Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905
Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang
Kewajaran, Pengungkapan, dan Tren Masa Depan dalam Akuntansi
1. Kewajaran Dalam Akuntansi
1.1 Kewajaran sebagai netralitas dalam
penyajian
Kewajaran
paling tepat dijabarkan dalam literatur dan persyaratan-persyaratan akuntansi
profesional sebagai pernyataan netralitas dari akuntan dalam pembuatan laporan
keuangan. Scott pada tahun 1941, menyatakan: “Aturan, prosedur, dan teknik
akuntansi hendaknya wajar, tidak bias dan tidak memihak. Jadi salah satu dalil
akuntansi dasar yang mendasari prinsip-prinsip akuntansi dapat dinyatakan
sebagai kewajaran-kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis
(manajemen, tenaga kerja, pemegang saham, kreditor, konsumen, dan publik),
ditentukan dan kebiasaan dari semua segmen tersebut sampai pada akhirnya semua
prinsip-prinsip akuntansi yang didasarkan atas dalil di atas akan menghsilkan
akuntansi keuangan bagi hak-hak dan kepentingan-kepentingan ekonomi yang telah
diterbitkan secara resmi menjadi wajar untuk semua segmen.
Menurut
sejarahnya, kewajaran atau doktrin kewajaran mengalami evolusi dari penerapan
kosep konservatisme. Konsep tersebut berangkat dari perhatian yang berhubungan
dengan masalah likuiditas dan pemberian kredit, yang umumnya dikaitkan dengan
konservatisme, menuju kearah pemikiran bahwa penyajian laporan keuangan
seharusnya wajar bagi semua penggunaannya.
Meskipun
terdapat anggapan bahwa kewajaran adalah hal yang subjektif, memiliki dua arti
dan karenanya tidak dapat menjadi dasar dari pengembangan teori akuntansi,
namun kewajaran telah menjadi salah satu tujuan dasar dari akuntansi.
Presepsi
dan penerapan penyajian secara wajar dalam pembuatan dan penyajian laporan
keuangan yang telah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum,
kadang-kadang memberikan konsekuensi yang kurang menguntungkan, yaitu:
1.
Ketidakmampuan untuk mengandalkan pada
konsep keadilan yang sebaliknya justru didedikasikan pada kewajaran dalam
distribusi.
2.
Ketidakmampuan untuk memperluas ruang
lingkup dari pengungkapan-pengungkapan dalam laporan keuangan di luar informasi
akuntansi keuangan konvensional ke arah kewajaran dalam pengungkapan.
3.
Adanya fleksibilitas yang diberikan
untuk melakukan manajemen penghasilan dan perataan laba.
4.
Terciptanya iklim untuk praktik-praktik
penyelewengan.
1.2 Doktrin “benar dan wajar”
Menurut
pemahaman umum, pandangan ini berati penyajian akun-akun, yang berdasarkan
prinsi-prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan menggunakan angka-angka yang
akurat. Benar memiliki artian bahwa informasi akuntasi yang dimuat dalam
laporan keuangan telah dikuantifisir dan dikomunikasikan sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan peristiwa, aktivitas dan transaksi ekonomi yang
dimaksudkan untuk disajikan olehnya. Wajar berarti bahwa informasi akuntansi
tersebut telah di ukur dan diungkapkan dengan cara yang objektif dan tanpa
prasangka apa pun terhadap kepentingan dari berbagai bagian dalam perusahaan.
Kedua
difinisi diatas pada dasarnya menghubungkan ”benar dan wajar” dengan akurat dan
bebas dari bias. Akan tetapi usaha yang patut dihargai ini mengurangi artian
dari definisi profrsional dan legal mengenai “benar dan wajar” sebagai salah
satu istilah teknis yang memiliki arti kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
akuntansi yang benar. Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai doktrin
“benar dan wajar” ini, yang selanjutnya mengarah kepada munculnya interprestasi
yang berbeda di antara para anggota.
2. Kewajaran
Dalam Distribusi
Pada
dasarnya, kewajaran dapat dipandang sebagai konsep moral dari keadilan yang
menjadi subjek dari tiga interpretasi yang berada mengenai pemikiran keadilan
distributif. Oleh sebab itu, hasil akhirnya adalah adanya kemungkinan untuk melihat
dan membandingkan konsep kewajaran melalui kerangka keadilan disributif.
2.1
Perhatian atas penyertaan-penyertaan
mengenai distribusi
Masalah
pendistribusian hampir selalu diabaikan dalam pandangan konvensional atas
kewajaran sebagai netralitas, dalam penyajian. Jika pertimbangan mengenai
kewajaran diperkenankan untuk menjadi lebih eksplisit, bebrapa implikasi
tertentu akan muncul pada studi dan praktk akuntansi. Salah satu yang paling
nyata adalah akuntansi memiliki demensi moral. Konsekuensi dari aktivitas
akuntansi memiliki implikasi moral sekaligus implikasi “efesiensi”. Bagi suatu
profesi, menjadi lebih ilmiah bukan berarti harus meninggalkan pengambialan
keputusan moral dan mengembangkan cara-cara untuk melakukannya. Kewajaran dalam
akuntansi dan kewajaran dalam distribusi tumbuh dari kerangka etika yang
berbeda, meskipun bersifat komplementer, asumsi-asumsi mengenai masyarakat.
Kewajaran
dalam literatur akuntansi sosial menjadi masalah pendistribusian tanggung jawab
sosial secara umum, dan ketanggapan sosial sebagai kemampuan dari perusahaan
untuk memberikan respons atas tekanan-tekanan sosial. Jadi responsif sosial
perusahaan, menjadi salah satu tanda kewajaran, berada di luar konotasi moral
dan etika dari tanggung jawab sosial serta proses material. Respon untuk
kewajaran meliputi identifikasi, pengukuran dan pengungkapan, apabila
memungkinkan, dari biaya sosial yang diciptakan oleh aktivitas-aktivitas eknomi
perusahaan, sekaligus pula respon yang memadai untuk masalah-masalah ini.
2.2 Kewajaran sebagai konsep moral dari
keadilan
Agar
kewajaran dapat diterima sebagai konsep moral dan keadilan, harus dibuat
paralel-paralel dari teori utama mengenai keadilan distributif, yaitu
teori-teori yang dinyatakan berikut ini:
2.2.1 Kontribusi dari Rawls
a.) Teori keadilan Rawls
Sasaran
dari teori keadilan Rawls adalah mengembangkan suatu teori mengenai keadilan
dalam bentuk prinsip-prinsip untuk diterapkan dalam pengembangan struktur dasar
dari masyarakat dan yang menyajikan tantangan langsung kepada utilitarisme
(paham kemanfaatan). Anggapan utama dari Rawls adalah pendistribusian semua
barang-barang dan jasa ekonomi secara merata kecuali di mana distribusi yang
tidak merata akan mendatangkan manfaat kepada semua orang, atau paling sedikit
akan menguntungkan golongan yang paling tidak beruntung dari masyarakat.
Setiap
individu akan memilih dua prinsip keadilan:
a.
Setiap orang memiliki hak yang sama atas
kebebasan dasar yang paling luas dan sesuai dengan kebebasan yang serupa bagi
orang lain.
b.
Ketidaksamaan sosial dan ekonomi akan
disusun sehingga mereka akan (1) secara wajar diharapkan memberikan manfaat bagi
semua orang, dan (2) terkait pada posisi dan pekerjaan yang terbuka bagi semua
orang.
b.) Kewajaran
dalam akuntansi menurut Rawls
Teori
kontrak Rawls jika diterapkan dalam akuntansi, menawarkan potensi untuk
memercayakan pada tabir ketidaktahuan di semua situasi yang meminta adanya
pilihan akuntansi pada akhirnya memberikan hasil solusi yang netral, wajar, dan
adil secara sosial. Teori ini juga menawarkan peran akuntansi yang diperluas
dalam penciptaan institusi yang asil dan definisi dari tingkat sosial minimun
yang dianjurkan oleh Rawls.
2.2.2 Kontribusi dari Nozick
a.) Teori
keadilan Nozick
Nozick
berpendapat bahwa teori keadilan dari Rawls melanggar hak-hak orang lain, dan
konsekuensinya tidak dapat dibenarkan secara moral. Teori keadilan yang
memiliki pola mempunyai arti bahwa distribusi akan berbeda sesuai dengan
beberapa dimensi alamiah, jumlah tertimbang dari dimensi-dimensi alamiah, atau
urutan leksikografi dari dimensi-dimensi alamiah. Teori nozick berfokus pada
pentingnya prinsip-prinsip historis, bahwa distribusi tidak hanya atau tidak
bergantungn kepada bagaiman hasil akhirnya saja.
b.) Kewajaran
dalam akuntansi menurut Nozick
Menurut
Nozick, interprestasi dari Libetarian atas penghormatan yang diberikan oleh
akuntansi kepada mekanisme pasar yang memberikan kewajaran penilaian,
menyebabkan akuntansi tidak cukup dilengkapi untuk menangani aspek-aspek
distributif dari proses akuntansi. Tanpa adanya bahasa moral untuk membahas
kewajiban sosial satu sama lain dari manusia, prinsip-prinsip keadilan dalam
akuisisi dan transisi tidak akan memiliki substansi. Pelanggaran-pelanggaran
masa lalu terhadap prinsip-prinsip akusisi dan tranisi akan terus terjadi tanpa
adanya konsep mengenai keadilan redistributif. Interprestasi Libetarian dari
mekanisme pasar tidak akan memberikan jaminan bahwa hal tersebut adalah wajar
atau bahkan kewajaran merupakan proses yang menengahi.
2.2.3 Kontribusi dari Gerwith
a.) Teori
keadilan Gerwith
Sasaran
dari teori keadilan Gerwith adalah memberikan justifikasi rasional bagi
prinsip-prinsip moral untuk secara objektif membedakan tindakna-tindakan yang
tepat secara moral dan institusi-intitusi dari tindakan-tindakan yang salah
secara moral. Gerwith menyajikan doktrinnya mengenai struktur keadilan dalam
tiga hal utama yaitu ; (a) setiap agen secara implisit membuat
petimbangan-pertimbangan evaluatif mengenai manfaat dari tujuannya dan
selanjutnya mengenai manfaat akan kebebasan dan kesejahteraan yang merupakan
kondisi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan tersebut.
(b) setiap agen secara implisit membuat pertimbangan kewajiban di mana ia
mengklaim bahwa ia tidak memperoleh kebebasan dan kesejahteraan. (c) setiap
agen harus mengkalim hak-hak ini dengan alasan yang memadai bahwa ia merupakan
seorang agen prospektif yang memiliki tujuan untuk dipenuhi, sehingga ia secara
logis harus menerima generalisasi bahwa semua agen memiliki hak untuk mendapatkan
kebebasan dan kesejahteraan.
b.) Kewajaran
dalam akuntansi menurut Gerwith
Dalam
penerapan pada akuntansi, Gerwith mengusulkan keunggulan dari perhatian atas
hak-hak kebebasan dan kesejahteraan dari semua orang yang dipengaruhii oleh
aktvitas-aktivitas perusahaan dan atas penciptaan peraturan-peraturan
instituional dan akuntansi untuk menjamin hak-hak tersebut. Akuntansi dapat
diminta untuk memfasilitasi redistribusi kekayaan secara efektif dari para
pemangku kepentingan organisasi. Pada dasarnya, prinsip Gerwith yang diterapkan
pada kewajaran dalam akuntansi melliputi pengakuan akan hak-hak dari semua
pihak yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas organisasi.
2.3 Kewajaran dalam Pengungkapan
2.3.1 Tuntutan
Untuk Memperluas Pengungkapan
Keyakinan
pada kewajaran konvensional dalam penyajian yang sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum telah menciptakan beberapa pembatasan dan
ketidakwajaran dalam pelaporan dan pengungkapan.
a. Usulan
pengungkapan bedford
Bedford
mengusulkan perluasan pada pengungkapan akuntansi untuk mengurangi
masalah-masalah yang diciptakan oleh Doktrin kewajaran dalam akuntansi.
Perluasan
pengungkapan akuntansi menentukan perluasan dari karakteristik pengungkapan
sebagai berikut :
1.
Perluasan ruang lingkup pengguna dari
pemegang saham, kreditor, dan masyarakat umum ke kelompok-kelompok masyarakat.
2.
Perluasan ruang lingkup pengguna dari
mengevaluasi kemajuan ekonomi, memungkinkan penilaian dasar dan membantu
keputusan ekonomi sampai kepada mengakan koordinasi antar perusahaan, memenuhi
kebutuhan informasi khusus dari pengguna dan meningkatkan kepercayaan publik
terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan.
3.
Perluasan jenis informasi mengenai
valuasi-valuasi moneter yang berbasis atas transaksi dari aktivitas-aktivitas
internal perusahaan sampai kepada data internal dan eksternal.
4.
Perluasan teknik pengukuran menggunakan
aritmetika dan sistem pembukuan sampai kepada bidang ilmu manajenen total.
5.
Perluasan kualitas pengungkapan
keistimewaan dari segi kebutuhan masa lalu sampai kepada perbaikan relevansi
bagi keputusan yang spesifik.
6.
Perluasan sarana pengungkapan laporan
keuangan konvensional sampai kepada pengungkapan multimedia yang didasarkan
atas psikologi dari komunikasi manusia.
b. Teori kebijakan akuntansi yang efisien
dan adil dari Lev
Lev
berpendapat bahwa kemajuan dalam menangani masalah kebijakan akuntansi
fundamental dapat dicapai dengan memuat kepentingan eksplisit dari para pembuat
kebijakan keadilan dari pasar modal. Hal ini penting karena baik analisis
teoritis maupun bukti empiris menunjukan bahwa meningkatnya informasi yang
asimetris, atau ketidakadilan, dikait-kaitkan dengan menurunnya jumlah
investor, biaya transaksi yang tinggi, likuiditas sekuritas yang menurun,
menipisnya jumlah volume perdagangan, dan secara umum, menurunnya keuntungan
sosial dari perdagangan.
c. Keunggulan
pengguna dari Gaa
Ada
dua versi prinsip keunggulan pengguna yaitu :
1.
Versi yang dikenal sebagai pronsip
keunggulan pengguna dasar berfokus pada kebutuhan dari pengguna dengan
kemampuan yang terbatas.
2.
Versi yang lain dikenal sebagai
keunggulan pengguna yang diperluas, berfokus pada kebutuhan informasi dari para
pengguna yang lebih ahli.
Gaa
menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggulan pengguna dengan didasarkan
pada karya-karya kontemporer dalam filosopi etika, sosial dan politik, dimana
manusia dipandang sebagai pembuat keputusan, dimana prinsip-prinsip yang mengatur
perilaku individu dan kelompok adalah hasil dari keputusan rasional.
d.
Temuan-temuan Komite Jenkins.
Sebagai
usaha untuk meningkatkan pelaporan eksternal, AICPA pada tahun 1991 membentuk
Komite Khusus untuk Pelaporan Keuangan, atau Komite Jenkins (Edmond L. Jenkins
sebagai ketua). Komite ini ditugaskan untuk menentukan (a) hakikat dan
tingkatan dari informasi yang disediakan oleh pihak manajemen bagi pihak lain
dan (b) tingkatan sampai di mana auditor hendaknya memberikan laporannya atas
berbagai elemen dari informasi tersebut. Pada bulan Nopember 1995
mengeluarkan laporannya yang berjudul The Information Needs of Investors
and Creditors. Laporan ini mengidentifikasi area-area berikut ini :
1.
Meningkatkan pengungkapan dari informasi
segmen bisnis.
2.
Menangani pengungkapan dan akuntansi
untuk instrumen keuangan yang inovatif.
3.
Meningkatkan pengungkapan mengenai
identitas, peluang, dan risiko dari rencana pembiayaan di luar buku dan
mempertimbangkan kembali akuntansi bagi rencana tersebut.
4.
Melaporkan secara terpisah dampak dari
aktivitas dan peristiwa inti dan non-inti dan mengukur aktiva dan kewajiban
non-inti dengan nilai wajar.
5.
Meningkatkan pengungkapan mengenai
ketidakpastian pengukuran atas aktiva dan kewajiban tertentu.
6.
Meningkatkan pelaporan triwulan dengan
memberikan pelaporan pada triwulan keempat secara terpisah dan memasukkan data
segmen bisnis.
e. Model pelaporan multilapisan
Model
pelaporan multilapisan dijelaskan sebagai berikut :
1.
Lapisan pertama ditujukan untuk hal-hal
yang memenuhi kriteria pengakuan dan akan mencerminkan inti dari laporan
keuangan saat ini.
2.
Lapisan kedua ditujukan untuk hal-hal
yang memenuhi kriteria pengakuan namun tidak termasuk ke dalam bagian inti
karena menyangkut mengenai keandalannya yang dipertanyakan.
3.
Lapisan ketiga ditujukan untuk hal-hal
yang memiliki keandalan dan definisinya dipertanyakan.
4.
Lapisan keempat ditujukan untuk hal-hal
yang memenuhi kriteria pengukuran, keandalan dan relevansi tetapi tidak
memenuhi definisi dari elemen laporan keuangan.
5.
Lapisan kelima ditujukan untuk hal-hal
relevan yang tidak memenuhi definisi dari elemen dan tidak dapat diukur secara
andal.
6.
Pengungkapan akuntansi yang diperluas.
Tujuan
dari pengungkapan dinyatakan sebagai berikut :
1.
Untuk menguraikan hal-hal yang diakui
dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran
yang digunakan dalam laporan keuangan.
2.
Untuk menguraikan hal-hal yang diakui
dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat.
3.
Untuk memberikan informasi yang akan
membantu investor dan kreditor menilai risiko dan potensial dari hal-hal yang
diakui dan tidak diakui.
4.
Untuk memberikan informasi penting yang
memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam
satu tahun dan diantara beberapa tahun.
5.
Untuk memberikan informasi mengenai arus
kas masuk atau keuar di mas depan.
6.
Untuk membantu para investor menilai
pengembalian dari investasi mereka.
2.3.2 Pelaporan Nilai Tambah
Nilai
tambah merupakan peningkatan kesejahteraan yang dihasilkan oleh pengguna sumber
daya perusahaan yang produktif sebelum dialokasikan kepada pemegang saham,
pemegang obligasi, pegawai, dan pemerintah. Nilai tambah ini mudah dihitung
dengan memodifikasi laporan laba rugi.
Langkah
1 : Laporan laba rugi menghitung laba ditahan sebagai selisish antararevenue penjualan
dengan kos, pajak, dan dividen:
R
= S – B – DP – W – I – DD – T
Ket
: R : Laba ditahan
S :
revenue penjualan
B :
material dan jasa yang dibeli
DP :
depresiasi
W :
gaji
I :
bunga
DD :
dividen
T :
pajak
Langkah
2: Persamaan nilai tambah dapat diperoleh dengan mengubah persamaan profit :
S
– B = R + DP + W + I + DD – T (metode
nilai tambah bruto)
Atau
S
– B – DP = R + W + I + DD – T (metode
nilai tambah neto)
2.3.3 Pelaporan tentang Karyawan
Dengan
adanya karyawan dan serikat pekerja sebagai pengguna informasi akuntansi yang
potensial, dan untuk berbagai alasan yang baik, tampak bahwa laporan tahunan
bagi pemegang saham bukan merupakan dokumen yang dapat mencakup kepentingan
semua pihak. Solusinya yaitu terletak pada pembuatan laporan khusus bagi
karyawan dan serikat pekerja.
2.3.4
Akuntansi dan Pelaporan Sosial
Terdapat
empat aktivitas yang berhubungan dengan akuntansi sosial yaitu ; akuntansi
pertanggungjawaban sosial (social responsibility accounting, SRA), Akuntansi
sosioekonomi (socioeconomis accounting, SEA), akuntansi dampak total ( total impact
accounting, TIA), dan akuntansi indikator sosial (social indicator accounting,
SIA).
Alasan
dilakukannya pengungkapan kinerja sosial diantaranya:
-
Terkait dengan kontrak sosial antara
perusahaan dengan masyarakat.
-
Membantu dalam mengaplikasikan konsep
kejujuran yang akan bermanfaat bagi akuntansi sosial.
-
Kebutuhan pengguna laporan keuangan
untuk membuat keputusan alokasi dana.
-
Investasi sosial.
2.3.5 Pengungkapan
Informasi Penganggaran
Dalam
pengungkapan informasi penganggaran perlu memperhatikan reliabilitas terkait
dengan keakuratan relatif peramalan, pertanggungjawaban terkait dengan besarnya
kewajiban perusahaan dalam penganggaran dan kemungkinan akuntan mengaudit
anggaran tersebut, dan sikap diam terkait dengan tingkat diamnya dan
ketidakbergeraknya perusahaan akibat kerugian yang mungkin timbul dari
pengungkapan penganggaran.
2.3.6 Pelaporan
dan Akuntansi Aliran Kas
Akuntansi
aliran kas dipandang oleh pendukungnya sebagai yang terbaik dibandingkan
akuntansi akrual konvensional karena :
-
Dapat menyediakan kerangka analitis
untuk menghubungkan kinerja masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
-
Dapat merefleksikan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajibannya di masa mendatang dan yang direncanakan pada
kebijakan keuangan.
-
Rasio aliran harga yang didiskon dapat
menjadi indikator investasi yang lebih dapat dipercaya dibandingkan rasio harga
dengan earnings saat ini, karen dalam menghitung earnings per lembar saham
menggunakan berbagai metode alokasi yang sembarang.
-
Dapat digunakan untuk mengoreksi
perbedaan dalam praktik yaitu antara cara melaksanakan investasi ( biasanya
didasarkan pada aliran kas) dengan cara mengevaluasi hasil ( biasanya
didasarkan pada earnings).
2.3.7 Akuntansi Sumber Daya Manusia
A. Manfaat
Sumber Daya Manusia
Belkaoui
(1995) mendefinisikan akuntansi sumber daya manusia yaitu proses
mengidentifikasi dan mengukur data mengenai sumber daya manusia dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada pihak – pihak yang tertarik. Tujuan utama akuntansi sumber
daya manusia yaitu :
a.
Identifikasi “nilai sumber daya
manusia”.
b.
Pengukuran cost dan nilai orang pada
organisasi.
c.
Mengkaji pengaruh pemahaman informasi
ini dan dampaknya pada perilaku manusia
B. Teori Nilai Sumber Daya Manusia
Konsep
nilai manusia berasal dari teori umum mengenai nilai ekonomis. Individu dan
kelompok dapat dilekati nilai, seperti aset fisik yang didasarkan pada
kemampuan untuk memberikan jasa ekonomi di masa mendatang. Nilai individu atau
kelompok didefinisikan sebagai manfaat jasa yang diberikan saat ini yang
diberikan kepada organisasi sepanjang masa pemberian jasa individu atau
kelompok yang diharapkan.
a. Determinan
dari nilai individual
Pada
model Flamholtz, ukuran yang digunakan untuk mengukur manfaat manusia adalah
nilai expected realizable nya. Nilai individu meruapakan interaksi antara dua
variable :
·
Nilai kondisional yang diharapakan
individual : produktivitas, kemampuan untuk dipindah, dan kemampuan untuk
dipromosikan.
·
Probabilitas bahwa individu akan
mempertahankan keangggotaannya pada organisasi : terkait dengan tingkat
kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya.
b. Determinan
dari nilai kelompok
Tiga
variabel yang mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam “pengelolaan manusia”(
Likert-Bowers ) :
·
Variabel kausal : variabel bebas yang
diubah atau diganti secara sengaja atau secara langsung oleh organisasi dan
manajemennya dan yang menentukan arah perkembangan dalam organisasi.
·
Variabel Intervening : merefleksi
keadaan internal, kesehatan dan kemampuan kinerja organisasi.
·
Variabel hasil akhir : variabel terikat
yang merefleksikan hasil yang di capai oleh suatu perusahaan.
C.
Pengukuran aktiva sumber daya
manusia
1. Metode
Biaya Historis
Mengkapitalisasi
seluruh cost yang terkait dengan usaha untuk merekrut, memilih, mempekerjakan,
melatih, menempatkan dan mengembangkan seorang karyawan (aset manusia), dan
kemudian mengamortisasi cist ini sepanjang masa manfaat aset ini dan mengakui
kerugian jika melikuidasinya atau meningkatkan keuntungan potensial dari aset
tersebut.
2. Metode
Biaya Penggantian
Membuat
estimasi cost untuk mengganti sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan.
Keuntungan metode ini adalah metode ini merupakan pengganti pengukuran yang
baik bagi nilai ekonomis aset dengan batasan bahwa pertimbangan pasar penting
untuk membentuk tafsiran akhir.
3. Metode
Biaya Oportunitas
Nilai
sumber daya ditentukan melalui proses penawaran kompetitif pada perusahaan,
didasarkan pada konsep opportunity cost.
4. Metode
Kompensasi
Nilai
modal manusia yang dikandung oleh seorang manusia pada umur tahun adalah nilai
sekarang dari earnings yang akan diperolehnya dari pekerjaanya. Kelemahan
metode ini adalah subjetivitas yang terkait dengan penentuan tingkat gaji mendatang,
lama karyawan bekerja dalam organisasi, dan tingkat diskon.
5. Metode
Upah Diskonto Masa Depan yang telah disesuaikan
Metode
ini mengusulkan bahwa gaji mendatang yang didiskon disesuaikan dengan
menggunakan faktor efisiensi, yang digunakan untuk mengukur efektivitas relatif
modal manusia pada perusahaan tertentu.
6. Ukuran Non Moneter
Ukuran
non moneter ini digunakan untuk mengukur aset manusia yang telah digunakan
seperti metode sederhana yaitu dilakukan pembuatan peringkat atau ranking
mengenai kinerja individual dan pengukuran sikap.
0 komentar:
Posting Komentar