Sabtu, 15 November 2014

[BAB 8] - Teori Akuntansi - Kewajaran, Pengungkapan, dan Tren Masa Depan dalam Akuntansi

Diposting oleh Unknown di 19.06
Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905

Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang



Kewajaran, Pengungkapan, dan Tren Masa Depan dalam Akuntansi



1.         Kewajaran Dalam Akuntansi
1.1       Kewajaran sebagai netralitas dalam penyajian
Kewajaran paling tepat dijabarkan dalam literatur dan persyaratan-persyaratan akuntansi profesional sebagai pernyataan netralitas dari akuntan dalam pembuatan laporan keuangan. Scott pada tahun 1941, menyatakan: “Aturan, prosedur, dan teknik akuntansi hendaknya wajar, tidak bias dan tidak memihak. Jadi salah satu dalil akuntansi dasar yang mendasari prinsip-prinsip akuntansi dapat dinyatakan sebagai kewajaran-kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis (manajemen, tenaga kerja, pemegang saham, kreditor, konsumen, dan publik), ditentukan dan kebiasaan dari semua segmen tersebut sampai pada akhirnya semua prinsip-prinsip akuntansi yang didasarkan atas dalil di atas akan menghsilkan akuntansi keuangan bagi hak-hak dan kepentingan-kepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi menjadi wajar untuk semua segmen.
Menurut sejarahnya, kewajaran atau doktrin kewajaran mengalami evolusi dari penerapan kosep konservatisme. Konsep tersebut berangkat dari perhatian yang berhubungan dengan masalah likuiditas dan pemberian kredit, yang umumnya dikaitkan dengan konservatisme, menuju kearah pemikiran bahwa penyajian laporan keuangan seharusnya wajar bagi semua penggunaannya.
Meskipun terdapat anggapan bahwa kewajaran adalah hal yang subjektif, memiliki dua arti dan karenanya tidak dapat menjadi dasar dari pengembangan teori akuntansi, namun kewajaran telah menjadi salah satu tujuan dasar dari akuntansi.
Presepsi dan penerapan penyajian secara wajar dalam pembuatan dan penyajian laporan keuangan yang telah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, kadang-kadang memberikan konsekuensi yang kurang menguntungkan, yaitu:
1.                  Ketidakmampuan untuk mengandalkan pada konsep keadilan yang sebaliknya justru didedikasikan pada kewajaran dalam distribusi.
2.                  Ketidakmampuan untuk memperluas ruang lingkup dari pengungkapan-pengungkapan dalam laporan keuangan di luar informasi akuntansi keuangan konvensional ke arah kewajaran dalam pengungkapan.
3.                  Adanya fleksibilitas yang diberikan untuk melakukan manajemen penghasilan dan perataan laba.
4.                  Terciptanya iklim untuk praktik-praktik penyelewengan.

1.2       Doktrin “benar dan wajar”
Menurut pemahaman umum, pandangan ini berati penyajian akun-akun, yang berdasarkan prinsi-prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan menggunakan angka-angka yang akurat. Benar memiliki artian bahwa informasi akuntasi yang dimuat dalam laporan keuangan telah dikuantifisir dan dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan peristiwa, aktivitas dan transaksi ekonomi yang dimaksudkan untuk disajikan olehnya. Wajar berarti bahwa informasi akuntansi tersebut telah di ukur dan diungkapkan dengan cara yang objektif dan tanpa prasangka apa pun terhadap kepentingan dari berbagai bagian dalam perusahaan.
Kedua difinisi diatas pada dasarnya menghubungkan ”benar dan wajar” dengan akurat dan bebas dari bias. Akan tetapi usaha yang patut dihargai ini mengurangi artian dari definisi profrsional dan legal mengenai “benar dan wajar” sebagai salah satu istilah teknis yang memiliki arti kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang benar. Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai doktrin “benar dan wajar” ini, yang selanjutnya mengarah kepada munculnya interprestasi yang berbeda di antara para anggota.

2.      Kewajaran Dalam Distribusi
Pada dasarnya, kewajaran dapat dipandang sebagai konsep moral dari keadilan yang menjadi subjek dari tiga interpretasi yang berada mengenai pemikiran keadilan distributif. Oleh sebab itu, hasil akhirnya adalah adanya kemungkinan untuk melihat dan membandingkan konsep kewajaran melalui kerangka keadilan disributif.
2.1       Perhatian atas penyertaan-penyertaan mengenai distribusi
Masalah pendistribusian hampir selalu diabaikan dalam pandangan konvensional atas kewajaran sebagai netralitas, dalam penyajian. Jika pertimbangan mengenai kewajaran diperkenankan untuk menjadi lebih eksplisit, bebrapa implikasi tertentu akan muncul pada studi dan praktk akuntansi. Salah satu yang paling nyata adalah akuntansi memiliki demensi moral. Konsekuensi dari aktivitas akuntansi memiliki implikasi moral sekaligus implikasi “efesiensi”. Bagi suatu profesi, menjadi lebih ilmiah bukan berarti harus meninggalkan pengambialan keputusan moral dan mengembangkan cara-cara untuk melakukannya. Kewajaran dalam akuntansi dan kewajaran dalam distribusi tumbuh dari kerangka etika yang berbeda, meskipun bersifat komplementer, asumsi-asumsi mengenai masyarakat.
Kewajaran dalam literatur akuntansi sosial menjadi masalah pendistribusian tanggung jawab sosial secara umum, dan ketanggapan sosial sebagai kemampuan dari perusahaan untuk memberikan respons atas tekanan-tekanan sosial. Jadi responsif sosial perusahaan, menjadi salah satu tanda kewajaran, berada di luar konotasi moral dan etika dari tanggung jawab sosial serta proses material. Respon untuk kewajaran meliputi identifikasi, pengukuran dan pengungkapan, apabila memungkinkan, dari biaya sosial yang diciptakan oleh aktivitas-aktivitas eknomi perusahaan, sekaligus pula respon yang memadai untuk masalah-masalah ini.
2.2        Kewajaran sebagai konsep moral dari keadilan
Agar kewajaran dapat diterima sebagai konsep moral dan keadilan, harus dibuat paralel-paralel dari teori utama mengenai keadilan distributif, yaitu teori-teori yang dinyatakan berikut ini:
2.2.1    Kontribusi dari Rawls
a.)        Teori keadilan Rawls
Sasaran dari teori keadilan Rawls adalah mengembangkan suatu teori mengenai keadilan dalam bentuk prinsip-prinsip untuk diterapkan dalam pengembangan struktur dasar dari masyarakat dan yang menyajikan tantangan langsung kepada utilitarisme (paham kemanfaatan). Anggapan utama dari Rawls adalah pendistribusian semua barang-barang dan jasa ekonomi secara merata kecuali di mana distribusi yang tidak merata akan mendatangkan manfaat kepada semua orang, atau paling sedikit akan menguntungkan golongan yang paling tidak beruntung dari masyarakat.
Setiap individu akan memilih dua prinsip keadilan:
a.              Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas dan sesuai dengan kebebasan yang serupa bagi orang lain.
b.              Ketidaksamaan sosial dan ekonomi akan disusun sehingga mereka akan (1) secara wajar diharapkan memberikan manfaat bagi semua orang, dan (2) terkait pada posisi dan pekerjaan yang terbuka bagi semua orang.
b.)      Kewajaran dalam akuntansi menurut Rawls
Teori kontrak Rawls jika diterapkan dalam akuntansi, menawarkan potensi untuk memercayakan pada tabir ketidaktahuan di semua situasi yang meminta adanya pilihan akuntansi pada akhirnya memberikan hasil solusi yang netral, wajar, dan adil secara sosial. Teori ini juga menawarkan peran akuntansi yang diperluas dalam penciptaan institusi yang asil dan definisi dari tingkat sosial minimun yang dianjurkan oleh Rawls.

2.2.2    Kontribusi dari Nozick
a.)      Teori keadilan Nozick
Nozick berpendapat bahwa teori keadilan dari Rawls melanggar hak-hak orang lain, dan konsekuensinya tidak dapat dibenarkan secara moral. Teori keadilan yang memiliki pola mempunyai arti bahwa distribusi akan berbeda sesuai dengan beberapa dimensi alamiah, jumlah tertimbang dari dimensi-dimensi alamiah, atau urutan leksikografi dari dimensi-dimensi alamiah. Teori nozick berfokus pada pentingnya prinsip-prinsip historis, bahwa distribusi tidak hanya atau tidak bergantungn kepada bagaiman hasil akhirnya saja.

b.)      Kewajaran dalam akuntansi menurut Nozick
Menurut Nozick, interprestasi dari Libetarian atas penghormatan yang diberikan oleh akuntansi kepada mekanisme pasar yang memberikan kewajaran penilaian, menyebabkan akuntansi tidak cukup dilengkapi untuk menangani aspek-aspek distributif dari proses akuntansi. Tanpa adanya bahasa moral untuk membahas kewajiban sosial satu sama lain dari manusia, prinsip-prinsip keadilan dalam akuisisi dan transisi tidak akan memiliki substansi. Pelanggaran-pelanggaran masa lalu terhadap prinsip-prinsip akusisi dan tranisi akan terus terjadi tanpa adanya konsep mengenai keadilan redistributif. Interprestasi Libetarian dari mekanisme pasar tidak akan memberikan jaminan bahwa hal tersebut adalah wajar atau bahkan kewajaran merupakan proses yang menengahi.
2.2.3    Kontribusi dari Gerwith
a.)      Teori keadilan Gerwith
Sasaran dari teori keadilan Gerwith adalah memberikan justifikasi rasional bagi prinsip-prinsip moral untuk secara objektif membedakan tindakna-tindakan yang tepat secara moral dan institusi-intitusi dari tindakan-tindakan yang salah secara moral. Gerwith menyajikan doktrinnya mengenai struktur keadilan dalam tiga hal utama yaitu ; (a) setiap agen secara implisit membuat petimbangan-pertimbangan evaluatif mengenai manfaat dari tujuannya dan selanjutnya mengenai manfaat akan kebebasan dan kesejahteraan yang merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan tersebut. (b) setiap agen secara implisit membuat pertimbangan kewajiban di mana ia mengklaim bahwa ia tidak memperoleh kebebasan dan kesejahteraan. (c) setiap agen harus mengkalim hak-hak ini dengan alasan yang memadai bahwa ia merupakan seorang agen prospektif yang memiliki tujuan untuk dipenuhi, sehingga ia secara logis harus menerima generalisasi bahwa semua agen memiliki hak untuk mendapatkan kebebasan dan kesejahteraan.
b.)      Kewajaran dalam akuntansi menurut Gerwith
Dalam penerapan pada akuntansi, Gerwith mengusulkan keunggulan dari perhatian atas hak-hak kebebasan dan kesejahteraan dari semua orang yang dipengaruhii oleh aktvitas-aktivitas perusahaan dan atas penciptaan peraturan-peraturan instituional dan akuntansi untuk menjamin hak-hak tersebut. Akuntansi dapat diminta untuk memfasilitasi redistribusi kekayaan secara efektif dari para pemangku kepentingan organisasi. Pada dasarnya, prinsip Gerwith yang diterapkan pada kewajaran dalam akuntansi melliputi pengakuan akan hak-hak dari semua pihak yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas organisasi.
2.3       Kewajaran dalam Pengungkapan
2.3.1  Tuntutan Untuk Memperluas Pengungkapan
Keyakinan pada kewajaran konvensional dalam penyajian yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah menciptakan beberapa pembatasan dan ketidakwajaran dalam pelaporan dan pengungkapan.
a.       Usulan pengungkapan bedford
Bedford mengusulkan perluasan pada pengungkapan akuntansi untuk mengurangi masalah-masalah yang diciptakan oleh Doktrin kewajaran dalam akuntansi.
Perluasan pengungkapan akuntansi menentukan perluasan dari karakteristik pengungkapan sebagai berikut :
1.            Perluasan ruang lingkup pengguna dari pemegang saham, kreditor, dan masyarakat umum ke kelompok-kelompok masyarakat.
2.            Perluasan ruang lingkup pengguna dari mengevaluasi kemajuan ekonomi, memungkinkan penilaian dasar dan membantu keputusan ekonomi sampai kepada mengakan koordinasi antar perusahaan, memenuhi kebutuhan informasi khusus dari pengguna dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan.
3.            Perluasan jenis informasi mengenai valuasi-valuasi moneter yang berbasis atas transaksi dari aktivitas-aktivitas internal perusahaan sampai kepada data internal dan eksternal.
4.            Perluasan teknik pengukuran menggunakan aritmetika dan sistem pembukuan sampai kepada bidang ilmu manajenen total.
5.            Perluasan kualitas pengungkapan keistimewaan dari segi kebutuhan masa lalu sampai kepada perbaikan relevansi bagi keputusan yang spesifik.
6.            Perluasan sarana pengungkapan laporan keuangan konvensional sampai kepada pengungkapan multimedia yang didasarkan atas psikologi dari komunikasi manusia.

b.         Teori kebijakan akuntansi yang efisien dan adil dari Lev
Lev berpendapat bahwa kemajuan dalam menangani masalah kebijakan akuntansi fundamental dapat dicapai dengan memuat kepentingan eksplisit dari para pembuat kebijakan keadilan dari pasar modal. Hal ini penting karena baik analisis teoritis maupun bukti empiris menunjukan bahwa meningkatnya informasi yang asimetris, atau ketidakadilan, dikait-kaitkan dengan menurunnya jumlah investor, biaya transaksi yang tinggi, likuiditas sekuritas yang menurun, menipisnya jumlah volume perdagangan, dan secara umum, menurunnya keuntungan sosial dari perdagangan.

c.       Keunggulan pengguna dari Gaa
Ada dua versi prinsip keunggulan pengguna yaitu :
1.        Versi yang dikenal sebagai pronsip keunggulan pengguna dasar berfokus pada kebutuhan dari pengguna dengan kemampuan yang terbatas.
2.        Versi yang lain dikenal sebagai keunggulan pengguna yang diperluas, berfokus pada kebutuhan informasi dari para pengguna yang lebih ahli.
Gaa menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggulan pengguna dengan didasarkan pada karya-karya kontemporer dalam filosopi etika, sosial dan politik, dimana manusia dipandang sebagai pembuat keputusan, dimana prinsip-prinsip yang mengatur perilaku individu dan kelompok adalah hasil dari keputusan rasional.

d.         Temuan-temuan Komite Jenkins.
Sebagai usaha untuk meningkatkan pelaporan eksternal, AICPA pada tahun 1991 membentuk Komite Khusus untuk Pelaporan Keuangan, atau Komite Jenkins (Edmond L. Jenkins sebagai ketua). Komite ini ditugaskan untuk menentukan (a) hakikat dan tingkatan dari informasi yang disediakan oleh pihak manajemen bagi pihak lain dan (b) tingkatan sampai di mana auditor hendaknya memberikan laporannya atas berbagai elemen dari informasi tersebut. Pada bulan Nopember 1995 mengeluarkan laporannya yang berjudul The Information Needs of Investors and Creditors. Laporan ini mengidentifikasi area-area berikut ini :
1.                  Meningkatkan pengungkapan dari informasi segmen bisnis.
2.                  Menangani pengungkapan dan akuntansi untuk instrumen keuangan yang inovatif.
3.                  Meningkatkan pengungkapan mengenai identitas, peluang, dan risiko dari rencana pembiayaan di luar buku dan mempertimbangkan kembali akuntansi bagi rencana tersebut.
4.                  Melaporkan secara terpisah dampak dari aktivitas dan peristiwa inti dan non-inti dan mengukur aktiva dan kewajiban non-inti dengan nilai wajar.
5.                  Meningkatkan pengungkapan mengenai ketidakpastian pengukuran atas aktiva dan kewajiban tertentu.
6.                  Meningkatkan pelaporan triwulan dengan memberikan pelaporan pada triwulan keempat secara terpisah dan memasukkan data segmen bisnis.

e.         Model pelaporan multilapisan
Model pelaporan multilapisan dijelaskan sebagai berikut :
1.                  Lapisan pertama ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan dan akan mencerminkan inti dari laporan keuangan saat ini.
2.                  Lapisan kedua ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan namun tidak termasuk ke dalam bagian inti karena menyangkut mengenai keandalannya yang dipertanyakan.
3.                  Lapisan ketiga ditujukan untuk hal-hal yang memiliki keandalan dan definisinya dipertanyakan.
4.                  Lapisan keempat ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengukuran, keandalan dan relevansi tetapi tidak memenuhi definisi dari elemen laporan keuangan.
5.                  Lapisan kelima ditujukan untuk hal-hal relevan yang tidak memenuhi definisi dari elemen dan tidak dapat diukur secara andal.
6.                  Pengungkapan akuntansi yang diperluas.

Tujuan dari pengungkapan dinyatakan sebagai berikut :
1.        Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan.
2.        Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat.
3.        Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai risiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
4.        Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan diantara beberapa tahun.
5.        Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keuar di mas depan.
6.        Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

2.3.2    Pelaporan Nilai Tambah
Nilai tambah merupakan peningkatan kesejahteraan yang dihasilkan oleh pengguna sumber daya perusahaan yang produktif sebelum dialokasikan kepada pemegang saham, pemegang obligasi, pegawai, dan pemerintah. Nilai tambah ini mudah dihitung dengan memodifikasi laporan laba rugi.
Langkah 1 : Laporan laba rugi menghitung laba ditahan sebagai selisish antararevenue penjualan dengan kos, pajak, dan dividen:
R = S – B – DP – W – I – DD – T
Ket : R   : Laba ditahan
      S       : revenue penjualan
      B      : material dan jasa yang dibeli
      DP    : depresiasi
      W     : gaji
      I        : bunga
     DD    : dividen
     T        : pajak

Langkah 2: Persamaan nilai tambah dapat diperoleh dengan mengubah persamaan profit :
S – B = R + DP + W + I + DD – T       (metode nilai tambah bruto)
Atau
S – B – DP = R + W + I + DD – T       (metode nilai tambah neto)

2.3.3    Pelaporan tentang Karyawan
Dengan adanya karyawan dan serikat pekerja sebagai pengguna informasi akuntansi yang potensial, dan untuk berbagai alasan yang baik, tampak bahwa laporan tahunan bagi pemegang saham bukan merupakan dokumen yang dapat mencakup kepentingan semua pihak. Solusinya yaitu terletak pada pembuatan laporan khusus bagi karyawan dan serikat pekerja.

2.3.4   Akuntansi dan Pelaporan Sosial
Terdapat empat aktivitas yang berhubungan dengan akuntansi sosial yaitu ; akuntansi pertanggungjawaban sosial (social responsibility accounting, SRA), Akuntansi sosioekonomi (socioeconomis accounting, SEA), akuntansi dampak total ( total impact accounting, TIA), dan akuntansi indikator sosial (social indicator accounting, SIA).
Alasan dilakukannya pengungkapan kinerja sosial diantaranya:
-        Terkait dengan kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat.
-        Membantu dalam mengaplikasikan konsep kejujuran yang akan bermanfaat bagi akuntansi sosial.
-        Kebutuhan pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan alokasi dana.
-        Investasi sosial.

2.3.5   Pengungkapan Informasi Penganggaran
Dalam pengungkapan informasi penganggaran perlu memperhatikan reliabilitas terkait dengan keakuratan relatif peramalan, pertanggungjawaban terkait dengan besarnya kewajiban perusahaan dalam penganggaran dan kemungkinan akuntan mengaudit anggaran tersebut, dan sikap diam terkait dengan tingkat diamnya dan ketidakbergeraknya perusahaan akibat kerugian yang mungkin timbul dari pengungkapan penganggaran.

2.3.6   Pelaporan dan Akuntansi Aliran Kas
Akuntansi aliran kas dipandang oleh pendukungnya sebagai yang terbaik dibandingkan akuntansi akrual konvensional karena :
-        Dapat menyediakan kerangka analitis untuk menghubungkan kinerja masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
-        Dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa mendatang dan yang direncanakan pada kebijakan keuangan.
-        Rasio aliran harga yang didiskon dapat menjadi indikator investasi yang lebih dapat dipercaya dibandingkan rasio harga dengan earnings saat ini, karen dalam menghitung earnings per lembar saham menggunakan berbagai metode alokasi yang sembarang.
-        Dapat digunakan untuk mengoreksi perbedaan dalam praktik yaitu antara cara melaksanakan investasi ( biasanya didasarkan pada aliran kas) dengan cara mengevaluasi hasil ( biasanya didasarkan pada earnings).

2.3.7    Akuntansi Sumber Daya Manusia
A.     Manfaat Sumber Daya Manusia
Belkaoui (1995) mendefinisikan akuntansi sumber daya manusia yaitu proses mengidentifikasi dan mengukur data mengenai sumber daya manusia dan mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak – pihak yang tertarik. Tujuan utama akuntansi sumber daya manusia yaitu :
a.              Identifikasi “nilai sumber daya manusia”.
b.              Pengukuran cost dan nilai orang pada organisasi.
c.              Mengkaji pengaruh pemahaman informasi ini dan dampaknya pada perilaku manusia
B.        Teori Nilai Sumber Daya Manusia
Konsep nilai manusia berasal dari teori umum mengenai nilai ekonomis. Individu dan kelompok dapat dilekati nilai, seperti aset fisik yang didasarkan pada kemampuan untuk memberikan jasa ekonomi di masa mendatang. Nilai individu atau kelompok didefinisikan sebagai manfaat jasa yang diberikan saat ini yang diberikan kepada organisasi sepanjang masa pemberian jasa individu atau kelompok yang diharapkan.
a.       Determinan dari nilai individual
Pada model Flamholtz, ukuran yang digunakan untuk mengukur manfaat manusia adalah nilai expected realizable nya. Nilai individu meruapakan interaksi antara dua variable :
·         Nilai kondisional yang diharapakan individual : produktivitas, kemampuan untuk dipindah, dan kemampuan untuk dipromosikan.
·         Probabilitas bahwa individu akan mempertahankan keangggotaannya pada organisasi : terkait dengan tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya.
b.      Determinan dari nilai kelompok
Tiga variabel yang mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam “pengelolaan manusia”( Likert-Bowers ) :
·         Variabel kausal : variabel bebas yang diubah atau diganti secara sengaja atau secara langsung oleh organisasi dan manajemennya dan yang menentukan arah perkembangan dalam organisasi.
·         Variabel Intervening : merefleksi keadaan internal, kesehatan dan kemampuan kinerja organisasi.
·         Variabel hasil akhir : variabel terikat yang merefleksikan hasil yang di capai oleh suatu perusahaan.

C.        Pengukuran aktiva sumber daya manusia
1.       Metode Biaya Historis
Mengkapitalisasi seluruh cost yang terkait dengan usaha untuk merekrut, memilih, mempekerjakan, melatih, menempatkan dan mengembangkan seorang karyawan (aset manusia), dan kemudian mengamortisasi cist ini sepanjang masa manfaat aset ini dan mengakui kerugian jika melikuidasinya atau meningkatkan keuntungan potensial dari aset tersebut.
2.      Metode Biaya Penggantian
Membuat estimasi cost untuk mengganti sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan. Keuntungan metode ini adalah metode ini merupakan pengganti pengukuran yang baik bagi nilai ekonomis aset dengan batasan bahwa pertimbangan pasar penting untuk membentuk tafsiran akhir.
3.       Metode Biaya Oportunitas
Nilai sumber daya ditentukan melalui proses penawaran kompetitif pada perusahaan, didasarkan pada konsep opportunity cost.
4.      Metode Kompensasi
Nilai modal manusia yang dikandung oleh seorang manusia pada umur tahun adalah nilai sekarang dari earnings yang akan diperolehnya dari pekerjaanya. Kelemahan metode ini adalah subjetivitas yang terkait dengan penentuan tingkat gaji mendatang, lama karyawan bekerja dalam organisasi, dan tingkat diskon.
5.       Metode Upah Diskonto Masa Depan yang telah disesuaikan
Metode ini mengusulkan bahwa gaji mendatang yang didiskon disesuaikan dengan menggunakan faktor efisiensi, yang digunakan untuk mengukur efektivitas relatif modal manusia pada perusahaan tertentu.
6.         Ukuran Non Moneter
Ukuran non moneter ini digunakan untuk mengukur aset manusia yang telah digunakan seperti metode sederhana yaitu dilakukan pembuatan peringkat atau ranking mengenai kinerja individual dan pengukuran sikap.

0 komentar:

Posting Komentar

 

a drop of happiness Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review