Sabtu, 29 November 2014

[BAB 9] - Teori Akuntansi - Perspektif-Perspektif Penelitian Dalam Akuntansi

Diposting oleh Unknown di 18.40


Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905

Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang




PERSPEKTIF-PERSPEKTIF PENELITIAN DALAM AKUNTANSI


A.        PERSPEKTIF PENELITI-PENELITI AKUNTANSI
2.1.      Perolehan ilmu akuntansi
Pada dasarnya kita mulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman konkret yang kita alami. Keunikan dari beberapa peristiwa, ritual atau fenomena mengarahkan kita untuk meningkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan atas apa yang sedang terjadi. Mengajarkan kita, jika kita  cukup termotivasi, untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan oleh konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus pengetahuan yang kita peroleh.
Hal di atas sebenarnya menggambarkan proses yang menjelaskan perolehan suatu ilmu akuntansi, yang berangkat dari fakta-fakta tertentu (diamati atau ditemukan) berlanjut ke hipotesis-hipotesis tertentu lalu ke teori-teori umum hingga ke hukum umum yang diamati atau ditemukan. Akan tetapi, model ini tidak membuat suatu perbedaan antara proses perolehan ilmu pengetahuan, metodologinya, dan epistemologinya.
Hubungan antara epistemologi, metodologi, metode dan ilmu pengetahuan disajikan dalam tampilan 2. Perhatikan bahwa pengetahuan terbagi tiga jenis.
·         Pengetahuan-bahwa atau pengetahuan faktual
·         Pengetahuan-dari atau pengetahuan bedasarkan perkenalan atau pengetahuan berdasarkan pengalaman, dan
·         Pengetahuan-bagaimana (Knowledge-How)
Model dan Kolb et al juga digunakan oleh Roy Payne unuk mengintruksikan perannya di dalam proses perolehan ilmu pengetahuan. Hal ini digambarkan dalam tampilan 3.  
2.2.      Klasifikasi penelitian-peelitian akuntansi
Keragaman ilmu pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan mengarah ke adanya kebutuhan untuk mengklasifikasikan ilmu pada umumnya dan peneliti akuntansi pada khususnya. Terdapat berbagai kemungkinan kerangka kerja untuk mengklasifikasikan para peneliti secara umum termasuk tripologi dari Liam Hudsom, Gerald Gordon, survei oleh Mitroff mengenai para Ilmuan Apollo, Abraham Maslow dan C.G. Jung. Akan tetapi, tripologi dari C.G. Jung sepertinya yang paling bermanfaat di dalam mengklasifikasi peneliti secara umum dan peneliti akuntansi secara khusus.
Pada dasarnya, Jung mengklasifikasikannya individual berdasarkan atas cara mereka menerima informasi, baik melalui sensasi atau intuisi dan cara mereka menerima keputusan, baik melalui pemikiran ataupun perasaan. Di bawah ini adalah definisi komponen-komponen dimensi jung:
Kombinasi dari kedua dimensi, seperti yang ditunjukkan dalam Tampilan 9.3, menghasilkan empat jenis kepribadian:
Tampilan 3  Bentuk-bentuk ilmu pengetahuan dan siklus pembelajaran
·         Pengindraan-pemikiran
·         Pengindra-perasaan
·         Perasaan-intuisi
·         Pemikiran-intuisi
Tripologi ini digunakan oleh Mitroff dan Kilman untuk menghasilkan klasifikasi para peneliti
·         Ilmu Abstrak
·         Teoretikus Konseptual
·         Humanis Konseptual
·         Humanis Khusus
Ilmu Abstrak, seseorang yang menggunakan indranya dan berfikir, dimotivasi oleh penyelidikan yang menggunkan metodologi dan logika yang saksama, dengan fokus pada kepasian, keakuratan dan keadalan, serta bergantung pada sebuah paradigma konsisten yang sederhana dan terdefinisikan dengan baik.
Teorikus Konseptual, seseorang yang berfikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak penjelasan atau hipotesis untuk fenomena yang terjadi dengan berfokus pada penemuan dan bukan pengujian.
Humanis Khusus, seseorang yang menggunakan indra dan perasaannya, berkepentingan dengan keunikan dari individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang unik daripada suatu akhir teoritis yang abstrak.
Humanis Konseptual, seseorang yang menggunkan intuisi dan perasaanya, berfokus pada kesejahteraan manusia yang mengarahkan oenyelidikan pribadinya ke arah kebaikan dari umat manusia semua

B.        PERSPEKTIF METODOLOGI AKUNTANSI: IDEOGRAFI VERSUSU NOMOTESIS
Pandangan yang telah diterima secara luas akan peran dari penelitian akuntansi adalah bahwa ia berfugsi untuk:
Menyusun hukum-hukum umum yang melingkupi perilaku dari peristiwa-peristiwa atau objek-objek empiris yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tersebut, dan karenannya memungkinkan kita menyatukan pengetahuan yang kita miliki dari peristiwa-peristiwa yang diketahui secara terpisah dan untuk membuat prediksi yang dapat diandalkan akan pristiwa-peristiwa yang mmasih belum diketahui.
Untuk mengetahui fungsi di atas, model ilmu engetahuan alam, termasuk pengambilan sampel yang cermat, pengukuran yang akurat, secara perancangan dan analisis yang baik dari hipotesis-hipotesis yang didukung oleh teori, secara umum dipergunakan sebagai model yang mendukung suatu penelitian yang baik. Hal tersebut di atas kini mendapat penolakan, yang mengarah kepada timblnya perdebatan metodologi ideografis versus nomotesis.
Orlando Behling mengemukakan akan lima sasaran kunci dari penggunkan model ilmu pengetahuan alam yang digunakan dalam penelitian ilmu sosial dan dapat diterapkan dalam penelitian akuntansi yaitu:
·         Keunikan. Setiap organisasi, kelompok dan manusia kesemuanya pada tingkat tertentu akan memiliki perbedaan satu sama lain. Jadi pengembangan hukum umum yang benar presisi dalam perilaku organisasi adalah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.
·         Ketidakstabilan. Fenomena ketertarikan dari pada peneliti terhadap perilaku organisasiunal dan teori organisasi sifatnya fana. Tidak hanya “fakta” dari peristiwa-peristiwa sosial akan berubah seiring dengan waku, namun “hukum-hukum” yang mengaturnya pun ikut mengalami perubahan. Penelitian ilmu alam kurang mampu untuk menangkap fenomena yang berubah sedemikian cepat.
·         Sensitivitas. Tidak seperti senyawa-senyawa kimi dan hal-hal lain yang menjadi perhatian dari para peneliti ilmu alam. Orang-orang yang menyusun organisasi, artinya adalah organisasi itu sendiri, akan dapat berperilaku secara berbeda jika mereka mengetahui akan adanya hipotesis-hipotesis penelitian mengenai mereka.
·         Kurang sesuai dengan kenyataan. Variabel-variabel yang memanipulasi dan mengendalikan di dalam penelitian organisasional mengubah fenomena yang sedang dipelajari. Oleh karenanya para peneliti tidak dapat meyamarkan kenyataan dengan studi-studi yang mereka lakukan karena fenomena yang mereka amati pasti akan berbeda lawannya di dunia nyata.
·         Perbedaan epistemologis. Meskipun memahami penyebab dan dampak melalui penelitian ilmu alam adalah suatu cara yang tepat untuk “mengetahui” fenomena-enomena fisik, terhadap jenis “pengetahuan” lain yang tidak dapat disentuh oleh pendekatan ini dan merupakan suatu hal yang lebih penting bagi perilaku organisasional dan teori organisasional.
Fenomonologi memiliki skala yang lebih luas daripada pengamatan partisipan dan etnografi dengan menekankan pada pencarian kenyataan seperti yang “telah ada” di dalam struktur kesadaran universal bagi umat manusia. Hermert Spiegelberg menguraikan tujuh langkah dari fenomenologi berikut ini untuk memandu para peneliti:
·         Menyelidiki fenomena tertentu
·         Menyelidiki ensensi ese
·         Memahami hubungan pentin yang terjadi di antara esensi-esensi
·         Mengamati cara-cara penampilan
·         Mengamati konstitusi fenomena dalam kesadaran
·         Menunda untuk mempercayai eksistensi dari fenomena
·         Menginterpretasikan arti dari fenomena
Suatu garis yang menghubungkan semua manfaat ini adalah peran penting yang diminkan oleh metode kualitatif dalam triangulasi. Penelitian yang dilakukan kemungkinan akan memberikan suatu pendekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang memungkinkan akan memberikan suatu kedekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang memungkinkan adanya sensitivitas yang lebih tinggi terhadap banyak sumber data. Data kualitatif dan fungsi analisis berfungsi sebagai [erekat yang menyatukan interpretasi dari hasil-hasil multimetode. Dalam satu aspek tertentu, data kualitatif digunakan sebagai sebuah titik tanding penting bagi metode kuantitatif. Sedangkan dari aspek lain, analisis mendapat keuntungan dari persepsi yang diambil dari pengalaman pribadi dan pengamatan langsung. Sehingga masuklah peneliti yang licik yang menggunakan data kuantitatif untuk memperkaya dan memperjelas gambarnya.
Arti dari semua hal di atas bagi praktik penelitian adalah pada akhir ia harus mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut ini:
·         Melakukan baik peneliti nomotetis maupun ideografis dan agregatnya.
·         Melakukan penelitian nomotetis dan ideografis secara bergantian, menggunakan kedua metode tersebut secara bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di beberapa kasus tertentu dan mengtasi kelemahan yang dimiliki metode lainnya di beberapa kasus yang lain.
·         Mengambangkan sebuah ilmu baru yang dapt diuraikan dengan jelas sebagai berikut:
Ilmu baru tersebut yang perlahan-lahan muncul kemungkinan akan lebih berbasis pada pelaksana, berakar pada eksperimen, berorientasi praktis dan lebih dapat mencerminkan dirinya sendiri daripada citra dari ilmu yang ada saaat ini. Ia kemungkinan akan mempergunakan pemikiran Amerika yang “pragmatis” dari Pierce, James, Dawey dan Mead dan pemikiran Jerman yang “”kritis” dari Marx, Dilthey, Husserl, Weber, Heidegger, Gademer, dan Habermas. Ia mungkin akan berkembang untuk bagian dalam dan menjembatani ke arah ketelitian dan generalisasi penyelidikan dari bagian luar.

C.        PERSPEKTIF ILMU AKUNTASI
Bagian ini akan mengambil kerangka kerja dari Hipotesis Dunia oleh Pepper yang memberikan empat pendekatan berbeda dalam memperoleh dan mengklasifikasikan ilmu pengetahuan formal dalam akuntansi keempat pendekatan tersebut adalah formisme, mekanisme, kontekstualisme, dan organisme. Mereka akan memberikan apresiasi yang lebih baik mengenai sifat dari klaim ilmu pengetahuan yang saling bersaing dan dinyatakan dalam penelitian akuntasni, sekaligus memperkaya dan memperluas pemahaman kita mengenai akuntansi di dalam praktik.
3.1       “Hipotesis dunia” oleh Stephen Pepper
Pengetahua adalah hasil dari sebuah penyempurnaan kognitif secara konstan: kritik dan peningkatan klaim-klaim yang masuk akal, yang mengacu pada pengetahuan umum sebagai dubitanda-klaim yang meragukan. Penyempurnaan kognitig ini dapat dipercapai malalui.
·         Bukti pendukung multiplikatif, suatu konfirmasi atas fenomena oleh beragam subjek, dan
·         bukti pendukung struktural, penggunaan teori dan hipotesis mengenai dunia dan konfirmasinya oelh data empiris.
Dua perangkat asumsi yang berkaitan dengan struktural logis dari alam sosial dapat digunakan untuk membedakan masing-masing empat hipotesis tersebut. Hal ini disajikan dalam tampilan 7 dimensi pertama membedakan antara teori-teori dispersif dan integritif. Pada dasarnya teori analisis tidak mengakui dan menafsirkan sintesis, sehingga kompleksitas dan konteks adalah suatu derivatif dan bukannya merupakan bagian yang penting dari organisasi. Teori sintesis sebaliknya merupakan komleksitas tau konteks sehingga analisis menjadi suatu derivatif. Teori dispersif berfous pada interprestasi dari fakta-fakta yang diambil satu persatu dari suatu keseluruhan fakta, yang terpancar cukup luas dan bukan berarti saling menentukan satu sama lain hingga satu tingkat tertentu. Sebagai akibat dari penggunaan kedua dimensi ini, keempat hipotesis dunia dapat ditandai sebagai berikut:
·         formalisme terdiri atas teori-teori analisis dapat dispersif
·         mekanisme terdiri atas teori-teoi analisis dan integratif
·         kontekstualisme terdiri atas teori-teori sintetis dan dispersif, serta
·         organisme terdiri atas teori-teori sintetis dan integratif

Formisme
Formanisme secara filosofis terhubung dengan “kenyataan” dan “idealisme platonik”, dengan eksponen-ekponen seperti Plato dan Aristoteles. Hipotesis ini terdiri atas teori-teori analitis dan dispersif. Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini mengasumsikan formanisme berfokus pada fenomena-objek, peristiwa, proses-yang diambil satu persatu dari sumber, yang mencoba unuk mengidentifikasikan kesamaan atau perbedaan hanya melalui sebuah uraian, dan menerima hasil dari penguraian tersebut.
Mekanisme
Mekanisme secara filosofi terhubung dengan naturalisme atau materialisme dari Demokritus, Lucretius, Galileo, Descartes, Hobbes, Locke, Barkeley, Hume, dan Reichenbach. Seperti yang disajikan dalam tampilan 7, mekanisme terdiri atas teori-teori analitis dan integratif. Metafora akarnya adalah sebuah mesin. Seperti formisme, ia merupakan suatu teori analitis yang berfokus pada elemen-elemen yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan bukannya sesuatu yang kompaleks atai konteks. Akan tetapi, tidak seperti formanisme, ia integratif alam artian bahwa dunia telah tertata dengan baik dan fakta-faktanya terjadi dalam suatu urutan yang tertentu dan, jika cukup banyak halyang dapat diketahui, mereka dapat diramalkan, atau paling sedikit diuraikan, sesuai dengan kebutuhannya. Pengetahuan berjenis mekanisme ini memiliki enam ciri-ciri:
·         Seperti sebuah mesin, objek studi terdiri atas bagian-bagian yang memiliki lokasi-lokasi tertentu.
·         Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, sesuai dengan sifat utama dari mesin tersebut.
·         Hubungan resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan dengan rumus-rumus fungsional atau korelasi-korelasi statistik. Hal ini merupakan pertanyaan dari antarahubngan di antara bagian-bagian mesin.
·         Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karekteristik lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif, meskipun tidak relevan secara langsung dengan objek studi: mereka dengan sifat-sifat sekunder.
·         Sifat-sifat skunder tersebut juga berhubungan secara prinsip dengan objek studi karena “jika memang terdapat suatu uaraian tentang mesin, kita seharusnya ingin untuk menemukannya dan menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat mempertahankan sifat-sifat sekunder tertentu terletak pada bagian-bagian tertentu dari mesin tersebut.
·         Hukum-hukum sekunder menandai hubungan yang stabil di antara sifat-sifat sekunder.
Konstektualisme
Kontekstualisme berhubungan dengan pragmatisme dari Prerce, James, Bergson, Dewey, dan Mead. Kontekstualisme terdiri atas baik teori sintetis maupun dispersif. Metafora akarnya adalah peristiwa historis atau tindakan dalam konteks. Tidak seperti formisme, kontekstualisme bersifat sntetis, di mana ia berfokus pada pola, suatu keseluruhan objek studi daripada fakta-fakta yang terpisah. Seperti formisme, kontekstualisme bersifat dispersif dimana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-fakta yang diambil satu per satu dari suatu keseluruhan fakta.
Organisme
Organisisme terhubung dengan absolut atau idealisme objektif dari schelling, hegel, green, bradley, Bosanquet, dan royce. Metafora akarnya adalah integrasi keseluruhan atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi ketepatan waktu dan struktur yang bertahan. Seperti mekanisme, organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta-fakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus diramalkan.
3.2       Formisme dalam akuntansi
Formisme dalam akuntansi meliputi mencari akan kesamaan dan perbedaan diantara berbagai objek studi yang berbeda – beda tanpa mempertimbangkan adanya kemungkinan adanya hubungan diantara merek. Para formis dalam akuntansi biasanya menyadari bahwa identifikasi dari persamaan dan perbedaan antara objek – objek studi tidak cukup untuk menggambarkan realita akuntansi, dan mengharuskan adanya suatu pengaitan antara praktik dan penelitian dalam akuntansi, akan tetapi pencarian secara eksplisit dari penyebab kesamaan itu sendiri bukanlah bidang dari formisme dalam akuntansi, melainkan lebih kepada bidang dari mekanisme.
3.3       Mekanisme dalam akuntansi
Mekanisme dalam akuntansi tidak hanya meliputi mencari kesamaan dan perbedaan antara berbagai objek studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif yang memungkinkan dilakukan pengurangaian dan permasalahan. Mekanisme dalam akuntansi adalah juga pencarian keteraturan empiris antara fenomena yang berbeda – beda melalui berbagai bentuk kolerasi studi. Prinsip – prinsip  dan hubungan – hubungan antara bagian terasebut. Hal ini mengahruskan hal ini mengahruskan adanya operasionalisasi dari dimensi – dimensi yang berlainan dan yang menjaga mereka tetap berhubungan.
·         Tingkat koefisien korelasi yang tidak memuaskan
·         kurangnya kendali bagi penjelasan – penjelasan  alternatif
·         sampel –sampel yang tidak representatif, dan
·         pengulangan tanpa akhir namun mekanisme dalam akuntansi berfokus kepada pencapaian penguraian yang semakin mendalam dan dan pengajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian – bagian dari objek penelitian akuntansi.
Penyingkatan telah menjadi produk dari mekanisme dalam akuntansi. Malasalah lain yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansiu adalah adanya asumsi tidak langsung, ukuran tidak memiliki perbedaan, dan hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan
3.4       Kontekstualisme dalam akuntansi
Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interprestasi dari fakta – fakta independen yang diperoleh dari seperangkat fakta menurut suatu konteks spesifik yang akan menciptakan suatu pola.fakta – fakta yang terdapat disetiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan dan menerima hal – hal baru. Perbedaan fundamental anatara kontekstualisme dan formisme dalam akuntansi adalah bahwa fakta – faktanya kini dikumpulkan kedalam konteks – konteks spesifik. Oleh karenanya, dapat dinyatakan bahwa setiap ilmu teknik baru dibidang akuntansi yang di akumulasikan untuk konteks – konteks yang spesifik akan merupakan suatu contoh yang baik konstekstualisme dalam akuntansi. Contoh – contoh dari konstek baru ini meliputi :
·         Periwtiwa – peristiwa ekonomi, seperti kebangkrutan, pengambilalihan, pemeringkatan obligasi
·         Klasifikasi industri
·         Klasifikasi sementara, seperti sebelum dan sesudah peristiwa besar dibidang politik, ekonomi, atau sosial
·         Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung pada analisis dari fakta – fakta yang hanya diverifikasi secara langsung, fakta – fakta yang spesifik terhadap situasi tertentu, seperti misalnya pada suatu industri tertentu. Sehingga hasil akhirnya memiliki akan memiliki ruang lingkup yang terbatas.
3.5       Organisisme di dalam akuntansi
Bagi mereka menerapkan organisisme didalam akuntansi akan berfokus pada gestalt yang spesifik sebagai objek studinya, yang terdiri dari fakta – fakta yang tertera dengan baik dan terintegrasi serta dapat diuraikan sekaligus diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, oerganisisme mencari determinasi dari keteraturan empiris dianatara fenomena – fenomena yang berbeda melalui bergam bentuk analisi statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pencarian keteraturan empiris tersebut dipersempit kepada konteks – konteks atau gestalt yang spesifik. Organisme dalam akuntansi dipandang sebagai salah satu faktor yang penting dalam penelitian akuntansi di masa datang. Seperti yang dinyatakan oleh Beaver:
Faktor kedua adalah penekanan kepada penelitian konstektual dan bukannya penelitian generik. Secara tidak langsung, hal ini telah tertera secara implisit dalam faktor pertama dimana terdapat penekanan pada kenyataan instituasioanal, yang cenderung untuk mengarah kepada konteks – konteks khusus.

D.        PRESFEKTIF PADA PENELITIAN AKUNTANSI
Penilitian akuntansi banyak ragam dan pilihan. Penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan jenis kenyataannya ternyata sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi akuntansi melakukan penelitian dengan didasarkan pada asumsi – asumsi berhubungan dengan hakikat dari hubungan sosial dan dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah diterapkan oleh Burell dan Morgan dalam organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi pandangan fungsionalis, pandangan interpretatif, pandangan humanis radikal, dan strukturalis radikal.
4.1       Kerangka kerja Burell dan Morgan
                        1.     Hakikat dari ilmu sosial
Terdapat empat asumsi dibahas dalam kaitannya denga hakikat dari ilmu sosial, yaitu epistemologi, sifat manusia, dan metodologi. Asumsi – asumsi ini juga dapat dipikirkan dari segi subjektif – objektif.
·         Pertama asumsi antologis, berhubungan dengan esnsi paling mendasar dari fenomena akuntansi yang melibatkan perbedaan – perbedaan niminalisme – realisme.
·         Kedua tentang epistimologis yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat pengetahuan, melibatkan debat antipositivisme – positivisme.
·         Ketiga, perdebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan manusia dan lingkungannya, yang melibatkan perbedaan voluntarisme – determinisme.
·         Keempat, perbedaan mengenai metodologi, yang berkaitan dengan metode – metode yang digunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan perbedaan ideografis – nomotetis.
2.    Hakikat dari masyarakat
Telah dibuat asumsi mengenai hakikat masyarakat – yaitu, perbedaan susunan – konflik, atau lebih tepat algi, perdebatan regulasi – perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan befokus kepada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi perubahan radikal sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konflik struktural mendalam, cara – cara pendominasian, dan pertentangan struktural yang terjadi pada masyarakat modern. 
3.    Kerangka kerja untuk analisis penelitian
Seperti yang telah dibahas sebelunya, setiap disiplin ilmu sosial, termasuk akuntansi dapat dianalis berdasarkan asumsi metateoritas mengenai hakikat dari ilmu pengetahuan, dimensi subjektif – objektif, dan mengenai hakikat masyarakat, dimensi – regulasi perubahan radikal. Dengan menggunakan kedua dimesnis ini. Burell dan Morgan mampu mengembangkan suatu skema yang koheren untuk melakukan analisis atas teori sosial secara umum dan anlisi organisasional secara khusus. Skema ini terdiri dari empat paradigma yang berbeda dan diberi nama (1) humanis radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi subjektif. (2) struktural radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi objektif. (4) interperetatif, yang ditandai oleh dimensi subjektif dan regulasi, dan (4) fungsional, yang ditandai oleh dimensi objektif dan regulasi. Kerangka kerja ini digambarkan, ini membentuk empat pandangan mengenai realitas yang digunakan untuk menganalisis beragam teori – teori sosial termasuk diantaranya akuntansi.          
4.2       Pandangan fungsional dalam akuntansi
Pandangan fungsional akuntansi berfokus pada penjelasan keterturan sosial, dimana akuntansi memainkan sebuah peranan, jika dilihat dari modus pandangan seorang realis, positivis, determinis, dan nomotetis ia berhubungan dengan regulasi secara efektif atas dasar bukti yang objektif.
Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagaii hubungan dunia nyata yang konkrit yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan permanfaatan ilmiah.
4.3       Pandangan interpretatif dalam akuntansi
Pandangan interpretatif dalam akuntansi akan berfokus pada menjelaskan tatanan sosial dari sudut pandang dari seorang normalis, antipositivis, voluntaris, dan ideologis. Dalam akuntanis ia akan menjadi pemaham pengalaman yang subjektif yang dialami oleh individu yang terlibat persiapan, komunikasi, verifikasi, naskah – naskah akuntansi, literatur akuntansi, bahasa – bahasa akuntansi, dan ideologi – ideologi akuntansi, dengan menggunakan metode verstehen.
Bagi para interpretasi, akuntansi tidak boleh lebih dari hanya sekedar nama, konsep, dan label yang digunakan untuk membuat suatu kenyataan sosial. Ian hanya dapat dimengerti dari sudut pandang pihak – pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan, komunikasi dan penggunaannya. Secara metodologis, metode – metode ideografis dan bukannya metode hipotetis – deduktif yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali definisi pelaksanaan atas masalah.
Oleh karenannya, asumsi – asumsi yang dominan dari pandangan interprentatif dalam akuntansi hendaknya adalah:
·         Percaya pada pengetahuan
·         Percaya kepada kenyataan fisik dan sosial
·         Hubungan antara Teori dan Pabrik
4.4       Pandangan humanis radikal dalam akuntansi
Pandang radikal humanis dalam akuntansi akan berfokus pada penjelasan tatanan sosial dari perspektif seorang nominalis, voluntaris, serta ideografis memberikan penekanan bentuk –bentuk dari perubahan radikal. Pandangan ini menghargai semua penelitian yang memperkecil kritik filosofis yang diberikan kepada beberapa metodologi normatif.
4.5       Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansni
Pandangan sturkturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial dari sudut pandang seorang realis, positivis, dan nomotetis. Pandangan ini akan mencari perubahan yang radikal, emansipasi, dan potenasionalitas dengan menggunakan sebuah analisis yang ditekankan pada konflik struktural, cara – cara dominasi, kontradiksi, dan penghapusan hak. Paradigma ini akan menciptakan teori – teori akuntansi yang didasarkan atas metafora – metafora seperti alat dominasi, sistem skismatis, dan bencanan.

E.         FONDASI INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI
5.1       Akuntansi berbasis ekonomi marginal
Ekonomi margina neoklasik telah memberikan pengaruh besar pada praktik,teori,dan penelitian akuntansi. Berbagai tema yang saat ini sedang terjadi adalah bukti yang baik dari pengaruh tersebut,
Komitmen akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua penekanan, yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan independensi. Penekanan pertama mencakup baik pandangan atas kedaulatan dari masing-masing pemilik,yang mengabaikan pemisahan antara kepemilikan dan manajemen, ,maupun pandangan yang secara eksplisit mengakui pemisahan antara kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga perusahaan sebagai pihak yang ‘’sah’’ memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya tertentu.
5.2       Akuntansi ekonomi politis
Akuntansi ekonomi politis dipicu oleh adanya keterbatasan dari ekonomi marginal dan keunggulan dari ekonomi politis. Seperti misalnya, tidak seperti marginalisme, ekonomi politis mengakui adanya dua dimensi modal: satu sebagai instrumen (fisik) dari produksi dan satu lagi sebagai hubungan manusia dengan manusia dalam sebuah organisasi sosial.73 Perbedaan bentuk masyarakat (feodal, perbudakan, kapitalis, dan seterusnya) terjadi dan ditandai oleh perbedaan institusi-institusi sosial (contohnya, hukum, negara, pendidikan, agama, undang-undang dan peraturan, administrasi politik pemerintah). Dalam masing-masing masyarakat di atas terdapat kelompok-kelompok yang saling bertentangan dengan kekuatan yang bermacam-macam dan berusaha untuk meraih dominasi, yang mungkin selanjutnya akan mengarah pada bentuk-bentuk eksploitasi,pengasingan,dan ketidakadilan. Oleh karena itu, tidak seperti situasi yang terjadi pada marginalisme, di sini akuntansi memainkan sebuah peranan idiologis dalam melegitimasi idiologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan dalam membingungkan hubungan antara golongan-golongan di dalam masyarakat dan memperkuat kembali distribusi kekuatan yang tidak merata.74 Akuntansi sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi ekonomi politis.
5.3       Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis
untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah di buat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi. Beberapa usulan ini meliputi.80
Ø  suatu keterkaitan dengan matematika
Ø  suatu fokus teri keputusan
Ø  suatu refrensi terhadap elemen – elemen dari teori pengukiuran formal
Ø  suatu penekanan pada setting pasar modal, yang paralel dengan keuangan modern
Ø  suatu peranan bagi pendekatan ekonomi informasi
Ø  suatu perhatian bagi implikasi dari model – model pilihan probalistik, yang menerapkan psikologi  matematis, bagi pilihan dan pengguanaa teori informasi akunatansi
Ø  suatu pondasi yang berdasarkan atas teori postif dari akuntansi
Ø  suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori kontrak
Ø  suatu pendekatan multidimensional yang akan meinjam akan bergantung pada sumbangan – sumbangan pada bidang bisnis yang sudah terkenal seperti :
·         rasionalitas yang terbatas
·         relatifismelingustik
·         ekonomi tenaga kerja ganda
·         teorema ketidak relevanan dividen
·         teori organisional dari perusahaan
·         ekspektasi rasional
·         audit statistikal


0 komentar:

Posting Komentar

 

a drop of happiness Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review