Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905
Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang
7.1 Hakikat Dari Struktur Teori Akuntansi
7.2 Hakikat Dari Dalil, Konsep Teoritis, Dan
Prinsip-Prinsip Akuntansi
7.3 Dalil-Dalil Akuntansi
7.3.1 Dalil Entitas
7.3.2 Dalil Kelangsungan Usaha
7.3.3 Dalil Unit Pengukuran
7.3.4 Dalil Periode Akuntansi
7.4 Konsep Teoritis Dari Akuntansi
7.4.1 Teori Kepemilikan
7.4.2 Teori Entitas
7.4.3 Teori Dana
7.5 Prinsip-Prinsip Akuntansi
7.5.1 Prinsip BIAYA
7.5.2 Prinsip PENDAPATAN
7.5.3 Prinsip PENGAITAN
7.5.4 Prinsip Objektivitas
7.5.5 Prinsip Konsistensi
7.5.6 Prinsip Pengungkapan Penuh
7.5.7 Prinsip Konservatisme
7.5.8 Prinsip Materialitas
7.5.9 Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas
7.5.10 Prinsip Ketepatan Waktu
7.6 Kebenaran Dalam Akuntansi
7.6.1 Pemikiran Mengenai Kebenaran Dalam Filosofi
7.6.2 Kemungkinan Akan Kebenaran Dalam Akuntansi
7.7 Kesimpulan
***
7.1 HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Apapun
pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi
(deduktif, induktif, normative, deskriptif), kerangka referensi yang dihasilkan
didasarkan pada sekelompok elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan
teknik akuntansi.
Struktur
dari suatu teori akuntansi terdiri atas elemen-elemen berikut ini:
1.
Suatu pernyatan mengenai tujuan dari laporan keuangan.
2.
Suatu pernyataan dari dalil-dalil dan konsep teoritis dari
akuntansi yang berkaitan dengan asumsi-asumsi lingkungan dan hakikat dari unit
akuntansi tersebut.
3.
Suatu pernyataan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dasar
berdasarkan dalil-dalil maupun konsep teoritis tersebut.
4.
Sekelompok teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip
akuntansi.
Tiga elemen daam teori
akuntansi:
1.
Dalil-dalil akuntansi
2.
Konsep teoritis dari akuntansi
3.
Prinsip-prinsip akuntansi
7.2 HAKIKAT DARI DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
1.
Dalil akuntansi (accounting postulate) adalah pernyataan atau
aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap
tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, social
dan hukum dimana akuntansi harus beroperasi.
2.
Konsep teoritis (theoretical concept) merupakan pernyataan
atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuainnya
terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas
akuntansi yang beroperasi dalam suatu perekonomian bebas yang ditandai oleh
kepemilikan pribadi atas property.
3.
Prinsip-prinsip akuntansi (accounting principles) adalah aturan
pengambilan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan maupun konsep
teoritis akuntansi yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4.
Teknik akuntansi (accounting technique) adalah aturan-aturan
khusus yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi yang menerangkan
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian tertentu yang dihadapi oleh entitas
akuntansi tersebut.
7.3 DALIL-DALIL AKUNTANSI
7.3.1 Dalil Entitas (entity postulate)
Menganggap
bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda
dari pemiliknya dan dari perusahaan-perusahaan lain. Dalil ini mendefinisikan
bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, kejadian, dan
atribut-atribut kejadian yang akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Dalil
ini memungkinkan akuntan untuk membedakan antara transaksi bisnis dengan
transaksi pribadi.
Batasan-batasan dari
entitas ekonomi semacam itu dapat diidentifikasikan:
·
Dengan menentukan individu atau kelompok yang berkepentingan;
dan
·
Dengan menetukan hakikat dari kepentingan individu atau kelompok
tersebut.
7.3.2 Dalil Kelangsungan Usaha (going
concern postulate)/ dalil kontinuitas
Menganggap
bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk
merealisasikan proyrk , komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil
ini mengasumsikan bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di
masa depan atau bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak
dapat ditentukan. Dengan demikian, laporan keuangan menyediakan suatu pandangan
mengenai situasi keuangan dari perusahaan tersebut dan hanyalah merupakan
sebagian dari serangkaian laporan kontinu. Dalil ini membenarkan penilaian
aktiva menggunakan basis nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi
depresiasi. Dalil ini juga digunakan untuk mendukung teori manfaat (benefit
theory). Harapan akan manfaat masa depan mendorong manajer untuk
melihat ke depan dan memotivasi investor untuk membuat komitmen modal kepada
suatu perusahaan.
7.3.3 Dalil Unit Pengukuran (unit-of-measure
postulate)
Menganggap
bahwa akuntansi adalah proses pengukuran dan pengomunikasian aktivitas
perusahaan yang dapat diukur dalam satuan uang. Dalil ini mengimplikasikan dua
keterbatasan utama dari akuntansi. Pertama, akuntansi terbatas pada prediksi
dari informasi yang dinyatakan dalam satuan uang; akuntansi tidak mencatat
maupun mengomunikasikan informasi nonmoneter lainnya walaupun informasi
tersebut relevan.
Pandangan
ini mengarahkan untuk mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi yang
“kuantitatif, formal, terstruktur, diaudit, numeric, dan berorientasi pada masa
lalu” dan informasi nonakuntansi adalah informasi yang “kualitatif, informal,
naratif, tidak diaudit, dan berorientasi pada masa depan.” Tetapi, definisi ini
menunjukkan bahwa meskipun akuntansi adalah disiplin yang berkepentingan dengan
pengukuran dan pengomunikasian aktivitas-aktivitas moneter, akuntansi telah
diperluas ke bidang-bidang yang sebelunya dipandang bersifat kualitatif.
Faktanya, sejumlah studi empiris mengacu pada relevansi informasi non-akuntansi
dibandingkan dengan informasi akuntansi.
7.3.4 Dalil Periode akuntansi (accounting-period
postulate)
Dalil
ini mengganggap bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam
kekayaan perusahaan sebaiknya diungkapkan secara periodic. Durasi dari suatu
periode dapat bervariasi, tetapi hokum pajak penghasilan, yang menentukan
perubahan laba tahunan dan praktik bisnis tradisional menghasilkan periode
waktu normal satu tahun. Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan periode
akuntansi yang sesuai dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan
tahun fiscal atau tahun bisnis “alami”. Ketika siklus bisnis tidak sesuai
dengan tahun kalender, maka adalah lebih berarti untuk mengakhiri periode
akuntansi ketika aktivitas bisnis telah mencapai titik terendahnya. Dengan
mengharuskan entitas untuk menyediakan laporan keuangan periodic jangka pendek,
dalil periode akuntansi memberlakukan adanya akrual dan deferral (tangguhan),
yang penerapannya merupakan perbedaan utama antara akuntansi akrual dengan
akuntansi kas. Meskipun laporan keuangan jangka pendek mungkin bersifat
arbitrer dan tidak terlalu akurat, kekeurangan semacam itu ditiadakan oleh
signifikansinya bagi pengguna sehingga mengharuskan proses akuntansi untuk
terus menghasilkannya.
7.4 KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
7.4.1 Teori kepemilikan (proprietary
theory)
Menurut
teori ini entitas adalah “agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahawan
individual atau pemegang saham beroperasi.” Tujuan utama dari teori
kepemililkan adalah penentuan dan analisis dari “kekayaan bersih” (net
worth) pemilik. Oleh karena itu, persamaan akuntansi adalah:
Aktiva
– kewajiban = Ekuitas pemilik
Dengan
kata lain, pemilik mempunyai aktiva dan kewajiban. Jika kewajiban dapat
dianggap sebagai aktiva negative, teori kepemilikan dapat dikatakan sebagai
“berpusat pada” aktiva dan sebagai akibatnya berorientasi pada neraca. Aktiva
dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau
kekeyaan si pemilik. Pendapatan dan beban masing-masing dianggap sebagai
kenaikan atau penurunan dalam kepemilikan yang tidak berasal dari investasi
atau penarikan modal oleh pemilik. Dengan demikian laba bersih atas utang dan
pajak penghasilan perusahaan adalah beban; dividen adalah penarikan modal.
7.4.2 Teori entitas (entity theory)
Teori
ini memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka
yang menyediakan modal bagi entutas tersebut. Sederhananya, unit bisnis, dan
bukannya pemilik, yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Unit bisnis
memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggungjawab baik atas klaim pemilik
maupun klaim kreditor. Oleh karena itu persamaan akuntansinya :
Aktiva
= ekuitas
Aktiva
= Kewajiban + Ekuitas Pemegang saham
Aktiva
adalah hak yang menjadi milik entitas tersebut. Ekuitas mencerminkan sumber
daya dari aktiva dan terdiri atas kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Baik
kreditor maupun pemegang saham adalah pemilik entitas walaupun mereka memiliki
hak yang berbeda dalam hal laba. Karena unit bisnis tersebut dianggap
bertanggungjwab untuk memenuhi klaim dari pemegang ekuitas, maka teori entitas
dikatakan sebagai “berpusat pada laba” dan konsekuensinya berorientasi pada
laporan laba rugi.
7.4.2
Teori dana (fund theory)
Dalam
teori ini dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melainkan sekelompok
aktiva dan kewajiban yang terkait, yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva
tersebut. Dengan demikian teori dana memandang unti bisnis sebagai unit yang
terdiri atas sumber daya (dana) ekonomi dan kewajiban serta pembatasan yang
terkait dengan penggunaan dari sumber daya ini. Persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva
= Pembatasan Aktiva
Unit
akuntansi didefinisikan sebagai aktiva dan penggunaannya untuk mana aktiva
tersebut dikomitmenkan. Kewajiban mewakili serangkaian pembatasan hukum maupun
ekonomi terhadap penggunaan aktiva tersebut. Oleh karena itu teori dana adalah
“berpusat pada aktiva” dalam hal bahwa focus utamanya adalah pada administrasi
dan penggunaan yang sesuai atas aktiva. bukannya neraca atau laporan keuangan,
melainkan laporan sumber dan penggunaan danalah yang merupakan tujuan utama
dari pelaporan keuangan. Laporan ini mencerminkan pelaksanaan operasi
perusahaan dalam hal sumber dan penggunaan dana.
7.5 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
7.5.1 Prinsip Biaya (Cost Principle)
Menurut
prinsip ini, biaya perolehan/akuisisi (acquisition cost) atau
biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari
seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Dengan kata lain suatu
transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan dicatat dalam
laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi. Biaya
mencerminkan harga pertukaran dari, atau pebgorbanan moneter yang diberikan
untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut melibatkan
aktiva nonmoneter, maka harga pertukatran adalah ekuivalen kas dari aktiva atau
jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap pengukuran
transaksi kewajiban dan modal.
7.5.2 Prinsip Pendapatan (Revenue
Principle)
Prinsip
ini menspesifikasi:
1.
Hakikat dari komponen-komponen pendapatan
2.
Pengukuran pendapatan; dan
3.
Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan
Setiap
fakta dari prinsip pendapatan menimbulkan masalah yang menarik dan
controversial dalam teori akuntansi.
Hakikat
dan Komponen-komponen Pendapatan
Pendapatan
dapat diinterpretasikan sebagai:
1.
Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang
atau jasa;
2.
Arus keluar barang atau jasa dari persahaan ke pelanggannya; dan
3.
Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau
jasa oleh usaha selama periode waktu tertentu.
Hendriksen
mempertimbangkan bahwa:
1.
Konsep produk lebih superior dibandingkan dengan konsep arus
keluar, yang lebih superior dibandingkan dengan konsep arus masuk; dan
2.
Konsep produk adalah netral dalam hal pengukuran (jumlah) dan
penentuan waktu (tanggal pengakuan) dari pendapatan, tetapi konsep arus masuk
membingungkan baik pengukuran maupun penentuan waktu dengan proses pendapatan.
Pengukuran
pendapatan
Pendapatan diukur dalam hal nilai dari roduk atau jasa yang
dipertukarkan dalam transaksi “wajar”. Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih
atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang diterima dalam pertukaran dengan
produk atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelangganya.
Penentuan
waktu dari pengakuan pendapatan
Pada umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh
sepanjang seluruh tahapan dari siklus operasi (yaitu, selain penerimaan
pesanan, produksi, penjualan, dan penagihan). Dengan adanya kesulitan dalam
mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda dari siklus operasi
akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih “kejadian penting” untuk
penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba.
7.5.3 Prinsip Pengaitan (Matcing Principle)
Prinsip
ini menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan
pendapatan terkait; yaitu pendapatn diakui dalam suatu periode tertentu menurut
prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui. Asosiasi antara
pendapatn dengan beban tergantung pada salah satu dari empat criteria berikur
ini:
1.
Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan
suatu pendapatn.
2.
Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya
pada periode tersebut.
3.
Alokasi biaya sepanjang periode yang memperoleh manfaat dari
biaya tersebut.
4.
Membebankan semua biaya lainnya dalam periode terjadinya,
kecuali ditunjukkan bahwa biaya tersebut memiliki manfaat masa depan.
7.5.4 Prinsip Objektivitas (objectivity
Principle)
Prinsip
ini digunakan untuk membenarkan pilihan prosedur pengukuran. Tetapi, prinsip
objektivitas memiliki interpretasi yang berbeda :
1.
Pengukuran objektif adalah ukuran yang bersifat “tidak memihak”
dalam arti bahwa pengukuran tersebut bebas dari bias pribadi si pengukur.
2.
Pengukuran objektif adalah pengukuran variable dalam hal bahwa
pengukran tersebut didasarkan pada bukti.
3.
Pengukuran objektif adalah hasil dari “kesepakatan” di antara
sekelompok pengamat atau pengukur tertentu.
4.
Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan
sebagai indicator dari tingakat objektivitas system pengukaran tertentu.
7.5.5 Prinsip Konsistensi (Consistency
Principle)
Prinsip
ini menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan
dilaporkan dengan cara yang konsisten dari period eke periode. Penerapan konsep
konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan dan
lebih berguna. Secara serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta manipulasi
yang mungkin dari laporan keuangan dihindari dengan penerapan yang konsisten
atas prosedur akuntansi sepanjang waktu. Oleh karena itu, konsistensi adalah
batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan pengguna dengan memastikan dapat
diperbandingkannya laporan keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu,
sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut.
Prinsip
konsistensi tidak menghalangi suatu perusahaan untuk mengubah prosedur
akuntansinya ketika hal tersebut dibenarkan oleh situasi yang berubah, atau
jika prosedur alternative lebih baik. Sesuai APB Opinion no.20 perubahan yang
membenarkan perubahan dalam prosedur adalah:
1.
Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi
2.
Perubahan dalam estimasi akuntansi
3.
Perubahan dalam entitas pelaporan
7.5.6 Prinsip Pengungkapan Penuh (full
disclosure)
Prinsip
ini mengharuskan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat
kejadian-kejadian ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan selama periode
berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna
dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan.
7.5.7 Prinsip konservatisme (conservatism
principle)
Merupakan
suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hak bahwa prinsip tersebut
bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan
andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih dua atau lebih
teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi
yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham.
7.5.8 Prinsip Materialitas (materiality
principle)
Merupakan
suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip tersebut menganggap bahwa
transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat
ditangani secara sangat cepat, tanpa memeperdulikan apakah hal tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Materialitas berfungsi
sebagai pedoman implicit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan
dalam laporan keuangansehingga memungkinkan akuntan tersebut untuk memutuskan
apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah berdasarkan biaya
pencatatan, akurasi laporan keuangan dan relevansi bagi pengguna.
7.5.9 Prinsip Keseragaman dan Komparabilitas
Prinsip
konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk
transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu,
prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh
perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk
mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang
diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh
perusahaan-perusahaan yang berbeda.
7.5.10 Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme
akuntansi
Ketepatan
waktu dari laba dan konservatisme akuntansi didefinisikan sebagai sejauh mana
laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang
sementara laba ekonomi dan laba akuntansi yang dijumlahkan selama umur dari
perusahaan adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi
segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas mas
depan smentara laba akuntansi menggunakan prinsip pengakuan untuk memasukkan
perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan dengan waktu, umumnya pada
titik dekat dengan saat realisasi arus kas terjadi. Hubungan laba akuntansi
dengan laba ekonomi mendefinisikan ketepatan waktunya sebagai berikut:
EARNit =a0j+a1jRETit+ԑit
Dimana:
·
EARNit = laba sebelum pos luar biasa, operasi
yang dihentikan, dan pos-pos khusus yang dideflasi oleh nilai pasar awal tahun
dari ekuitas perusahaan tertentu pada tahun t.
·
RETit = tingkat pengembalian sakham tahunan
untuk tahun t.
7.6 KEBENARAN DALAM AKUNTANSI
7.6.1 Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi
Pengetahuan
akan proposisi muncul dari kebenarannya. Jika kita mengetahui suatu proposisi,
maka kita mengetahui bahwa hal itu adalah benar. Suatu proposisi yang benar
berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi. Kebenaran berkaitan dengan
pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah. Kebenaran tersebut
dapat dinyatakan secara berbeda.
7.6.2 Kemungkinan akan kebenaran dalam akuntansi
a.
kebenaran sebagai netralitas
untuk dapat melaporkan kebenaran, akuntansi
perlu menghindari dimasukkannya bias. Hal tersebut mungkin saja sulit. Pertama
Kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua kesulitan untuk menggambarkannya.
Sekarang sangat dipahami bahwa catatan kejadian tidak dapat dipisahkan dari si
pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak menggandung bias.
b.
Kebenaran sebagi objektivitas
untuk menetapkan akurasi dari atribut-atribut
yang diukur, akuntan telah mengandalkan prinsip objektivitas sebagai suatu cara
untuk membenarkan prosedur pilihan mereka. Tetapi, objektifitas telah
memperoleh paling tidak empat arti yang mungkin.
c.
kebenaran, objektivitas, dan keandalan
keandalan mengacu pada “kualitas yang
memungkinkan pengguna data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai
perwakilan dari apa yang diwakili oleh data tersebut.” Keandalan sebagai
tingalt objektifitas atau verifialibiliats datambah factor bias atau
pemindahan. Jika rata-rata kuadrat dari deviasi digunakan sebagia ukuran
keandalan, maka hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Keandalan = objektivitas + bias
Atau
Rata-rata kuadrat dari deviasi = varians +
pemindahan
d.
kebenaran, objektifitas, dan kekerasan
bagian ini adalah perbandingan antara berbagai
kelompok akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas
dengan tingkat kekerasan. Objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat
kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan, dalam pengertian bahwa
kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan sekelompok ukuran dengan titik
tengah u yang sama dengan varians 62 yang sama dalam hal adanya
netralitas mereka dalam hal kepentingan mereka atas hasil dari pengukuran
tersebut.
e.
Kebenaran dan peran akuntansi
jenis kebenaran yang disampaikan dalam praktik
dan wacana akuntansi dapat bersifat kontinjen terhadap peran yang sebenarnya
dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Kebenaran dalam akuntansi pada
konteks tradisional adalah untuk menyediakan angka-angka akuntansi yang berguna
dan diketahui berdasarkan aturan-aturan berbasis teknis.
f.
mustahilnya kebenaran dalam akuntansi
kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan
kebutuhan untuk menghindarai kerahasiaan. Kerahasiaan adalah tindakan menutupi
fakta atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai hal
tersebut agar tidak sampai ke public yang berkepentingan yang dapat memperoleh
manfaat dari mengetahui hal tersebut.
7.7 KESIMPULAN
Aturan-aturan
akuntansi yang ada saat ini didasarkan pada fondasi teori akuntansi. Fondasi
ini terdiri atas elemen-elemen yang bersifat hierarki yang berfungsi sebagai
kerangka referensi atau struktur teoritis. Laporan keuangan yang disajikan
dalam laporan akuntansi formal hanyalah cerminan dari penerapan struktur
teoritis akuntansi. Memperbaiki kandungan dan format dari laporan keuangan
tentu saja terkait untuk memperbaiki struktur teoritis akuntansi. Yang paling
terdepan dari agenda badan akuntansi sebaiknya merupakan formulasi dari
elemen-elemen teori akuntansi yaitu tujuan akuntansi, dalil lingkungan, konsep
teoritis , dan prinsip akuntansi.
0 komentar:
Posting Komentar