Sabtu, 22 November 2014

[BAB 10] - Teori Akuntansi - Akuntansi: Ilmu Dengan Berbagai Paradigma

Diposting oleh Unknown di 20.46
Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905

Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang




Akuntansi: Ilmu Dengan Berbagai Paradigma




I.          PENDAHULUAN
Sejarah mengenai pemikiran dan kebudayaan adalah seperti yang ditunjukkan oleh Hegel dengan sangat jelas , merupakan suatu perubahan pola pemikiran-pemikiran pembebasan yang hebat yang akhirnya berubah menjadi jaket pengikat yang menyesakkan dan akibatnya merangsang kehancuran mereka sendiri melalui konsepsi-konsepsi baru yang membebaskan, dimana pada waktu yang bersamaan juga mengikatnya. Langkah pertama untuk memahami manusia adalah memahami model atau model-model yang mendominasi dan menembus pikiran dan tindakan mereka. Seperti usaha-usaha yang lainnya yang mencoba untuk membuat manusia menyadari akan kategori yang membagi bagaimana mereka berpikir, vitas ini merupakan sesuatu yang sulit dan kadangkala menyakitkan serta kemungkinan besar akan memberikan hasil yang sangat meresahka. Tugas kedua adalah menganalisi model itu sendiri, yang ada dalam hal ini membuat analisis memberikan komitmennya untuk menerima atau memodifikasi atau menolaknya atau sampai pada alternative terakhir, unruk memberikan model yang lebih memadai sebagai gantinya.
Tidak lama sebelumnya ketidaksukaan akan akuntansi terjadi di dalam dan diluar universitas. Namun untungnya, situasi ini telah mengalami perubahan. Beragam survey yang dilakukan untuk hasil temuan-temuan penelitian memperlihatkan status akademik dari akuntansi. Para peneliti akuntansi telah menerapkan metodologi-metodologi dan teori-teori yang berbeda untuk memerikasa seluruh kemungkinan permasalahan yang penting dilapangan. Pada awalnya, diawal tahun 1970-an penelitian apriori seperti ini dikritik sebagai tidak sempurna secara teoritis atau memiliki nilai yang diragukan. Pada taun 1970, Gonedes dan Dopuch berpendapat bahwa sebuah model apriori yang membenarkan keunggulan dari seperangkat prosedur-prosedur akuntansi adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk dilakuan. Untungnya Wells dalam sebuah artikel yang berpengaruh dithaun 1976, membela penelitian apriori sebagai suatu langkah yang dibutuhkan dalam revolusi pemikiran akuntansi. 
Wells melanjutkan dengan menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam akuntansi sepertinya mengikuti suatu pola yang diuraikan oleh Kuhn sebagai sebuah revolusi yang berhasil, sehingga disiplin ilmu akuntansi muncul dari suatu kondisi krisis. Secara singkat, tesis Kuhn adalah suatu ilmu akan didominasi oleh suatu revolusi dimana paradigm yang berkuasa akan digantikan oleh paradigma yang dominan. Hal yang utama dari pola revolusioner Kuhn ini adalah definisi dari kata paradigm. Jika diasumsikan bahwa untuk sementara waktu definisi seperti ini memiliki kemungkinan untuk terjadi, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi pardigma-paradigma didalam akuntansi. Langkah ini telah diambil pada tahun 1977 oleh American Accounting Association-AAA (Asosiasi Akuntansi Amerika) dengan diterbitkannya statement on Accounting Theory and Theory Acceptance-SOATATA (Pernyataan Teori Akuntansi dan Penerimaan Teori). Pernyataan ini mempertimbangkan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam pemikiran akuntansi dari sudut pandang ‘filosofi ilmu pengetahuan’ yaitu dilihat dari segi pemikiran oleh Kuhn mengenai bagaimana kemajuan terjadi di dalam ilmu pengetahuan, SOATATA mengidentifikasikan tiga pendekatan teoritis yang dominan:
1.            Pendekatan “Klasik” (Laba sebenarnya/induktif), digunakan oleh baik “deduksionis normatf” maupun “penulis yang positif dan induktif”
2.            Pendekatan “kegunaan keputusan” digunakan oleh mereka yang menekankan model-model pengambilan keputusan dan berfokus pada pengambil keputusan (akuntansi keperilakuan dan penelitian tingkat pasar)
3.            Pendekatan “informasi/ekonomi” dengan sebuah pembedaan yang dibuat antara “kasus individu tunggal” dan “kasus multi-individu.”

Salah satu argumentasi yang dimuat dalam pernyataan AAA, dan merupakan suatu hal yang sangat relevan pada studi ini . adalah bahwa meningkatnya jenis-jenis teori dan pendekatan akuntansi menunjukkan adanya beberapa paradigma yang saling bersaing. Pernyataan ini bahkan menyarankan apa sajakah paradigma yang saling bersaing tersebut.
Sebagai contoh, sebuah paradigma yang dapat diberi nama "anthropological ap¬proach ", menentukan bahwa praktik-praktik profesional para akuntan sebagai wewenang empiris dari akuntansi. Sesuai dengan paradigma ini, teori akuntansi dirumuskan sebagai suatu proses rasionalisasi, dan penarikan kesimpulan dari praktik-praktik akuntansi yang berlaku secara luas. Paradigma lainnya mendasarkan diri pada perilaku pasar modal dalam menyajikan wewenang empiris di mana teori akuntansi disusun dan diterapkan. Sama seperti pandangan umum lainnya, akuntansi menentukan proses keputusan individu dan/atau teori keputusan sebagai wewenang empiris dari teori akuntansi. Pengelompokan tiga kategori ini selanjutnya dapat diperluas dengan menggabungkan baik ideal income approach maupun information/economic approach, yang masing-masing mengajukan keunikan dari wewenang empiris akuntansi.
Pertama, apabila penerapan konsep Kuhn dalam interpretasi Wells diterima, akuntansi dikategorikan sebagai sebuah ilmu. Kedua, saran SATTA diterima, akuntansi merupakan sebuah ilmu dengan berbagai paradigma (multiple-paradigm science). Ada dua isu yang muncul sebagai akibat penerimaan saran Wells maupun SATTA. Pertama, untuk menghilangkan kebingungan antara teori dan paradigma, definisi yang memadai dari suatu paradigma harus :
1.      Mengelompokkan teori sebagai komponen paradigma semata, sdan
2.      Membedakan paradigma yang saling bersaing-dua keterbatasan saran Wells dan SATTA.
Kedua, akuntansi seperti sebagian besar ilmu lainnya, memiliki kelemahan sebagai suatu paradigma tunggal; jadi paradigma akuntansi pembanding perlu diidentifikasi dan diuraikan untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang penetapan akuntansi.

II.        KONSEP PARADIGMA
2.1       Perubahan Revolusioner, Teori, dan Paradigma Equilibrium Tersela
Bagaimana ilmu pengetahuan berubah? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan cukup lama. Para pengikut Darwin dengan gagasannya tentang pertumbuhan (incremental) menyatakan bahwa perubahan kumulatif masih jauh dari memadai untuk menjelaskan perubahan dalam bidang ilmu dan pertumbuhan dalam bidang pengetahuan. Bahkan sejarawan seperti Niles Eldredge dan Stephen Gould mengajukan sebuah gagasan yang berbeda dari evolusi yang dikenal sebagai punctuated equilibrium: sebuah alternatif di antara periode-periode yang panjang dengan infrastruktur yang stabil dan meningkatnya penyesuaian serta peringkasan periode revolusioner yang bergolak. Pada dasarnya, "garis keturunan muncul dalam bentuk equilibrium seperti bentuk-bentuk terdahulu dan spesies baru muncul dengan tiba-tiba, melalui perubahan yang secara tiba-tiba menyela (punc¬tuation) proses yang ada (seperti dalam model Darwin—seleksi alam yang akan menseleksi kemampuan varian baru tersebut)". Seperti yang ditunjukkan dalam Peraga 10.1, model punctuated equilibrium diuraikan ke dalam enam teori termasuk teori individu, grup, organisasi, bidang ilmu, spesies biologis, dan teori induk (grand theory). Untuk masing-masing teori, punctuated equilibrium menawarkan tiga komponen pokok yaitu: struktur yang mendalam, periode keseimbangan, dan periode revolusioner. Penekanan dalam bab ini adalah aplikasi paradigma puntuated equilibrium dalam bidang ilmu secara umum dan dalam bidang akuntansi secara khusus.

Persamaan sifat:
Selama periode keseimbangan, sistem akan tetap melaksanakan dan menyelesaikan proses pemilihan struktur secara mendalam. Sistem akan melakukan penyesuaian yang akan tetap mempertahankan struktur dalam menghadapi berbagai gangguan internal maupun eksternal, dan terus bergerak tumbuh untuk memperoleh struktur secara terperinci. Upaya untuk memperoleh pemilihan struktur yang terperinci dapat menghasilkan perilaku yang pada awalnya menyebabkan pergolakan.

Individu: Levinson
Periode penyusunan struktur. Tugas utama dalam periode ini adalah menyusun suatu struktur yang hidup: struktur tersebut mengharuskan seseorang membuat kunci pilihan tertentu, bentuk struktur yang melingkupinya, dan berusaha mencapai tujuan serta nilai dalam struktur tersebut. Pada pengertian ini, suatu periode yang stabil tidak dapat dikatakan sebagai periode tenang. Tugas penyusunan struktur kadang-kadang penuh dengan tekanan ... dan mungkin melibatkan banyak perubahan. Setiap periode yang stabil... memiliki perbedaan tugas dan karakter tergantung pada siklus hidupnya (1978: 49) [Sejumlah periode] biasanya antara 5-7 tahun, maksimal 10 tahun. (1986:7)
Grup:Gersick(1988)
Kehidupan grup projek terdiri dari dua fase utama, yang dipisahkan oleh suatu periode transisi yang telah mencapai pertengahan antara awal projek dengan waktu terakhir yang dimaksudkan. Dalam fase-fase ini, grup akan melakukan tugasnya menggunakan rerangka asumsi, premis, dan pola perilaku yang stabil. Seperti halnya rerangka yang sifatnya beragam, maka efektivitas suatu aktivitas juga beragam dari satu grup ke grup lainnya. Dalam setiap fase, grup akan mengakumulasi kekurangan atau kelebihan pekerjaan, pembelajaran, dan pengalaman dalam batas-batas rerangkanya, namun mereka tidak mengubah pendekatan dasar yang digunakan dalam tugasnya.

Organisasi: Tushman & Romanelli (1985)
Periode konvergpn: tambahan perubahan dan adaptasi yang jangkauan wakrunya relatif panjang dalam menguraikan struktur, sistem, pengendalian, dan sumber daya ke arah peningkatan koalisi, yang langsung atau tidak berhubungan dengan efektivitas kinerja. (: 173) Periode ini diwarnai oleh lamanya waktu, orientasistratejik, dan pergolakan. ... (: 179) Selama periode ini... kelembaman meningkat dan kewaspadaan bersaing menurun: struktur sering kali mengarahkan strategi. (: 215)

Bidang-bidang Keilmuan: Kuhn (1970)
Normal science biasanya diarahkan pada artikulasi fenomena dan teori-teori yang disajikan oleh paradigma yang digunakan. (: 24) Tiga kelompok masalah - penentuan signifikansi suatu fakta dengan mencocokkan fakta tersebut pada teorinya, dan pada artikulasi teori - melemahkan ... literatur pengetahuan, baik secara empiris maupun teoretik. ... Bekerja di bawah suatu paradigma tidak dapat dilakukan dengan cara lainnya, dan meninggalkan paradigma berarti menghentikan pendefinisian praktik. (34)

Spesies Biologis: Gould (1980)
Transformasiphyletic merupakan penyesuaian tambahan dalam populasi yang bertahap dan bersifat adaptif. Hal ini merupakan bentuk evolusi yang melibatkan keseluruhan perubahan populasi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Proses ini tidak menyebabkan peningkatan dalam keragaman, hanya transformasi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Karena fenomena kepunahan biasa terjadi, biota (kehidupan) yang tidak memiliki mekanisme untuk meningkatkan diversitas akan segera lenyap.(180) 

Teori Induk: Prigogine & Stengers (1984); Heken (1981)
Dalam kawosan yangstabil, penentuan hukum akan mendominasi. (: 169) Seluruh inisiatif individudibuatmenjaditidakberarti. ... (: 206)
Pada kondisi eksternal yang terjadi, partisipasi individu dalam sistem memiliki... konfigurasi yang stabil: ... atau yang bergoyang. ... Apabila sedikit kekacauan dimasukkan ke dalam sistem ... partisipasi individu dalam sistem akan mengurangi keadaan terdahulu apabila kekacauan disingkirkan, atau mereka sedikit mengubah perilakunya saat kekacauan muncul. (: 17)

2.2       Teori Umum Kuhn tentang Revolusi Ilmiah
Teori tentang revolusi pengetahuan menekankan pada pengembangan pengetahuan dan motivasi sejumlah pengembangan tersebut. Usaha Thomas Kuhn menekankan pada pengembangan pengetahuan dalam bidang normal science tertentu.9 Tesis utama revolusi pengetahuan ini berdasarkan konsep paradigma. Setelah munculnya sejumlah kritik tentang perbedaan dan ketidakkonsistenan pemakaian istilah paradigma, Kuhn memperbaikinya dalam bukunya edisi kedua:
Dalam banyak buku, istilah paradigma digunakan dalam dua pengertian berbeda. Di satu sisi, paradigma terdiri dari keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, dan teknik yang dibagikan pada anggota suatu komunitas. Di sisi lain, paradigma menunjukkan satu bentuk elemen dalam konstelasi, yaitu solusi kongkrit atas kebingungan yang dapat dimanfaatkan sebagai model atau contoh, dan dapat menggantikan aturan yang ada sebagai suatu dasar solusi bagi kebingungan berikutnya dalam normal science.
Paradigma-paradigma ini tidak selamanya mendominasi. Untuk pertama kali dijumpai adanya sejumlah anomali. Anomali ini tidak dapat diperbaiki. Suatu periode ketidaknyamanan dan krisis terjadi dengan adanya perselisihan antara pihak yang melihat anomali sebagai suatu contoh pembanding, dan pihak lain yang tidak menganggapnya:
Normal science berulangkali mengalami salah langkah. Saat itu terjadi—yaitu saat profesi tidak lagi dapat menghindari anomali sebagai penyebab tumbangnya tradisi praktik ilmu pengetahuan yang ada—maka penyelidikan tambahan dimulai untuk mengajak para anggota profesi agar membuat komitmen baru, sebagai dasar yang baru untuk praktik ilmu pengetahuan.

Persamaan Sifat:
Struktur mendalam merupakan suatu jaringan fundamental, pemilihan yang saling tergantung, dari konfigurasi dasar ke dalam sebuah unit sistem yang terorganisasi, dan merupakan aktivitas yang memelihara baik konfigurasi tersebut maupun pertukaran sumber-sumber sistem dengan lingkungannya. Struktur mendalam dalam sistem manusia merupakan instruksi yang harus dipatuhi secara luas.

Individual: Levinson (1986: 6)
StrukturHidup: Pola atau desain yang mendasari hidup seseorangpada waktu tertentu.... Struktur hidup (jawablah pertanyaan): "Seperti apa hidupku sekarang? Apa yang terpenting dalam hidupku, dan bagaimana itu saling terkait? Di mana aku menghabiskan sebagian besar waktu dan energiku?" Komponen utama dalam struktur hidup adalah hubungan manusia dengan manuasia lainnya dalam dunia nyata.

Grup: Gersick (lihat 1988: 17, 21)
Rerangka kerja: situasi grup yang terjadi dan bagaimana perilakunya akan membentuk plat¬form yang dijadikan dasar aktivitas grup. Rerangka kerja secara parsial mungkin bersifat eksplisit namun umumnya bersifat implisit. Rerangka kerja merupakan integrasi jaringan yang melipuiti strategi kinerja, pola interaksi, asumsi maupun pendekatan dalam tugas-tugas grup, dan keadaan luar lainnya.

Organisasi: Tushman & Romanelli (1985: 176)
Orientasi stratejik: Jawablah pertanyaan: Apa yang dapat disatukan? Mana yang dapat dan tidak dapat dibuat eksplisit, dapat diuraikan dari (lima sudut pandang): (1) keyakinan dan penilaian utama organisasi, pekerja dan lingkungannya; (2) produk, pasar, teknologi, dan waktu persaingan; (3) distribusi kekuasaan; (4) struktur organisasi; dan (5) sifat. bentuk dan kemampuan untuk mempengaruhi dari sistem pengendaliannya.

Bidang-bidang Keilmuan: Kuhn (1970)
Paradigma: Dikenal sebagai prestasi ilmiah yang pada suatu suatu periode waktu menyajikan model masalah dan solusi bagi komunitas praktisi. (:viii) [Paradigma mengindikasikan] apa yang dimaksudkan dengan data, instrumen apa yang digunakan untuk mengumpulkannya, dan konsep apa yang relevan dengan interpretasinya. (:122 ) [Bagaimanapun, ilmuwan] akan sedikit lebih baik dari orang awam dalam menggolongkan dasar penyusunan suatu bidang ilmu.... Sejumlah gambaran menunjukkan kemampuan mereka dalam berbagai penelitian yang sukses dilakukan. (: 47)

Apa yang sesungguhnya terjadi selama periode krisis, tidak banyak yang tahu. H. Gilman McCann mengusulkan tingkat karakteristik teoretis dan kuantitatif dari tugas-tugas yang berhubungan dengan periode awal dan akhir dari normal science:
1.      Tingkat usaha teoretis akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini terdiri dari (a) naiknya tingkat usaha teoretis di antara para pengikut suatu paradigma, dan (b) diawali dengan tingginya tingkat usaha teoretik oleh pengikut paradigma baru, diikuti menurunnya keberhasilan paradigma baru.
2.      Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan teoretik dibandingkan tulisan yang lain.
3.      Tingkat usaha kuantitatif akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini terdiri dari (a) suatu kenaikan, yang mungkin diikuti penurunan, dalam tingkat usaha di antara para pengikut paradigma yang ada, dan (b) diawali dengan tingginya tingkat usaha kuantitatif oleh pengikut paradigma baru, yang mungkin diikuti menurunnya paradigma baru dan menyebabkan masalah lain.
4.      Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan kuantitatif dibandingkan tulisan yang lain.
5.      Peningkatan usaha kuantitatif akan sangat ditegaskan di antara tulisan teoretik.
6.      Akan terjadi peningkatan jumlah penulis selama pengembangan revolusi.
7.      Akan terjadi peningkatan produktivitas penulis selama pengembangan revolusi.
8.      Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan penulis muda daripada penulis yang lebih tua.
9.      Pendukung paradigma baru umumnya lebih muda daripada pendukung paradigma lama.
10.  Akan ada sejumlah tulisan yang bersifat netral.
11.  Porsi penghargaan terhadap penulis yang mendukung paradigma baru akan meningkat selama revolusi.

Seluruh hukum dan proposisi merupakan subjek kesaksian empirik. Penolakan suatu paradigma terhadap paradigma lainnya bagaimanapun tidak berdasarkan eksklusifitas bukti empirik. Faktor-faktor yang tidak logik termasuk pandangan metafisik, kedudukan filosofik, etnosentrisme, nasionalisme, dan karakter sosial dari komunitas ilmiah, mungkin menjadi beban keputusan.13 Dominasi paradigma baru disertai oleh pengakuan yang melimpah para pendukungnya. Pengakuan ini yang lebih dari sekadar uang atau kekuasaan, akan menjadi faktor pendorong bagi para peneliti suatu paradigma tertentu maupun komunitas ilmiah tertentu. Intinya, para peneliti akan menukarkan pengakuan sosial terhadap informasi. Seperti yang dinyatakan oleh Hagstrom: "Manu¬script yang disajikan pada komunitas ilmiah secara periodik sering disebut sebagai "kontribusi" dan pada kenyataannya merupakan suatu sumbangan."
Umumnya, penerimaan suatu sumbangan oleh seorang individu atau komunitas mengakibatkan suatu bentuk pengakuan terhadap status penyumbang dan terhadap keberadaan hak tertentu ... dalam bidang ilmu pengetahuan, penerimaan kontribusi manuscript oleh jurnal ilmiah menetapkan statu penyumbang sebagai seorang ilmuwan yang sesungguhnya, status sebagai seorang ilmuwan dapat dicapai hanya melalui berbagai sumbangan pemikiran— dan ini menjamin prestisnya dalam komunitas ilmiah.
Walaupun sulit untuk sependapat bahwa pengakuan merupakan motivasi utama bagi penelitian dalam setiap bidang ilmu, namun ada argumen menarik bahwa dorongan utama penelitian adalah kepuasan yang diperoleh apabila melakukan sesuatunya dengan baik. Merton menyatakan argumen tersebut sebagai berikut:
Pengakuan terhadap originalitas merupakan penegasan kesaksian sosial bahwa seseorang telah berhasil melewati persyaratan sebagai seorang ilmuwan. Citra ilmuwan itu sendiri akan sangat tergantung pada penilaian sesama ilmuwan tentang kesesuaian dan peran pentingnya dalam bidang tertentu.
Namun demikian, kecurigaan tentang kebenaran secara psikologis menyelimuti proses pengakuan dalam ilmu pengetahuan. Setiap penghargaan yang bersifat intrinsik seperti popularitas, uang, posisi, secara moral bersifat mendua dan berpotensi untuk merusak nilai kepuasan secara alami: seperti reward berbentuk pemberian hukuman, akan menggantikan kedudukan motivasi yang sesungguhnya: perhatian terhadap pengakuan akan menggantikan perhatian terhadap keunggulan pengetahuan.
Dengan adanya pengakuan baik sebagai tujuan maupun sebagai suatu tanda telah dilakukannya pekerjaan dengan baik, para peneliti dari suatu paradigma yang dominan maupun yang lainnya tetap saja bersusah payah untuk menyampaikan informasi yang mereka miliki baik melalui saluran komunikasi yang resmi untuk pengakuan secara institusional maupun komunikasi tidak langsung untuk pengakuan yang sifatnya lebih dasar.
2.3       Pandangan Ritzer tentang Berbagai Paradigma yang Diterapkan dalam Akuntansi
Fokus perhatikan dalam teori dari revolusi pengetahuan adalah pendefinisian yang tepat tentang konsep paradigma. Kuhn menggunakan istilah tersebut secara salah dan tidak konsisten. Definisi paling mendekati yang tersaji pada bagian akhir bukunya edisi kedua juga tetap tidak jelas. Definisi tersebut tidak mengurangi kritik utama terhadap perubahan pandangan Kuhn, dari pandangan bahwa kemunculan dan kegagalan suatu paradigma merupakan akibat faktor politik, ke pandangan baru bahwa suatu paradigma lebih unggul dari pandangan lainnya dengan suatu alasan, meliputi "keakuratan, cakupan, kemudahan, manfaat, dan kesamaannya".18 Sebagai contoh adalah pendapat George Ritzer yang mendukung pandangan pertama dan tetap bertahan dengan pendapat bahwa kemunculan suatu paradigma disebabkan oleh fenomena politis. 
Ritzer menyatakan:
Suatu paradigma lebih unggul dari paradigma lainnya karena pendukungnya memiliki kekuatan yang lebih besar daripada pendukung paradigma pesaing dan tidak harus karena paradigma mereka "lebih baik" daripada pesaingnya. Sebagai contoh adalah paradigma yang para pendukungnya mengendalikan sejumlah jurnal penting dan dengan demikian, penentu apa yang akan dipublikasikan lebih cenderung untuk memihak paradigma yang mereka dukung daripada paradigma yang memiliki kelemahan akses pada jurnal bersangkutan. Demikian pula kedudukan penguasa dalam suatu bidang lebih cenderung untuk memihak pendukung paradigma yang dominan, dan memberi mereka suatu posisi dengan legitimasi yang signifikan. Para pendukung paradigma yang memperoleh otoritas dalam suatu bidang, jelas sekali memiliki kelemahan, karena mereka tidak memiliki kemampuan dalam bidang tersebut. Namun demikian, mereka dapat menggunakan pengaruh politik yang dimiliki untuk menjatuhkan paradigma yang dominan dan memperoleh posisi untuk mereka sendiri.

Philips juga sependapat dengan Ritzer tentang pandangan yang pertama dan juga berpendapat bahwa alasan yang diajukan pada pandangan kedua merupakan suatu paradigma yang tergantung.
Dengan pandangan bahwa paradigma merupakan ketergantungan—politis, Ritzer mengajukan definisi paradigma berikut ini:
Sebuah paradigma merupakan gambaran dasar dari pokok persoalan dalam bidang ilmu tertentu. Paradigma menyajikan suatu definisi tentang apa yang seharusnya ditanyakan, dan pedoman apa yang seharusnya diikuti dalam menginterprestasikan jawaban yang diperoleh. Paradigma merupakan unit yang lebih luas daripada konsensus dalam suatu bidang ilmu dan menyajikan pedoman untuk membedakan suatu komunitas ilmiah dari komunitas lainnya. Paradigma akan menggolongkan, mendefinisikan, dan mengkaitkan berbagai contoh, teori, metode, dan instrumen yang muncul dalam bidang tersebut.
Komponen dasar suatu paradigma menurut definisi Ritzer adalah:
1.                  Suatu contoh (exemplar), atau potongan aktivitas yang berfungsi sebagai model bagi individu yang bekerja menggunakan suatu paradigma;
2.                  Gambaran (images) dari pokok persoalan;
3.                  Teori-teori (theories); dan
4.                  Metode dan instrumen.
Bab ini menggunakan definisi Ritzer untuk menganalisis komunitas ilmiah atau komunitas kecil dalam akuntansi, dengan asumsi bahwa:
1.                  Akuntansi kekurangan suatu paradigma yang komprehensif dan akuntansi merupakan ilmu dengan berbagai paradigma, serta
2.                  Masing-masing paradigma tersebut sedang berusaha keras untuk dapat diterima, bahkan untuk dapat mendominasi suatu bidang ilmu.
Walaupun dinyatakan sebagai paradigma-paradigma yang bersaing, pernyataan berikut ini dapat digunakan untuk memperdebatkan paradigma-paradigma yang bersaing;
Saat nilai prediksi suatu teori bagi para penggunanya digunakan, nilai tersebut tidak semata-mata menentukan kesuksesan suatu paradigma. Disebabkan biaya kesalahan dan implementasinya bervariasi, sejumlah teori tentang fenomena dapat bertahan secara bersamaan untuk tujuan prediktif. Bagaimanapun, hanya satu fenomena yang secara umum akan dapat diterima para teoritikus. Dalam menerima suatu teori, teoritikus akan dipengaruhi oleh pertimbangan intuitif dari penjelasan teori suatu fenomena dan jangkauan suatu fenomena, yang dapat menjelaskan dan memprediksi sebaik manfaat prediksi bagi para pengguna.
Saran-saran berikut dibuat oleh publikasi the 1977 American Accounting Asso¬ciation tentang Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance, yang menyarankan sejumlah paradigma berikut ini:
1.      Paradigma anthropologikal/induktif.
2.      Paradigma true-income/deduktif.
3.      Paradigma decision-usefulness/decision-model.
4.      Paradigma decision-usefulness decision-maker Iagregat-market-behavior.
5.      Paradigma decision-usefulness/decision-maker/individual-user.
6.      Paradigma informasilekonomik.
III.       PARADIGMA ANTROPOLOGIS/INDUKTIF
Para pendukung dari pandangan ini menyatakan secara umum bahwa teknik-tekniknya dapat diperoleh dan dijustifikasi berdasarkan atas penggunaan mereka telah teruji atau bahwa manajemen memainkan suatu peranan utama dalam menentukan teknik-teknik yang akan dimplementasikan. Konsekuensinya, tujuan penelitian akuntansi yang dikaitkan dengan paradigma antropologis/induktif adalah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan praktik-praktik akuntansi yang sudah ada. Sebagai contoh, Ijiri memandang misi dari pendekatan paradigmatis ini sebagai berikut:
Jenis pemikiran induktif untuk mendapatkan sasaran yang implisit di dalam perilaku dari suatu sistem yang sudah ada tidak dimaksudkan untuk menjadi pro-kekuasaan untuk mempromosikan pemeliharaan pihak status quo. Tujuan dari pelaksanaan seperti itu adalah untuk menyoroti di mana perubahan-perubahan paling dibutuhkan dan di mana mereka layak untuk dilakukan. Perubahan yang disarankan sebagai suatu hasil dari studi semacam itu memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk dapat dimplementasikan secara nyata.

IV.       PARADIGMA LABA SEBENARNYA /DEDUKTIF 
MacNeal menyatakan suatu konsep laba ideal sebagai berikut :
Terdapat satu definisi yang tepat dari laba dalam artian akuntansi. “Laba” adalah suatu peningkatan kekayaan bersih. “Kerugian” adalah penurunan dari kekayaan bersih. Definisi ini merupakan definisi seorang ekonom. Ia singkat, jelas dan dapat ditunjukkan secara matematis.
Alexander , yang juga mengemukakan mengenai suatu konsep laba ideal, menyatakan :
Kita juga harus menemukan apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang ideal, dimana laba akuntansi hanya memiliki perbedaan sampai sejauh tingkatan bahwa ideal adalah suatu hal yang secara praktik tidak akan dapat terpenuhi atau apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang pantas bahkan jika tidak dapat diukur dengan pasti.

V.        PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN / MODEL KEPUTUSAN

Bagi para pengguna paradigma decision-usefulness/decision-model, pokok persoalan dasarnya adalah manfaat informasi akuntansi dalam model keputusan. Informasi yang relevan dengan model atau kriteria keputusan ditentukan dan diterapkan dengan memilih alternatif akuntansi terbaik. Kemanfaatan dalam model keputusan sama dengan model keputusan yang relevan. Sebagai contoh, Sterling menyatakan:
Apabila suatu properti dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan relevan (dengan model keputusan tersebut). Apabila suatu properti tidak dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan tidak relevan (dengan model keputusan tersebut).

VI.       PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN /PENGAMBIL KEPUTUSAN/PERILAKU PASAR AGREGAT
Bagi para pengguna paradigma dedsion-usefulnessi'decision-makeri'agregat-market-be-hauior, pokok masalah sesungguhnya adalah respons pasar secara keseluruhan terhadap variabel-variabel akuntansi. Para penulis di atas sependapat bahwa manfaat keputusan secara umum dalam variabel akuntansi dapat diperoleh dari perilaku pasar secara keseluruhan, atau seperti yang disajikan oleh Gonedes dan Dopuch, hanya pengaruh prosedur akuntansi alternatif atau spekulasi yang dapat dinilai dari perilaku pasar secara keseluruhan. Menurut Gonedes dan Dopuch, pemilihan sistem informasi akuntansi ditentukan oleh perilaku pasar secara keseluruhan.
           
VII.     PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN/ PENGAMBIL KEPUTUSAN/ PENGGUNA INDIVIDU
Para pengguna paradigma ini cenderung untuk menggunakan seluruh metode yang disukai oleh para ahli keperilakuan—teknik pengamatan, wawancara, dan kuesioner serta eksperimen merupakan metode yang banyak digunakan. Hal ini juga merupakan awal yang baik untuk suatu proses pengakuan.

VIII.    PARADIGMA INFORMASI / EKONOMI
Nilai informasi dipandang dari sudut kriteria cost-benefit dalam struktur formal teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan cara sebagai berikut:
... argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran bahwa (1) pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash-flow, (2) accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, (3) nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk memproduksinya.
Informasi akuntansi dievaluasi dalam hubungannya dengan kemampuan untuk meningkatkan kualitas pemilihan secara optimal dalam masalah pemilihan yang harus diselesaikan oleh seorang individu atau sejumlah individu dalam sekelompok individu yang heterogen. Seorang individu harus memilih di antara sejumlah tindakan yang juga memiliki probabilitas hasil berbeda. Asumsikan secara konsisten bahwa perilaku pemilihan yang rasional akan diarahkan oleh expected utility hypothesis, maka tindakan dengan expected payoff (atau utility) terbesar akan lebih disukai individu.
Dalam kaitannya dengan hal ini, informasi diperlukan untuk revisi probabilitas outcomes sesungguhnya. Jadi individu akan mengahadapi dua tahap proses:
1.      tahap pertama, saat sistem informasi menghasilkan sinyal-sinyal yang berbeda; 
2.      tahap kedua, saat ketaatan sinyal menghasilkan revisi probabilitas dan pemilihan kondisi dengan tindakan terbaik.

IX.       AKUNTAN AKADEMIK : SUATU KELAS UNIVERSAL YANG CACAT
Suatu elemen didalam susunan konfliktual baru adalah suatu kelas baru akuntan akademik. Proleratiat sebagai suatu kelas universal, dapat paling baik dijelaskan oleh teori Marx dan Engels mengenai “kelas universal dari proletariat,” menyangkal kritik dan keraguan-keraguan bahwa proletariat dapat mengembangkan kesadaran yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya sebgai suatu kelas universal. Gouldner bergabung dengan kelompok yang mengkritik dengan pendapat bahwa kelas terendah tidak akan pernah dapt memiliki kekuasaan dan bahwa diseluruh dunia selama abad ke 20, satu kelas intelektual baru telah mulai muncul, yang tampak seperti kelas universal yang didefinisikan oleh Hegel tetapi tidak merupakan suatu kelas universal. Kelas baru tersebut oleh karenanya menjadi kelas universal yang cacat. 
Ia mengemukakan dua usulan utama; pertama, munculnya “kelas baru” yang terdiri atas intelektual humanistic dan kecerdasan teknis, dimana universalismenya adalah sangat cacat dan kedua bertumbuhnya dominasi dari kelas tersebut seperti seorang borjuis cultural dan memiliki monopoli atas modal cultural dan profesionalisme dari mana ia memperoleh kekuatannya.
Kelas yang baru ini meliputi kecerdasan teknis dan manusia. Kelas ini membentuk satu komunitas penceramah yang berbagi budaya berdiskusi kritis (Culture of critical discourse-CCD). Budaya berdiskusi kritis ini adalah konsep yang didapatkan dari sederetan program linguistik yang berbeda-beda dan diidentifikasikan dalam sosiolinguistik. Definisinya pun serupa. Budaya berdiskusi kritis adalah seperangkat aturan yang telah mengalami evolusi sepanjang sejarahnya, suatu tata bahasa dalam berdiskusi yang (1) diharapkan akan membenarkan pernyataan-pernyataannya, (2) dimana cara-cara pembenarannya tidak diawali dengan melibatkan pihak yang berwajib dan (3) cenderung untuk mendapatkan persetujuan secara sukarela dari mereka yang dibahas dengan sepenuhnya atas dasar argumentasi yang dibahas. Hal ini merupakan suatu budaya berdiskusi secara kritis dimana tidak ada satu pun hal yang oleh para pembicara, berdasarkan prinsip, ditolak untuk dibahas secara permanen atau membuat masalah; tentu, mereka bahkan bersedia untuk berbicara mengenai nilai dari pembicaraan itu sendiri dan kemungkinan kerugiannya untuk berdiam diri atau mempraktikkannya.

X.        KESIMPULAN
Akuntansi mungkin dapat didekati dari sudut pandang filsafat ilmu. Hasil penelitian akuntansi tidak perlu dipandang sebagai suatu nilai yang meragukan atau secara teoretik belum sempurna. Lebih lanjut, penelitian akuntansi menemukan indikasi bahwa kejadian-kejadian akuntansi mengikuti pola keberhasilan revolusi yang diteorikan oleh Kuhn. Pada bab'ini kita telah menggunakan definisi "paradigma' yang relevan dengan akuntansi. Komponen penting dalam sejumlah paradigma adalah eksemplar, gambaran pokok masalah, teori-teori, dan metode-metode. Definisi kami membantu kita untuk mengidentifikasi dan menggambarkan paradigma-paradigma yang bersaing dalam bidang akuntansi seperti:
1.      Paradigma anthropological/inductive.
2.      Paradigma true-income/deductiue.
3.      Paradigma decision-usefulness/decision-model
4.      Paradigma decision-usefulness/decision-maker/agregat-market-behauior.
5.      Paradigma decision-usefulness/decision-maker/individual-user.
6.      Paradigma information/economic.
Masing-masing paradigma tersebut merupakan objek investigasi dan penelitian yang ditetapkan oleh komunitas ilmiah, sebuah paradigma membentuk suatu pemikiran logis yang saling berkaitan (coherent), mempersatukan berbagai sudut pandang—suatu bentuk Weltanschauung—yang menentukan cara bagaimana para pengikutnya memandang penelitian, praktik, dan bahkan pendidikan akuntansi. Dalam hubungannya dengan kontinuitas dan pengembangan dalam disiplin akuntansi, paradigma-paradigma ini seharusnya tidak dipertimbangkan sebagai sesuatu yang absolut dan kebenaran pengetahuan yang bersifat final. Di samping itu, paradigma-paradigma tersebut seharusnya menjadi subjek verifikasi dan pengujian yang konsisten sebagai upaya untuk mencari kemungkinan anomali.
Sebagian besar ilmuwan dan filsuf mempertahankan pandangan mereka bahwa ilmu pengetahuan tidak akan pernah dapat dibuktikan. Popper berpendapat bahwa walaupun suatu teori pada akhirnya tidak dapat dibuktikan "kebenarannya", namun pada akhirnya dapat dibuktikan "kesalahannya".105 Dikenal secara umum sebagai dugaan terhadap kesalahan, atau teori penolakan, teori Popper berpendapat bahwa agar dapat diakui secara ilmiah, sebuah teori bersifat memiliki kesalahan. Bentuk-bentuk pembuktian kesalahan yang diperoleh dari pandangan Kuhn diistilahkan sebagai sophistication falsi¬fication, yang oleh Lakatos diringkas sebagai "tidak ada eksperimen, laporan eksperimental, laporan pengamatan, atau yang secara teoretik menguatkan, hipotesis kesalahan tingkat rendah, yang secara individu dapat membuktikan adanya kesalahan. Tidak ada pembuktian kesalahan sebelum munculnya teori yang lebih baik."106 Suatu teori yang lebih baik merupakan teori yang "menawarkan ide-ide lain, informasi yang lebih banyak, perbandingan dengan teori-teori terdahulu", dan "informasi yang lebih banyak tersebut bersifat menguatkan".107 Perbedaan antara naive falsification-nya Pop¬per dengan sophisticated falsification adalah bahwa sophisticated falsification mewajibkan keberadaan teori yang lebih baik.
Lakatos menguraikan bahwa para pengikut sophisti¬cated falsification:
... membuat unfalsifiable melalui perintah berdasarkan aturan dari sejumlah pernyataan bersifat tunggal, yang dapat dibedakan dengan kenyataan bahwa pada saat yang bersamaan ada suatu "teknik yang relevan", seperti bahwa "setiap orang yang mempelajarinya" akan mampu memutuskan bahwa pernyataan tersebut dapat diterima.
... Keputusan ini kemudian diikuti dengan bentuk keputusan kedua yang menekankan pemisahan pernyataan dasar penerimaan dari dasar lainnya. ... Secara metodologis, para jalsificationist mengakui bahwa dalam "teknik-teknik eksperimental" yang digunakan para ilmuwan, dilibatkan pula teori-teori yang salah, dalam upayanya untuk menginterpretasikan kenyataan. Di samping itu, menurut penerapan metodologi falsification dalam teori-teori tersebut, para peneliti mengharapkan keberadaan metodologi tersebut berwujud bukan sebagai teori yang perlu pengujian namun sebagai pengetahuan yang tidak dilatarbelakangi masalah (unproblematic background knowledge), yang kita terima (sementara) sebagai tidak adanya masalah saat kita lakukan pengujian terhadap teori tersebut.
... Selanjutnya, sekarang teori-teori problematis dapat dikategorikan sebagai "ilmu pengetahuan": walaupun teori-teori tersebut tidak memiliki kemampuan untuk dibuktikan kesalahannya, namun dapat dibuat salah dengan menambahkan bentuk keputusan ketiga, yang dapat dibuat oleh para ilmuwan dengan menspesifikasikan aturan penolakan khusus yang mungkin secara statistik merupakan bukti interprestasi "yang tidak konsisten" dengan teori probabilistic108

Hal ini mungkin merupakan sikap yang diperlukan dalam menghadapi paradigma-paradigma yang bersaing dalam akuntansi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

a drop of happiness Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review