarian keteraturan empiris antara fenomena yang
berbeda – beda melalui berbagai bentuk kolerasi studi. Prinsip – prinsip
dan hubungan – hubungan antara bagian terasebut. Hal ini mengahruskan hal ini
mengahruskan adanya operasionalisasi dari dimensi – dimensi yang berlainan dan
yang menjaga mereka tetap berhubungan.
·
Tingkat koefisien korelasi yang tidak
memuaskan
·
kurangnya kendali bagi penjelasan –
penjelasan alternatif
·
sampel –sampel yang tidak representatif,
dan
·
pengulangan tanpa akhir namun mekanisme
dalam akuntansi berfokus kepada pencapaian penguraian yang semakin mendalam dan
dan pengajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi
yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian – bagian dari objek
penelitian akuntansi.
Penyingkatan
telah menjadi produk dari mekanisme dalam akuntansi. Malasalah lain yang
dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansiu adalah adanya asumsi tidak langsung, ukuran
tidak memiliki perbedaan, dan hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan
3.4 Kontekstualisme dalam akuntansi
Kontekstualisme
dalam akuntansi berfokus pada interprestasi dari fakta – fakta independen yang
diperoleh dari seperangkat fakta menurut suatu konteks spesifik yang akan
menciptakan suatu pola.fakta – fakta yang terdapat disetiap pola diasumsikan
akan mengalami perubahan dan menerima hal – hal baru. Perbedaan fundamental anatara
kontekstualisme dan formisme dalam akuntansi adalah bahwa fakta – faktanya kini
dikumpulkan kedalam konteks – konteks spesifik. Oleh karenanya, dapat
dinyatakan bahwa setiap ilmu teknik baru dibidang akuntansi yang di
akumulasikan untuk konteks – konteks yang spesifik akan merupakan suatu contoh
yang baik konstekstualisme dalam akuntansi. Contoh – contoh dari konstek baru
ini meliputi :
·
Periwtiwa – peristiwa ekonomi, seperti
kebangkrutan, pengambilalihan, pemeringkatan obligasi
·
Klasifikasi industri
·
Klasifikasi sementara, seperti sebelum
dan sesudah peristiwa besar dibidang politik, ekonomi, atau sosial
·
Kontekstualisme dalam penelitian
akuntansi bergantung pada analisis dari fakta – fakta yang hanya diverifikasi
secara langsung, fakta – fakta yang spesifik terhadap situasi tertentu, seperti
misalnya pada suatu industri tertentu. Sehingga hasil akhirnya memiliki akan
memiliki ruang lingkup yang terbatas.
3.5 Organisisme di dalam akuntansi
Bagi
mereka menerapkan organisisme didalam akuntansi akan berfokus pada gestalt yang
spesifik sebagai objek studinya, yang terdiri dari fakta – fakta yang tertera
dengan baik dan terintegrasi serta dapat diuraikan sekaligus diramalkan.
Seperti mekanisme dalam akuntansi, oerganisisme mencari determinasi dari
keteraturan empiris dianatara fenomena – fenomena yang berbeda melalui bergam
bentuk analisi statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pencarian keteraturan
empiris tersebut dipersempit kepada konteks – konteks atau gestalt yang
spesifik. Organisme dalam akuntansi dipandang sebagai salah satu faktor yang
penting dalam penelitian akuntansi di masa datang. Seperti yang dinyatakan oleh
Beaver:
Faktor
kedua adalah penekanan kepada penelitian konstektual dan bukannya penelitian
generik. Secara tidak langsung, hal ini telah tertera secara implisit dalam
faktor pertama dimana terdapat penekanan pada kenyataan instituasioanal, yang
cenderung untuk mengarah kepada konteks – konteks khusus.
D. PRESFEKTIF PADA PENELITIAN AKUNTANSI
Penilitian
akuntansi banyak ragam dan pilihan. Penelitian akuntansi tampak seperti
mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan jenis kenyataannya
ternyata sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi akuntansi
melakukan penelitian dengan didasarkan pada asumsi – asumsi berhubungan dengan
hakikat dari hubungan sosial dan dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah
diterapkan oleh Burell dan Morgan dalam organisasional dapat digunakan untuk
membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi pandangan fungsionalis,
pandangan interpretatif, pandangan humanis radikal, dan strukturalis radikal.
4.1 Kerangka kerja Burell dan Morgan
1. Hakikat
dari ilmu sosial
Terdapat
empat asumsi dibahas dalam kaitannya denga hakikat dari ilmu sosial, yaitu
epistemologi, sifat manusia, dan metodologi. Asumsi – asumsi ini juga dapat
dipikirkan dari segi subjektif – objektif.
·
Pertama asumsi antologis,
berhubungan dengan esnsi paling mendasar dari fenomena akuntansi yang
melibatkan perbedaan – perbedaan niminalisme – realisme.
·
Kedua tentang epistimologis yang
berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat pengetahuan, melibatkan debat
antipositivisme – positivisme.
·
Ketiga, perdebatan sifat manusia,
berkaitan dengan hubungan manusia dan lingkungannya, yang melibatkan perbedaan
voluntarisme – determinisme.
·
Keempat, perbedaan mengenai metodologi,
yang berkaitan dengan metode – metode yang digunakan untuk melakukan
penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan perbedaan ideografis –
nomotetis.
2. Hakikat
dari masyarakat
Telah
dibuat asumsi mengenai hakikat masyarakat – yaitu, perbedaan susunan – konflik,
atau lebih tepat algi, perdebatan regulasi – perubahan radikal. Sosiologi
regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan befokus kepada kesatuan
dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi perubahan
radikal sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada
perubahan radikal, konflik struktural mendalam, cara – cara pendominasian, dan
pertentangan struktural yang terjadi pada masyarakat modern.
3. Kerangka
kerja untuk analisis penelitian
Seperti
yang telah dibahas sebelunya, setiap disiplin ilmu sosial, termasuk akuntansi
dapat dianalis berdasarkan asumsi metateoritas mengenai hakikat dari ilmu
pengetahuan, dimensi subjektif – objektif, dan mengenai hakikat masyarakat,
dimensi – regulasi perubahan radikal. Dengan menggunakan kedua dimesnis ini.
Burell dan Morgan mampu mengembangkan suatu skema yang koheren untuk melakukan
analisis atas teori sosial secara umum dan anlisi organisasional secara khusus.
Skema ini terdiri dari empat paradigma yang berbeda dan diberi nama (1) humanis
radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi subjektif. (2)
struktural radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi objektif.
(4) interperetatif, yang ditandai oleh dimensi subjektif dan regulasi, dan (4)
fungsional, yang ditandai oleh dimensi objektif dan regulasi. Kerangka kerja
ini digambarkan, ini membentuk empat pandangan mengenai realitas yang digunakan
untuk menganalisis beragam teori – teori sosial termasuk diantaranya
akuntansi.
4.2 Pandangan fungsional dalam akuntansi
Pandangan
fungsional akuntansi berfokus pada penjelasan keterturan sosial, dimana
akuntansi memainkan sebuah peranan, jika dilihat dari modus pandangan seorang
realis, positivis, determinis, dan nomotetis ia berhubungan dengan regulasi
secara efektif atas dasar bukti yang objektif.
Paradigma
fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagaii hubungan dunia
nyata yang konkrit yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang
dapat diterima dengan disertai penjelasan permanfaatan ilmiah.
4.3 Pandangan interpretatif dalam akuntansi
Pandangan
interpretatif dalam akuntansi akan berfokus pada menjelaskan tatanan sosial
dari sudut pandang dari seorang normalis, antipositivis, voluntaris, dan
ideologis. Dalam akuntanis ia akan menjadi pemaham pengalaman yang subjektif
yang dialami oleh individu yang terlibat persiapan, komunikasi, verifikasi,
naskah – naskah akuntansi, literatur akuntansi, bahasa – bahasa akuntansi, dan
ideologi – ideologi akuntansi, dengan menggunakan metode verstehen.
Bagi
para interpretasi, akuntansi tidak boleh lebih dari hanya sekedar nama, konsep,
dan label yang digunakan untuk membuat suatu kenyataan sosial. Ian hanya dapat
dimengerti dari sudut pandang pihak – pihak yang terlibat langsung dalam
pembuatan, komunikasi dan penggunaannya. Secara metodologis, metode – metode
ideografis dan bukannya metode hipotetis – deduktif yang dibutuhkan untuk
menghidupkan kembali definisi pelaksanaan atas masalah.
Oleh
karenannya, asumsi – asumsi yang dominan dari pandangan interprentatif dalam
akuntansi hendaknya adalah:
·
Percaya pada pengetahuan
·
Percaya kepada kenyataan fisik dan
sosial
·
Hubungan antara Teori dan Pabrik
4.4 Pandangan humanis radikal dalam akuntansi
Pandang
radikal humanis dalam akuntansi akan berfokus pada penjelasan tatanan sosial
dari perspektif seorang nominalis, voluntaris, serta ideografis memberikan
penekanan bentuk –bentuk dari perubahan radikal. Pandangan ini menghargai semua
penelitian yang memperkecil kritik filosofis yang diberikan kepada beberapa
metodologi normatif.
4.5 Pandangan strukturalis radikal dalam
akuntansni
Pandangan
sturkturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial dari sudut
pandang seorang realis, positivis, dan nomotetis. Pandangan ini akan mencari
perubahan yang radikal, emansipasi, dan potenasionalitas dengan menggunakan
sebuah analisis yang ditekankan pada konflik struktural, cara – cara dominasi,
kontradiksi, dan penghapusan hak. Paradigma ini akan menciptakan teori – teori
akuntansi yang didasarkan atas metafora – metafora seperti alat dominasi,
sistem skismatis, dan bencanan.
E. FONDASI INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI
5.1 Akuntansi berbasis ekonomi marginal
Ekonomi
margina neoklasik telah memberikan pengaruh besar pada praktik,teori,dan
penelitian akuntansi. Berbagai tema yang saat ini sedang terjadi adalah bukti
yang baik dari pengaruh tersebut,
Komitmen
akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua
penekanan, yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan
independensi. Penekanan pertama mencakup baik pandangan atas kedaulatan dari
masing-masing pemilik,yang mengabaikan pemisahan antara kepemilikan dan
manajemen, ,maupun pandangan yang secara eksplisit mengakui pemisahan antara
kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga perusahaan sebagai pihak yang
‘’sah’’ memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya tertentu.
5.2 Akuntansi ekonomi politis
Akuntansi
ekonomi politis dipicu oleh adanya keterbatasan dari ekonomi marginal dan
keunggulan dari ekonomi politis. Seperti misalnya, tidak seperti marginalisme,
ekonomi politis mengakui adanya dua dimensi modal: satu sebagai instrumen
(fisik) dari produksi dan satu lagi sebagai hubungan manusia dengan manusia
dalam sebuah organisasi sosial.73 Perbedaan bentuk masyarakat (feodal, perbudakan,
kapitalis, dan seterusnya) terjadi dan ditandai oleh perbedaan
institusi-institusi sosial (contohnya, hukum, negara, pendidikan, agama,
undang-undang dan peraturan, administrasi politik pemerintah). Dalam
masing-masing masyarakat di atas terdapat kelompok-kelompok yang saling
bertentangan dengan kekuatan yang bermacam-macam dan berusaha untuk meraih
dominasi, yang mungkin selanjutnya akan mengarah pada bentuk-bentuk
eksploitasi,pengasingan,dan ketidakadilan. Oleh karena itu, tidak seperti situasi
yang terjadi pada marginalisme, di sini akuntansi memainkan sebuah peranan
idiologis dalam melegitimasi idiologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan
dalam membingungkan hubungan antara golongan-golongan di dalam masyarakat dan
memperkuat kembali distribusi kekuatan yang tidak merata.74 Akuntansi sebagai
suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi ekonomi politis.
5.3 Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis
untuk
meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah
di buat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha
tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah
lingkungan sosial dan ekonomi. Beberapa usulan ini meliputi.80
Ø suatu
keterkaitan dengan matematika
Ø suatu
fokus teri keputusan
Ø suatu
refrensi terhadap elemen – elemen dari teori pengukiuran formal
Ø suatu
penekanan pada setting pasar modal, yang paralel dengan keuangan modern
Ø suatu
peranan bagi pendekatan ekonomi informasi
Ø suatu
perhatian bagi implikasi dari model – model pilihan probalistik, yang menerapkan
psikologi matematis, bagi pilihan dan pengguanaa teori informasi
akunatansi
Ø suatu
pondasi yang berdasarkan atas teori postif dari akuntansi
Ø suatu
teori akuntansi yang berdasarkan atas teori kontrak
Ø suatu
pendekatan multidimensional yang akan meinjam akan bergantung pada sumbangan –
sumbangan pada bidang bisnis yang sudah terkenal seperti :
·
rasionalitas yang terbatas
·
relatifismelingustik
·
ekonomi tenaga kerja ganda
·
teorema ketidak relevanan dividen
·
teori organisional dari perusahaan
·
ekspektasi rasional
·
audit statistikal
0 komentar:
Posting Komentar