Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905
Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang
Akuntansi: Ilmu Dengan Berbagai Paradigma
I.
PENDAHULUAN
Sejarah
mengenai pemikiran dan kebudayaan adalah seperti yang ditunjukkan oleh Hegel
dengan sangat jelas , merupakan suatu perubahan pola pemikiran-pemikiran
pembebasan yang hebat yang akhirnya berubah menjadi jaket pengikat yang
menyesakkan dan akibatnya merangsang kehancuran mereka sendiri melalui
konsepsi-konsepsi baru yang membebaskan, dimana pada waktu yang bersamaan juga
mengikatnya. Langkah pertama untuk memahami manusia adalah memahami model atau
model-model yang mendominasi dan menembus pikiran dan tindakan mereka. Seperti
usaha-usaha yang lainnya yang mencoba untuk membuat manusia menyadari akan
kategori yang membagi bagaimana mereka berpikir, vitas ini merupakan sesuatu
yang sulit dan kadangkala menyakitkan serta kemungkinan besar akan memberikan hasil
yang sangat meresahka. Tugas kedua adalah menganalisi model itu sendiri, yang
ada dalam hal ini membuat analisis memberikan komitmennya untuk menerima atau
memodifikasi atau menolaknya atau sampai pada alternative terakhir, unruk
memberikan model yang lebih memadai sebagai gantinya.
Tidak
lama sebelumnya ketidaksukaan akan akuntansi terjadi di dalam dan diluar
universitas. Namun untungnya, situasi ini telah mengalami perubahan. Beragam
survey yang dilakukan untuk hasil temuan-temuan penelitian memperlihatkan
status akademik dari akuntansi. Para peneliti akuntansi telah menerapkan
metodologi-metodologi dan teori-teori yang berbeda untuk memerikasa seluruh
kemungkinan permasalahan yang penting dilapangan. Pada awalnya, diawal tahun
1970-an penelitian apriori seperti ini dikritik sebagai tidak sempurna secara
teoritis atau memiliki nilai yang diragukan. Pada taun 1970, Gonedes dan Dopuch
berpendapat bahwa sebuah model apriori yang membenarkan keunggulan dari
seperangkat prosedur-prosedur akuntansi adalah suatu hal yang tidak mungkin
untuk dilakuan. Untungnya Wells dalam sebuah artikel yang berpengaruh dithaun
1976, membela penelitian apriori sebagai suatu langkah yang dibutuhkan dalam
revolusi pemikiran akuntansi.
Wells
melanjutkan dengan menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam
akuntansi sepertinya mengikuti suatu pola yang diuraikan oleh Kuhn sebagai
sebuah revolusi yang berhasil, sehingga disiplin ilmu akuntansi muncul dari
suatu kondisi krisis. Secara singkat, tesis Kuhn adalah suatu ilmu akan
didominasi oleh suatu revolusi dimana paradigm yang berkuasa akan digantikan
oleh paradigma yang dominan. Hal yang utama dari pola revolusioner Kuhn ini
adalah definisi dari kata paradigm. Jika diasumsikan bahwa untuk sementara
waktu definisi seperti ini memiliki kemungkinan untuk terjadi, langkah
berikutnya adalah mengidentifikasi pardigma-paradigma didalam akuntansi.
Langkah ini telah diambil pada tahun 1977 oleh American Accounting
Association-AAA (Asosiasi Akuntansi Amerika) dengan diterbitkannya statement on
Accounting Theory and Theory Acceptance-SOATATA (Pernyataan Teori Akuntansi dan
Penerimaan Teori). Pernyataan ini mempertimbangkan perkembangan-perkembangan
yang terjadi di dalam pemikiran akuntansi dari sudut pandang ‘filosofi ilmu
pengetahuan’ yaitu dilihat dari segi pemikiran oleh Kuhn mengenai bagaimana
kemajuan terjadi di dalam ilmu pengetahuan, SOATATA mengidentifikasikan tiga
pendekatan teoritis yang dominan:
1.
Pendekatan “Klasik” (Laba
sebenarnya/induktif), digunakan oleh baik “deduksionis normatf” maupun “penulis
yang positif dan induktif”
2.
Pendekatan “kegunaan keputusan”
digunakan oleh mereka yang menekankan model-model pengambilan keputusan dan
berfokus pada pengambil keputusan (akuntansi keperilakuan dan penelitian
tingkat pasar)
3.
Pendekatan “informasi/ekonomi” dengan
sebuah pembedaan yang dibuat antara “kasus individu tunggal” dan “kasus
multi-individu.”
Salah
satu argumentasi yang dimuat dalam pernyataan AAA, dan merupakan suatu hal yang
sangat relevan pada studi ini . adalah bahwa meningkatnya jenis-jenis teori dan
pendekatan akuntansi menunjukkan adanya beberapa paradigma yang saling
bersaing. Pernyataan ini bahkan menyarankan apa sajakah paradigma yang saling
bersaing tersebut.
Sebagai
contoh, sebuah paradigma yang dapat diberi nama "anthropological ap¬proach
", menentukan bahwa praktik-praktik profesional para akuntan sebagai
wewenang empiris dari akuntansi. Sesuai dengan paradigma ini, teori akuntansi
dirumuskan sebagai suatu proses rasionalisasi, dan penarikan kesimpulan dari
praktik-praktik akuntansi yang berlaku secara luas. Paradigma lainnya
mendasarkan diri pada perilaku pasar modal dalam menyajikan wewenang empiris di
mana teori akuntansi disusun dan diterapkan. Sama seperti pandangan umum
lainnya, akuntansi menentukan proses keputusan individu dan/atau teori
keputusan sebagai wewenang empiris dari teori akuntansi. Pengelompokan tiga
kategori ini selanjutnya dapat diperluas dengan menggabungkan baik ideal income
approach maupun information/economic approach, yang masing-masing mengajukan
keunikan dari wewenang empiris akuntansi.
Pertama,
apabila penerapan konsep Kuhn dalam interpretasi Wells diterima, akuntansi
dikategorikan sebagai sebuah ilmu. Kedua, saran SATTA diterima, akuntansi
merupakan sebuah ilmu dengan berbagai paradigma (multiple-paradigm science).
Ada dua isu yang muncul sebagai akibat penerimaan saran Wells maupun SATTA.
Pertama, untuk menghilangkan kebingungan antara teori dan paradigma, definisi
yang memadai dari suatu paradigma harus :
1. Mengelompokkan
teori sebagai komponen paradigma semata, sdan
2. Membedakan
paradigma yang saling bersaing-dua keterbatasan saran Wells dan SATTA.
Kedua,
akuntansi seperti sebagian besar ilmu lainnya, memiliki kelemahan sebagai suatu
paradigma tunggal; jadi paradigma akuntansi pembanding perlu diidentifikasi dan
diuraikan untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang penetapan akuntansi.
II.
KONSEP PARADIGMA
2.1
Perubahan Revolusioner, Teori, dan
Paradigma Equilibrium Tersela
Bagaimana
ilmu pengetahuan berubah? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan cukup lama.
Para pengikut Darwin dengan gagasannya tentang pertumbuhan (incremental)
menyatakan bahwa perubahan kumulatif masih jauh dari memadai untuk menjelaskan
perubahan dalam bidang ilmu dan pertumbuhan dalam bidang pengetahuan. Bahkan
sejarawan seperti Niles Eldredge dan Stephen Gould mengajukan sebuah gagasan
yang berbeda dari evolusi yang dikenal sebagai punctuated equilibrium: sebuah
alternatif di antara periode-periode yang panjang dengan infrastruktur yang
stabil dan meningkatnya penyesuaian serta peringkasan periode revolusioner yang
bergolak. Pada dasarnya, "garis keturunan muncul dalam bentuk equilibrium
seperti bentuk-bentuk terdahulu dan spesies baru muncul dengan tiba-tiba,
melalui perubahan yang secara tiba-tiba menyela (punc¬tuation) proses yang ada
(seperti dalam model Darwin—seleksi alam yang akan menseleksi kemampuan varian
baru tersebut)". Seperti yang ditunjukkan dalam Peraga 10.1, model
punctuated equilibrium diuraikan ke dalam enam teori termasuk teori individu,
grup, organisasi, bidang ilmu, spesies biologis, dan teori induk (grand
theory). Untuk masing-masing teori, punctuated equilibrium menawarkan tiga
komponen pokok yaitu: struktur yang mendalam, periode keseimbangan, dan periode
revolusioner. Penekanan dalam bab ini adalah aplikasi paradigma puntuated
equilibrium dalam bidang ilmu secara umum dan dalam bidang akuntansi secara
khusus.
Persamaan sifat:
Selama
periode keseimbangan, sistem akan tetap melaksanakan dan menyelesaikan proses
pemilihan struktur secara mendalam. Sistem akan melakukan penyesuaian yang akan
tetap mempertahankan struktur dalam menghadapi berbagai gangguan internal
maupun eksternal, dan terus bergerak tumbuh untuk memperoleh struktur secara
terperinci. Upaya untuk memperoleh pemilihan struktur yang terperinci dapat
menghasilkan perilaku yang pada awalnya menyebabkan pergolakan.
Individu: Levinson
Periode
penyusunan struktur. Tugas utama dalam periode ini adalah menyusun suatu
struktur yang hidup: struktur tersebut mengharuskan seseorang membuat kunci
pilihan tertentu, bentuk struktur yang melingkupinya, dan berusaha mencapai
tujuan serta nilai dalam struktur tersebut. Pada pengertian ini, suatu periode
yang stabil tidak dapat dikatakan sebagai periode tenang. Tugas penyusunan struktur
kadang-kadang penuh dengan tekanan ... dan mungkin melibatkan banyak perubahan.
Setiap periode yang stabil... memiliki perbedaan tugas dan karakter tergantung
pada siklus hidupnya (1978: 49) [Sejumlah periode] biasanya antara 5-7 tahun,
maksimal 10 tahun. (1986:7)
Grup:Gersick(1988)
Kehidupan grup projek terdiri dari dua fase utama, yang dipisahkan oleh suatu periode transisi yang telah mencapai pertengahan antara awal projek dengan waktu terakhir yang dimaksudkan. Dalam fase-fase ini, grup akan melakukan tugasnya menggunakan rerangka asumsi, premis, dan pola perilaku yang stabil. Seperti halnya rerangka yang sifatnya beragam, maka efektivitas suatu aktivitas juga beragam dari satu grup ke grup lainnya. Dalam setiap fase, grup akan mengakumulasi kekurangan atau kelebihan pekerjaan, pembelajaran, dan pengalaman dalam batas-batas rerangkanya, namun mereka tidak mengubah pendekatan dasar yang digunakan dalam tugasnya.
Kehidupan grup projek terdiri dari dua fase utama, yang dipisahkan oleh suatu periode transisi yang telah mencapai pertengahan antara awal projek dengan waktu terakhir yang dimaksudkan. Dalam fase-fase ini, grup akan melakukan tugasnya menggunakan rerangka asumsi, premis, dan pola perilaku yang stabil. Seperti halnya rerangka yang sifatnya beragam, maka efektivitas suatu aktivitas juga beragam dari satu grup ke grup lainnya. Dalam setiap fase, grup akan mengakumulasi kekurangan atau kelebihan pekerjaan, pembelajaran, dan pengalaman dalam batas-batas rerangkanya, namun mereka tidak mengubah pendekatan dasar yang digunakan dalam tugasnya.
Organisasi: Tushman & Romanelli (1985)
Periode
konvergpn: tambahan perubahan dan adaptasi yang jangkauan wakrunya relatif
panjang dalam menguraikan struktur, sistem, pengendalian, dan sumber daya ke
arah peningkatan koalisi, yang langsung atau tidak berhubungan dengan
efektivitas kinerja. (: 173) Periode ini diwarnai oleh lamanya waktu, orientasistratejik,
dan pergolakan. ... (: 179) Selama periode ini... kelembaman meningkat dan
kewaspadaan bersaing menurun: struktur sering kali mengarahkan strategi. (:
215)
Bidang-bidang Keilmuan: Kuhn (1970)
Normal
science biasanya diarahkan pada artikulasi fenomena dan teori-teori yang
disajikan oleh paradigma yang digunakan. (: 24) Tiga kelompok masalah -
penentuan signifikansi suatu fakta dengan mencocokkan fakta tersebut pada
teorinya, dan pada artikulasi teori - melemahkan ... literatur pengetahuan,
baik secara empiris maupun teoretik. ... Bekerja di bawah suatu paradigma tidak
dapat dilakukan dengan cara lainnya, dan meninggalkan paradigma berarti
menghentikan pendefinisian praktik. (34)
Spesies Biologis: Gould (1980)
Transformasiphyletic
merupakan penyesuaian tambahan dalam populasi yang bertahap dan bersifat
adaptif. Hal ini merupakan bentuk evolusi yang melibatkan keseluruhan perubahan
populasi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Proses ini tidak menyebabkan
peningkatan dalam keragaman, hanya transformasi dari suatu bentuk ke bentuk
lainnya. Karena fenomena kepunahan biasa terjadi, biota (kehidupan) yang tidak
memiliki mekanisme untuk meningkatkan diversitas akan segera lenyap.(180)
Teori Induk: Prigogine & Stengers (1984); Heken (1981)
Dalam
kawosan yangstabil, penentuan hukum akan mendominasi. (: 169) Seluruh inisiatif
individudibuatmenjaditidakberarti. ... (: 206)
Pada
kondisi eksternal yang terjadi, partisipasi individu dalam sistem memiliki...
konfigurasi yang stabil: ... atau yang bergoyang. ... Apabila sedikit kekacauan
dimasukkan ke dalam sistem ... partisipasi individu dalam sistem akan
mengurangi keadaan terdahulu apabila kekacauan disingkirkan, atau mereka
sedikit mengubah perilakunya saat kekacauan muncul. (: 17)
2.2
Teori Umum Kuhn tentang Revolusi
Ilmiah
Teori
tentang revolusi pengetahuan menekankan pada pengembangan pengetahuan dan
motivasi sejumlah pengembangan tersebut. Usaha Thomas Kuhn menekankan pada
pengembangan pengetahuan dalam bidang normal science tertentu.9 Tesis utama
revolusi pengetahuan ini berdasarkan konsep paradigma. Setelah munculnya
sejumlah kritik tentang perbedaan dan ketidakkonsistenan pemakaian istilah
paradigma, Kuhn memperbaikinya dalam bukunya edisi kedua:
Dalam banyak buku, istilah paradigma digunakan dalam dua pengertian berbeda. Di satu sisi, paradigma terdiri dari keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, dan teknik yang dibagikan pada anggota suatu komunitas. Di sisi lain, paradigma menunjukkan satu bentuk elemen dalam konstelasi, yaitu solusi kongkrit atas kebingungan yang dapat dimanfaatkan sebagai model atau contoh, dan dapat menggantikan aturan yang ada sebagai suatu dasar solusi bagi kebingungan berikutnya dalam normal science.
Dalam banyak buku, istilah paradigma digunakan dalam dua pengertian berbeda. Di satu sisi, paradigma terdiri dari keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, dan teknik yang dibagikan pada anggota suatu komunitas. Di sisi lain, paradigma menunjukkan satu bentuk elemen dalam konstelasi, yaitu solusi kongkrit atas kebingungan yang dapat dimanfaatkan sebagai model atau contoh, dan dapat menggantikan aturan yang ada sebagai suatu dasar solusi bagi kebingungan berikutnya dalam normal science.
Paradigma-paradigma
ini tidak selamanya mendominasi. Untuk pertama kali dijumpai adanya sejumlah
anomali. Anomali ini tidak dapat diperbaiki. Suatu periode ketidaknyamanan dan
krisis terjadi dengan adanya perselisihan antara pihak yang melihat anomali
sebagai suatu contoh pembanding, dan pihak lain yang tidak menganggapnya:
Normal
science berulangkali mengalami salah langkah. Saat itu terjadi—yaitu saat profesi
tidak lagi dapat menghindari anomali sebagai penyebab tumbangnya tradisi
praktik ilmu pengetahuan yang ada—maka penyelidikan tambahan dimulai untuk
mengajak para anggota profesi agar membuat komitmen baru, sebagai dasar yang
baru untuk praktik ilmu pengetahuan.
Persamaan Sifat:
Struktur
mendalam merupakan suatu jaringan fundamental, pemilihan yang saling
tergantung, dari konfigurasi dasar ke dalam sebuah unit sistem yang
terorganisasi, dan merupakan aktivitas yang memelihara baik konfigurasi
tersebut maupun pertukaran sumber-sumber sistem dengan lingkungannya. Struktur
mendalam dalam sistem manusia merupakan instruksi yang harus dipatuhi secara
luas.
Individual: Levinson (1986: 6)
Individual: Levinson (1986: 6)
StrukturHidup:
Pola atau desain yang mendasari hidup seseorangpada waktu tertentu.... Struktur
hidup (jawablah pertanyaan): "Seperti apa hidupku sekarang? Apa yang
terpenting dalam hidupku, dan bagaimana itu saling terkait? Di mana aku
menghabiskan sebagian besar waktu dan energiku?" Komponen utama dalam
struktur hidup adalah hubungan manusia dengan manuasia lainnya dalam dunia
nyata.
Grup:
Gersick (lihat 1988: 17, 21)
Rerangka
kerja: situasi grup yang terjadi dan bagaimana perilakunya akan membentuk
plat¬form yang dijadikan dasar aktivitas grup. Rerangka kerja secara parsial
mungkin bersifat eksplisit namun umumnya bersifat implisit. Rerangka kerja
merupakan integrasi jaringan yang melipuiti strategi kinerja, pola interaksi,
asumsi maupun pendekatan dalam tugas-tugas grup, dan keadaan luar lainnya.
Organisasi: Tushman & Romanelli (1985: 176)
Organisasi: Tushman & Romanelli (1985: 176)
Orientasi
stratejik: Jawablah pertanyaan: Apa yang dapat disatukan? Mana yang dapat dan
tidak dapat dibuat eksplisit, dapat diuraikan dari (lima sudut pandang): (1)
keyakinan dan penilaian utama organisasi, pekerja dan lingkungannya; (2)
produk, pasar, teknologi, dan waktu persaingan; (3) distribusi kekuasaan; (4)
struktur organisasi; dan (5) sifat. bentuk dan kemampuan untuk mempengaruhi
dari sistem pengendaliannya.
Bidang-bidang Keilmuan: Kuhn (1970)
Paradigma:
Dikenal sebagai prestasi ilmiah yang pada suatu suatu periode waktu menyajikan
model masalah dan solusi bagi komunitas praktisi. (:viii) [Paradigma
mengindikasikan] apa yang dimaksudkan dengan data, instrumen apa yang digunakan
untuk mengumpulkannya, dan konsep apa yang relevan dengan interpretasinya.
(:122 ) [Bagaimanapun, ilmuwan] akan sedikit lebih baik dari orang awam dalam
menggolongkan dasar penyusunan suatu bidang ilmu.... Sejumlah gambaran
menunjukkan kemampuan mereka dalam berbagai penelitian yang sukses dilakukan.
(: 47)
Apa yang sesungguhnya terjadi selama periode krisis, tidak banyak yang tahu. H. Gilman McCann mengusulkan tingkat karakteristik teoretis dan kuantitatif dari tugas-tugas yang berhubungan dengan periode awal dan akhir dari normal science:
1. Tingkat
usaha teoretis akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini
terdiri dari (a) naiknya tingkat usaha teoretis di antara para pengikut suatu
paradigma, dan (b) diawali dengan tingginya tingkat usaha teoretik oleh
pengikut paradigma baru, diikuti menurunnya keberhasilan paradigma baru.
2. Pergeseran
ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan teoretik
dibandingkan tulisan yang lain.
3. Tingkat
usaha kuantitatif akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini
terdiri dari (a) suatu kenaikan, yang mungkin diikuti penurunan, dalam tingkat
usaha di antara para pengikut paradigma yang ada, dan (b) diawali dengan tingginya
tingkat usaha kuantitatif oleh pengikut paradigma baru, yang mungkin diikuti
menurunnya paradigma baru dan menyebabkan masalah lain.
4. Pergeseran
ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan kuantitatif
dibandingkan tulisan yang lain.
5. Peningkatan
usaha kuantitatif akan sangat ditegaskan di antara tulisan teoretik.
6. Akan
terjadi peningkatan jumlah penulis selama pengembangan revolusi.
7. Akan
terjadi peningkatan produktivitas penulis selama pengembangan revolusi.
8. Pergeseran
ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan penulis muda
daripada penulis yang lebih tua.
9. Pendukung
paradigma baru umumnya lebih muda daripada pendukung paradigma lama.
10. Akan
ada sejumlah tulisan yang bersifat netral.
11. Porsi
penghargaan terhadap penulis yang mendukung paradigma baru akan meningkat
selama revolusi.
Seluruh
hukum dan proposisi merupakan subjek kesaksian empirik. Penolakan suatu
paradigma terhadap paradigma lainnya bagaimanapun tidak berdasarkan
eksklusifitas bukti empirik. Faktor-faktor yang tidak logik termasuk pandangan
metafisik, kedudukan filosofik, etnosentrisme, nasionalisme, dan karakter
sosial dari komunitas ilmiah, mungkin menjadi beban keputusan.13 Dominasi
paradigma baru disertai oleh pengakuan yang melimpah para pendukungnya.
Pengakuan ini yang lebih dari sekadar uang atau kekuasaan, akan menjadi faktor
pendorong bagi para peneliti suatu paradigma tertentu maupun komunitas ilmiah
tertentu. Intinya, para peneliti akan menukarkan pengakuan sosial terhadap informasi.
Seperti yang dinyatakan oleh Hagstrom: "Manu¬script yang disajikan pada
komunitas ilmiah secara periodik sering disebut sebagai "kontribusi"
dan pada kenyataannya merupakan suatu sumbangan."
Umumnya,
penerimaan suatu sumbangan oleh seorang individu atau komunitas mengakibatkan
suatu bentuk pengakuan terhadap status penyumbang dan terhadap keberadaan hak
tertentu ... dalam bidang ilmu pengetahuan, penerimaan kontribusi manuscript
oleh jurnal ilmiah menetapkan statu penyumbang sebagai seorang ilmuwan yang
sesungguhnya, status sebagai seorang ilmuwan dapat dicapai hanya melalui
berbagai sumbangan pemikiran— dan ini menjamin prestisnya dalam komunitas
ilmiah.
Walaupun
sulit untuk sependapat bahwa pengakuan merupakan motivasi utama bagi penelitian
dalam setiap bidang ilmu, namun ada argumen menarik bahwa dorongan utama
penelitian adalah kepuasan yang diperoleh apabila melakukan sesuatunya dengan
baik. Merton menyatakan argumen tersebut sebagai berikut:
Pengakuan
terhadap originalitas merupakan penegasan kesaksian sosial bahwa seseorang
telah berhasil melewati persyaratan sebagai seorang ilmuwan. Citra ilmuwan itu
sendiri akan sangat tergantung pada penilaian sesama ilmuwan tentang kesesuaian
dan peran pentingnya dalam bidang tertentu.
Namun
demikian, kecurigaan tentang kebenaran secara psikologis menyelimuti proses
pengakuan dalam ilmu pengetahuan. Setiap penghargaan yang bersifat intrinsik
seperti popularitas, uang, posisi, secara moral bersifat mendua dan berpotensi
untuk merusak nilai kepuasan secara alami: seperti reward berbentuk pemberian
hukuman, akan menggantikan kedudukan motivasi yang sesungguhnya: perhatian
terhadap pengakuan akan menggantikan perhatian terhadap keunggulan pengetahuan.
Dengan
adanya pengakuan baik sebagai tujuan maupun sebagai suatu tanda telah
dilakukannya pekerjaan dengan baik, para peneliti dari suatu paradigma yang
dominan maupun yang lainnya tetap saja bersusah payah untuk menyampaikan
informasi yang mereka miliki baik melalui saluran komunikasi yang resmi untuk
pengakuan secara institusional maupun komunikasi tidak langsung untuk pengakuan
yang sifatnya lebih dasar.
2.3
Pandangan Ritzer tentang Berbagai
Paradigma yang Diterapkan dalam Akuntansi
Fokus perhatikan dalam teori dari revolusi pengetahuan adalah pendefinisian yang tepat tentang konsep paradigma. Kuhn menggunakan istilah tersebut secara salah dan tidak konsisten. Definisi paling mendekati yang tersaji pada bagian akhir bukunya edisi kedua juga tetap tidak jelas. Definisi tersebut tidak mengurangi kritik utama terhadap perubahan pandangan Kuhn, dari pandangan bahwa kemunculan dan kegagalan suatu paradigma merupakan akibat faktor politik, ke pandangan baru bahwa suatu paradigma lebih unggul dari pandangan lainnya dengan suatu alasan, meliputi "keakuratan, cakupan, kemudahan, manfaat, dan kesamaannya".18 Sebagai contoh adalah pendapat George Ritzer yang mendukung pandangan pertama dan tetap bertahan dengan pendapat bahwa kemunculan suatu paradigma disebabkan oleh fenomena politis.
Fokus perhatikan dalam teori dari revolusi pengetahuan adalah pendefinisian yang tepat tentang konsep paradigma. Kuhn menggunakan istilah tersebut secara salah dan tidak konsisten. Definisi paling mendekati yang tersaji pada bagian akhir bukunya edisi kedua juga tetap tidak jelas. Definisi tersebut tidak mengurangi kritik utama terhadap perubahan pandangan Kuhn, dari pandangan bahwa kemunculan dan kegagalan suatu paradigma merupakan akibat faktor politik, ke pandangan baru bahwa suatu paradigma lebih unggul dari pandangan lainnya dengan suatu alasan, meliputi "keakuratan, cakupan, kemudahan, manfaat, dan kesamaannya".18 Sebagai contoh adalah pendapat George Ritzer yang mendukung pandangan pertama dan tetap bertahan dengan pendapat bahwa kemunculan suatu paradigma disebabkan oleh fenomena politis.
Ritzer
menyatakan:
Suatu
paradigma lebih unggul dari paradigma lainnya karena pendukungnya memiliki
kekuatan yang lebih besar daripada pendukung paradigma pesaing dan tidak harus
karena paradigma mereka "lebih baik" daripada pesaingnya. Sebagai
contoh adalah paradigma yang para pendukungnya mengendalikan sejumlah jurnal
penting dan dengan demikian, penentu apa yang akan dipublikasikan lebih
cenderung untuk memihak paradigma yang mereka dukung daripada paradigma yang
memiliki kelemahan akses pada jurnal bersangkutan. Demikian pula kedudukan
penguasa dalam suatu bidang lebih cenderung untuk memihak pendukung paradigma
yang dominan, dan memberi mereka suatu posisi dengan legitimasi yang
signifikan. Para pendukung paradigma yang memperoleh otoritas dalam suatu
bidang, jelas sekali memiliki kelemahan, karena mereka tidak memiliki kemampuan
dalam bidang tersebut. Namun demikian, mereka dapat menggunakan pengaruh
politik yang dimiliki untuk menjatuhkan paradigma yang dominan dan memperoleh
posisi untuk mereka sendiri.
Philips juga sependapat dengan Ritzer tentang pandangan yang pertama dan juga berpendapat bahwa alasan yang diajukan pada pandangan kedua merupakan suatu paradigma yang tergantung.
Dengan
pandangan bahwa paradigma merupakan ketergantungan—politis, Ritzer mengajukan
definisi paradigma berikut ini:
Sebuah
paradigma merupakan gambaran dasar dari pokok persoalan dalam bidang ilmu
tertentu. Paradigma menyajikan suatu definisi tentang apa yang seharusnya
ditanyakan, dan pedoman apa yang seharusnya diikuti dalam menginterprestasikan
jawaban yang diperoleh. Paradigma merupakan unit yang lebih luas daripada
konsensus dalam suatu bidang ilmu dan menyajikan pedoman untuk membedakan suatu
komunitas ilmiah dari komunitas lainnya. Paradigma akan menggolongkan,
mendefinisikan, dan mengkaitkan berbagai contoh, teori, metode, dan instrumen
yang muncul dalam bidang tersebut.
Komponen
dasar suatu paradigma menurut definisi Ritzer adalah:
1.
Suatu contoh (exemplar), atau potongan
aktivitas yang berfungsi sebagai model bagi individu yang bekerja menggunakan
suatu paradigma;
2.
Gambaran (images) dari pokok persoalan;
3.
Teori-teori (theories); dan
4.
Metode dan instrumen.
Bab
ini menggunakan definisi Ritzer untuk menganalisis komunitas ilmiah atau
komunitas kecil dalam akuntansi, dengan asumsi bahwa:
1.
Akuntansi kekurangan suatu paradigma
yang komprehensif dan akuntansi merupakan ilmu dengan berbagai paradigma, serta
2.
Masing-masing paradigma tersebut sedang
berusaha keras untuk dapat diterima, bahkan untuk dapat mendominasi suatu
bidang ilmu.
Walaupun
dinyatakan sebagai paradigma-paradigma yang bersaing, pernyataan berikut ini
dapat digunakan untuk memperdebatkan paradigma-paradigma yang bersaing;
Saat
nilai prediksi suatu teori bagi para penggunanya digunakan, nilai tersebut tidak
semata-mata menentukan kesuksesan suatu paradigma. Disebabkan biaya kesalahan
dan implementasinya bervariasi, sejumlah teori tentang fenomena dapat bertahan
secara bersamaan untuk tujuan prediktif. Bagaimanapun, hanya satu fenomena yang
secara umum akan dapat diterima para teoritikus. Dalam menerima suatu teori,
teoritikus akan dipengaruhi oleh pertimbangan intuitif dari penjelasan teori
suatu fenomena dan jangkauan suatu fenomena, yang dapat menjelaskan dan
memprediksi sebaik manfaat prediksi bagi para pengguna.
Saran-saran berikut dibuat oleh publikasi the 1977 American Accounting Asso¬ciation tentang Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance, yang menyarankan sejumlah paradigma berikut ini:
Saran-saran berikut dibuat oleh publikasi the 1977 American Accounting Asso¬ciation tentang Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance, yang menyarankan sejumlah paradigma berikut ini:
1. Paradigma
anthropologikal/induktif.
2. Paradigma
true-income/deduktif.
3. Paradigma
decision-usefulness/decision-model.
4. Paradigma
decision-usefulness decision-maker Iagregat-market-behavior.
5. Paradigma
decision-usefulness/decision-maker/individual-user.
6. Paradigma
informasilekonomik.
III.
PARADIGMA ANTROPOLOGIS/INDUKTIF
Para
pendukung dari pandangan ini menyatakan secara umum bahwa teknik-tekniknya
dapat diperoleh dan dijustifikasi berdasarkan atas penggunaan mereka telah
teruji atau bahwa manajemen memainkan suatu peranan utama dalam menentukan
teknik-teknik yang akan dimplementasikan. Konsekuensinya, tujuan penelitian
akuntansi yang dikaitkan dengan paradigma antropologis/induktif adalah untuk
memahami, menjelaskan, dan meramalkan praktik-praktik akuntansi yang sudah ada.
Sebagai contoh, Ijiri memandang misi dari pendekatan paradigmatis ini sebagai
berikut:
Jenis
pemikiran induktif untuk mendapatkan sasaran yang implisit di dalam perilaku
dari suatu sistem yang sudah ada tidak dimaksudkan untuk menjadi pro-kekuasaan
untuk mempromosikan pemeliharaan pihak status quo. Tujuan dari pelaksanaan
seperti itu adalah untuk menyoroti di mana perubahan-perubahan paling
dibutuhkan dan di mana mereka layak untuk dilakukan. Perubahan yang disarankan
sebagai suatu hasil dari studi semacam itu memiliki kemungkinan yang lebih
tinggi untuk dapat dimplementasikan secara nyata.
IV.
PARADIGMA LABA SEBENARNYA /DEDUKTIF
MacNeal
menyatakan suatu konsep laba ideal sebagai berikut :
Terdapat satu definisi yang tepat dari laba dalam artian akuntansi. “Laba” adalah suatu peningkatan kekayaan bersih. “Kerugian” adalah penurunan dari kekayaan bersih. Definisi ini merupakan definisi seorang ekonom. Ia singkat, jelas dan dapat ditunjukkan secara matematis.
Terdapat satu definisi yang tepat dari laba dalam artian akuntansi. “Laba” adalah suatu peningkatan kekayaan bersih. “Kerugian” adalah penurunan dari kekayaan bersih. Definisi ini merupakan definisi seorang ekonom. Ia singkat, jelas dan dapat ditunjukkan secara matematis.
Alexander
, yang juga mengemukakan mengenai suatu konsep laba ideal, menyatakan :
Kita juga harus menemukan apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang ideal, dimana laba akuntansi hanya memiliki perbedaan sampai sejauh tingkatan bahwa ideal adalah suatu hal yang secara praktik tidak akan dapat terpenuhi atau apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang pantas bahkan jika tidak dapat diukur dengan pasti.
Kita juga harus menemukan apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang ideal, dimana laba akuntansi hanya memiliki perbedaan sampai sejauh tingkatan bahwa ideal adalah suatu hal yang secara praktik tidak akan dapat terpenuhi atau apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang pantas bahkan jika tidak dapat diukur dengan pasti.
V. PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN / MODEL KEPUTUSAN
Bagi
para pengguna paradigma decision-usefulness/decision-model, pokok persoalan
dasarnya adalah manfaat informasi akuntansi dalam model keputusan. Informasi
yang relevan dengan model atau kriteria keputusan ditentukan dan diterapkan
dengan memilih alternatif akuntansi terbaik. Kemanfaatan dalam model keputusan
sama dengan model keputusan yang relevan. Sebagai contoh, Sterling menyatakan:
Apabila
suatu properti dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka
pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan relevan (dengan model keputusan
tersebut). Apabila suatu properti tidak dapat ditentukan oleh sebuah model
pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan tidak
relevan (dengan model keputusan tersebut).
VI. PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN /PENGAMBIL KEPUTUSAN/PERILAKU PASAR AGREGAT
Bagi
para pengguna paradigma
dedsion-usefulnessi'decision-makeri'agregat-market-be-hauior, pokok masalah
sesungguhnya adalah respons pasar secara keseluruhan terhadap variabel-variabel
akuntansi. Para penulis di atas sependapat bahwa manfaat keputusan secara umum
dalam variabel akuntansi dapat diperoleh dari perilaku pasar secara
keseluruhan, atau seperti yang disajikan oleh Gonedes dan Dopuch, hanya
pengaruh prosedur akuntansi alternatif atau spekulasi yang dapat dinilai dari
perilaku pasar secara keseluruhan. Menurut Gonedes dan Dopuch, pemilihan sistem
informasi akuntansi ditentukan oleh perilaku pasar secara keseluruhan.
VII.
PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN/
PENGAMBIL KEPUTUSAN/ PENGGUNA INDIVIDU
Para pengguna paradigma
ini cenderung untuk menggunakan seluruh metode yang disukai oleh para ahli
keperilakuan—teknik pengamatan, wawancara, dan kuesioner serta eksperimen
merupakan metode yang banyak digunakan. Hal ini juga merupakan awal yang baik
untuk suatu proses pengakuan.
VIII. PARADIGMA INFORMASI / EKONOMI
Nilai
informasi dipandang dari sudut kriteria cost-benefit dalam struktur formal
teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan cara
sebagai berikut:
... argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran bahwa (1) pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash-flow, (2) accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, (3) nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk memproduksinya.
... argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran bahwa (1) pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash-flow, (2) accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, (3) nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk memproduksinya.
Informasi
akuntansi dievaluasi dalam hubungannya dengan kemampuan untuk meningkatkan
kualitas pemilihan secara optimal dalam masalah pemilihan yang harus
diselesaikan oleh seorang individu atau sejumlah individu dalam sekelompok
individu yang heterogen. Seorang individu harus memilih di antara sejumlah
tindakan yang juga memiliki probabilitas hasil berbeda. Asumsikan secara
konsisten bahwa perilaku pemilihan yang rasional akan diarahkan oleh expected
utility hypothesis, maka tindakan dengan expected payoff (atau utility)
terbesar akan lebih disukai individu.
Dalam
kaitannya dengan hal ini, informasi diperlukan untuk revisi probabilitas
outcomes sesungguhnya. Jadi individu akan mengahadapi dua tahap proses:
1. tahap
pertama, saat sistem informasi menghasilkan sinyal-sinyal yang berbeda;
2. tahap
kedua, saat ketaatan sinyal menghasilkan revisi probabilitas dan pemilihan
kondisi dengan tindakan terbaik.
IX. AKUNTAN AKADEMIK : SUATU KELAS UNIVERSAL YANG CACAT
Suatu
elemen didalam susunan konfliktual baru adalah suatu kelas baru akuntan
akademik. Proleratiat sebagai suatu kelas universal, dapat paling baik
dijelaskan oleh teori Marx dan Engels mengenai “kelas universal dari
proletariat,” menyangkal kritik dan keraguan-keraguan bahwa proletariat dapat
mengembangkan kesadaran yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya sebgai
suatu kelas universal. Gouldner bergabung dengan kelompok yang mengkritik
dengan pendapat bahwa kelas terendah tidak akan pernah dapt memiliki kekuasaan
dan bahwa diseluruh dunia selama abad ke 20, satu kelas intelektual baru telah
mulai muncul, yang tampak seperti kelas universal yang didefinisikan oleh Hegel
tetapi tidak merupakan suatu kelas universal. Kelas baru tersebut oleh
karenanya menjadi kelas universal yang cacat.
Ia
mengemukakan dua usulan utama; pertama, munculnya “kelas baru” yang terdiri
atas intelektual humanistic dan kecerdasan teknis, dimana universalismenya
adalah sangat cacat dan kedua bertumbuhnya dominasi dari kelas tersebut seperti
seorang borjuis cultural dan memiliki monopoli atas modal cultural dan
profesionalisme dari mana ia memperoleh kekuatannya.
Kelas yang baru ini meliputi kecerdasan teknis dan manusia. Kelas ini membentuk satu komunitas penceramah yang berbagi budaya berdiskusi kritis (Culture of critical discourse-CCD). Budaya berdiskusi kritis ini adalah konsep yang didapatkan dari sederetan program linguistik yang berbeda-beda dan diidentifikasikan dalam sosiolinguistik. Definisinya pun serupa. Budaya berdiskusi kritis adalah seperangkat aturan yang telah mengalami evolusi sepanjang sejarahnya, suatu tata bahasa dalam berdiskusi yang (1) diharapkan akan membenarkan pernyataan-pernyataannya, (2) dimana cara-cara pembenarannya tidak diawali dengan melibatkan pihak yang berwajib dan (3) cenderung untuk mendapatkan persetujuan secara sukarela dari mereka yang dibahas dengan sepenuhnya atas dasar argumentasi yang dibahas. Hal ini merupakan suatu budaya berdiskusi secara kritis dimana tidak ada satu pun hal yang oleh para pembicara, berdasarkan prinsip, ditolak untuk dibahas secara permanen atau membuat masalah; tentu, mereka bahkan bersedia untuk berbicara mengenai nilai dari pembicaraan itu sendiri dan kemungkinan kerugiannya untuk berdiam diri atau mempraktikkannya.
Kelas yang baru ini meliputi kecerdasan teknis dan manusia. Kelas ini membentuk satu komunitas penceramah yang berbagi budaya berdiskusi kritis (Culture of critical discourse-CCD). Budaya berdiskusi kritis ini adalah konsep yang didapatkan dari sederetan program linguistik yang berbeda-beda dan diidentifikasikan dalam sosiolinguistik. Definisinya pun serupa. Budaya berdiskusi kritis adalah seperangkat aturan yang telah mengalami evolusi sepanjang sejarahnya, suatu tata bahasa dalam berdiskusi yang (1) diharapkan akan membenarkan pernyataan-pernyataannya, (2) dimana cara-cara pembenarannya tidak diawali dengan melibatkan pihak yang berwajib dan (3) cenderung untuk mendapatkan persetujuan secara sukarela dari mereka yang dibahas dengan sepenuhnya atas dasar argumentasi yang dibahas. Hal ini merupakan suatu budaya berdiskusi secara kritis dimana tidak ada satu pun hal yang oleh para pembicara, berdasarkan prinsip, ditolak untuk dibahas secara permanen atau membuat masalah; tentu, mereka bahkan bersedia untuk berbicara mengenai nilai dari pembicaraan itu sendiri dan kemungkinan kerugiannya untuk berdiam diri atau mempraktikkannya.
X. KESIMPULAN
Akuntansi
mungkin dapat didekati dari sudut pandang filsafat ilmu. Hasil penelitian
akuntansi tidak perlu dipandang sebagai suatu nilai yang meragukan atau secara
teoretik belum sempurna. Lebih lanjut, penelitian akuntansi menemukan indikasi
bahwa kejadian-kejadian akuntansi mengikuti pola keberhasilan revolusi yang
diteorikan oleh Kuhn. Pada bab'ini kita telah menggunakan definisi
"paradigma' yang relevan dengan akuntansi. Komponen penting dalam sejumlah
paradigma adalah eksemplar, gambaran pokok masalah, teori-teori, dan metode-metode.
Definisi kami membantu kita untuk mengidentifikasi dan menggambarkan
paradigma-paradigma yang bersaing dalam bidang akuntansi seperti:
1. Paradigma
anthropological/inductive.
2. Paradigma
true-income/deductiue.
3. Paradigma
decision-usefulness/decision-model
4. Paradigma
decision-usefulness/decision-maker/agregat-market-behauior.
5. Paradigma
decision-usefulness/decision-maker/individual-user.
6. Paradigma
information/economic.
Masing-masing
paradigma tersebut merupakan objek investigasi dan penelitian yang ditetapkan
oleh komunitas ilmiah, sebuah paradigma membentuk suatu pemikiran logis yang
saling berkaitan (coherent), mempersatukan berbagai sudut pandang—suatu bentuk
Weltanschauung—yang menentukan cara bagaimana para pengikutnya memandang
penelitian, praktik, dan bahkan pendidikan akuntansi. Dalam hubungannya dengan
kontinuitas dan pengembangan dalam disiplin akuntansi, paradigma-paradigma ini
seharusnya tidak dipertimbangkan sebagai sesuatu yang absolut dan kebenaran
pengetahuan yang bersifat final. Di samping itu, paradigma-paradigma tersebut
seharusnya menjadi subjek verifikasi dan pengujian yang konsisten sebagai upaya
untuk mencari kemungkinan anomali.
Sebagian
besar ilmuwan dan filsuf mempertahankan pandangan mereka bahwa ilmu pengetahuan
tidak akan pernah dapat dibuktikan. Popper berpendapat bahwa walaupun suatu
teori pada akhirnya tidak dapat dibuktikan "kebenarannya", namun pada
akhirnya dapat dibuktikan "kesalahannya".105 Dikenal secara umum
sebagai dugaan terhadap kesalahan, atau teori penolakan, teori Popper
berpendapat bahwa agar dapat diakui secara ilmiah, sebuah teori bersifat
memiliki kesalahan. Bentuk-bentuk pembuktian kesalahan yang diperoleh dari
pandangan Kuhn diistilahkan sebagai sophistication falsi¬fication, yang oleh
Lakatos diringkas sebagai "tidak ada eksperimen, laporan eksperimental,
laporan pengamatan, atau yang secara teoretik menguatkan, hipotesis kesalahan
tingkat rendah, yang secara individu dapat membuktikan adanya kesalahan. Tidak
ada pembuktian kesalahan sebelum munculnya teori yang lebih baik."106
Suatu teori yang lebih baik merupakan teori yang "menawarkan ide-ide lain,
informasi yang lebih banyak, perbandingan dengan teori-teori terdahulu",
dan "informasi yang lebih banyak tersebut bersifat menguatkan".107
Perbedaan antara naive falsification-nya Pop¬per dengan sophisticated
falsification adalah bahwa sophisticated falsification mewajibkan keberadaan
teori yang lebih baik.
Lakatos
menguraikan bahwa para pengikut sophisti¬cated falsification:
...
membuat unfalsifiable melalui perintah berdasarkan aturan dari sejumlah
pernyataan bersifat tunggal, yang dapat dibedakan dengan kenyataan bahwa pada
saat yang bersamaan ada suatu "teknik yang relevan", seperti bahwa
"setiap orang yang mempelajarinya" akan mampu memutuskan bahwa
pernyataan tersebut dapat diterima.
...
Keputusan ini kemudian diikuti dengan bentuk keputusan kedua yang menekankan
pemisahan pernyataan dasar penerimaan dari dasar lainnya. ... Secara
metodologis, para jalsificationist mengakui bahwa dalam "teknik-teknik
eksperimental" yang digunakan para ilmuwan, dilibatkan pula teori-teori
yang salah, dalam upayanya untuk menginterpretasikan kenyataan. Di samping itu,
menurut penerapan metodologi falsification dalam teori-teori tersebut, para
peneliti mengharapkan keberadaan metodologi tersebut berwujud bukan sebagai
teori yang perlu pengujian namun sebagai pengetahuan yang tidak
dilatarbelakangi masalah (unproblematic background knowledge), yang kita terima
(sementara) sebagai tidak adanya masalah saat kita lakukan pengujian terhadap
teori tersebut.
...
Selanjutnya, sekarang teori-teori problematis dapat dikategorikan sebagai
"ilmu pengetahuan": walaupun teori-teori tersebut tidak memiliki
kemampuan untuk dibuktikan kesalahannya, namun dapat dibuat salah dengan
menambahkan bentuk keputusan ketiga, yang dapat dibuat oleh para ilmuwan dengan
menspesifikasikan aturan penolakan khusus yang mungkin secara statistik
merupakan bukti interprestasi "yang tidak konsisten" dengan teori
probabilistic108
Hal
ini mungkin merupakan sikap yang diperlukan dalam menghadapi
paradigma-paradigma yang bersaing dalam akuntansi.
0 komentar:
Posting Komentar