Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905
Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang
Pendekatan
Tradisional untuk Perumusan Teori Akuntansi
4.1 Hakikat Akuntansi Sebagai Gambaran
4.1.1 Akuntansi Sebagai Ideologi
4.1.2 Akuntansi Sebagai Bahasa
4.1.3 Akuntansi Sebagai Catatan Historis
4.1.4 Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Masa Kini
4.1.5 Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
4.1.6 Akuntansi Sebagai Komoditas
4.1.7 Akuntansi Sebagai Mitos
4.1.8 Akuntansi Sebagai Alasan Logis
4.1.9 Akuntansi Sebagai Perumpamaan
4.1.10 Akuntansi Sebagai Percobaan
4.1.11 Akuntansi Sebagai Distorsi
4.2 Penyusunan dan Verifikasi Teori
4.3 Hakikat Teori Akuntansi
4.4 Metodologi dalam Perumusan Teori
Akuntansi
4.5 Pendekatan untuk Perumusan Teori
Akuntansi
4.5.1 Pendekatan Nonteoretis
4.5.2 Pendekatan Deduktif
4.5.3 Pendekatan Induktif
4.5.4 Pendekatan Etis
4.5.5 Pendekatan Sosiologi
4.5.6 Pendekatan Ekonomi
4.6 Pendekatan selektif untuk Perumusan Teori
Akuntansi
4.7 Kesimpulan
4.1 Hakikat Akuntansi Sebagai Gambaran
Committee on Terminology dari American Institute of
Certified Public Accountants mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:
“Akuntansi adalah seni pencatatan,
pengklasifikasian, dan pengikhtisaran, dengan aturan baku dan dalam satuan
uang, transaksi dan peristiwa yang paling tidak sebagian darinya, memiliki
karakter keuangan, dan selanjutnya interpretasi hasilnya”.
Belakangan ini, akuntansi telah
didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep informasi:
“Akuntansi merupakan aktivitas jasa.
Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
keuangan, mengenal entitas ekonomi yang dimaksudkan untuk dapat memberikan
manfaat dalam pengambilan keputusan, dan dalam membuat pilihan logis di antara
serangkaian tindakan”.
Para akuntan mennggunakan gambaran yang
berbeda-beda dari suatu proses akuntansi dalam menguraikan teori akuntansi yang
berbeda-beda.
4.1.1 Akuntansi Sebagai Ideologi
Akuntansi dipandang sebagai suatu
fenomena ideologi (ideology) sebagai suatu sarana untuk mempertahankan dan
melegitimasi aturan-aturan sosial,
ekonomi, dan politik yang berlaku saat ini.
4.1.2 Akuntansi Sebagai Bahasa
Akuntansi dipandang sebagai suatu
bahasa (lenguage) bisnis. Akuntansi adalah satu alat mengomunikasikan informasi
suatu bisnis. Persepsi akuntansi sebagai bahasa ini juga di akui oleh profesi
akuntansi, yang menerbitkan buletin terminologi akuntansi. Hal ini juga diakui
dalam literatur empiris, yang mencoba untuk mengukur komunikasi dari konsep
akuntansi.
Pengakuan akuntansi sebagai bahasa
terletak pada identifikasi daei kedua komponen sebagai dua tingkat dalam
akuntansi. Hal itu dibuktikan sebagai berikut:
1.
Simbol atau karakter
leksikal (symbol or lexical characteristic)
dari suatu bahasa adalah unit-unit atau kata-kata “yang memiliki arti”
dan dapat diidentifikasikan dalam bahasa mana pun.
2.
Aturan tata bahasa
(grammatical rules) dari suatu bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis pada
bahasa apa pun.
4.1.3 Akuntansi Sebagai Catatan Historis
Umumnya, akuntansi telah dipandang
sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis (history) suatu organisasi dan
transaksi-transaksinya dengan lingkungannya. Baik bagi pemilik, maupun pemegang
saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu sejarah kepengurusan
manajer terhadap sumber daya pemilik. Konsep kepengurusan pada dasarnya adalah
suatu fitur dari hubungan prinsipal-agen, dimana agen diasumsikan menjaga
sumber daya dari prinsipal. Pengukuran konsep kepengurusan telah berevolusi
dari waktu ke waktu. Bimberg membedakannya menjadi empat periode:
1.
Periode pemeliharaa
murni (pure custodial period)
2.
Periode pemeliharaan
tradisional (traditional custodial period)
3.
Periode utilisasi
aktiva (asset-utilization period)
4.
Periode terbuka
(open-ended period)
4.1.4 Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Masa Kini
Akuntansi juga dipandang sebagai suatu
sarana untuk mencerminkan realitas ekonomi masa kini (current economic
reality). Metode yang dianggap paling mencerminkan kenyataan ekonomi berfokus
pada harga masa kini dan masa depan, bukannya pada harga historis. Tujuan utama
dari gambaran akuntansi ini adalah penentuan laba yang sebenarnya, suatu konsep
yang mencerminkan perubahan kesejahteraan perusahaan pada suatu periode waktu.
4.1.5 Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Akuntansi selalu dipandang sebagai
suatu sistem informasi (information
system). Akuntansi diasumsikan menjadi suatu proses yang menghubungkan sumber
informasi atau pemancar (biasanya si akuntan), saluran komunikasi, dan
serangkaian penerima (pengguna eksternal). Keunggulan gambaran akuntansi
sebagai suatu sistem informasi dinayatakan sebagai berikut:
Sistem akuntansi alternatif tidak perlu
lagi dijustifikasikan dalam hal kemampuannya untuk menunjukkan “laba yang
sebenarnya” maupun ketepatannya dalam menyajikan sejarah. Selama pengguna yang
berbeda-beda memperoleh manfaat dari informasi tersebut, maka kegunaan dari sistem dapat ditentukan.
4.1.6 Akuntansi Sebagai Komoditas
Akuntansi juga dipandang sebagai suatu
komoditas (commodity) yang merupakan hasil dari suatu aktivitas ekonomi. Sebagai suatu komoditas publik,
akuntansi menyediakan dasar ideal untuk
regulasi, memberikan dampak kepada kebijakan publik dan mengawasi seluruh jenis
kontrak antara organisasi dengan lingkungannya.
4.1.7 Akuntansi Sebagai Mitos
Akuntansi mungkin dapat dipandang
sebagai mitos (mythology) atau ritual
simbolis. Akuntansi menciptakan mitos
yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan menjelaskan fenomena
kompleks. Melalui akuntansi, suatu fenomena ekonomi kompleks diterjemahkan bagi
para pengguna dengan cara yang lebih mudah dan dapat dimengerti, sehingga
menciptakan lebih banyak mitos daripada kenyataan.
4.1.8 Akuntansi Sebagai Alasan Logis
Akuntansi mungkin dapat dipandang
sebagai suatu alasan logis (rationale). Akuntansi mungkin digunakan untuk
melekatkan makna terhadap peristiwa dan menyediakan suatu justifikasi bagi kejadian mereka di masa mendatang.
Dengan adanya ketidaktepatan dan
ketidakpastian yang meliputi kebanyakan angka akuntansi, akuntansi
mungkin digunakan sebagai suatu cara
untuk melegitimasi pemunculannya.
4.1.9 Akuntansi Sebagai Perumpamaan
Akuntansi mungkin dipandang sebagai
perumpamaan (imagery). Akuntansi memberikan kontribusi terhdap penciptaan suatu
gambaran atau citra dari organisasi. Akuntansi bertindak sebagai suatu gambaran
organisasi melalui peristiwa yang telah diseleksi dan transaksi yang terjadi di
organisasi. Konsekuensinya adalah timbul
perasaan akan pentingnya akuntansi dan konsepsi tertentu mengenai realitas
organisasi. Konsekuensi yang kedua adalah bahwa gambaran yang diciptakan dari interpretasi terseleksi
dan penyajian beberapa peristiwa selanjutnya menciptakan suatu lingkungan yang
stabil dan pasti serta menjadi dasar pengambilan keputusan.
Akuntansi juga telah dipandang sebagai pembuat peta
keuangan. Fenomena kompleks dipetakan ke dalam laporan keuangan. Semakin baik
penyajian fakta-faktanya, maka petanya pun menjadi semakin baik.
4.1.10 Akuntansi Sebagai Percobaan
Akuntansi dapat dipandang sebagai percobaan (experimentation).
Akuntansi cukup fleksibel untuk
mengakomodasi berbagai situasi, mengadaptasi solusi-solusi baru untuk masalah
baru, dan beradaptasi terhadap kasus-kasus yang paling kompleks. Akuntansi
merupakan percobaan ketika ia bersifat sukarela, inovatif, dan tentatif.
4.1.11 Akuntansi Sebagai Distorsi
Terdapat empat kelompok yang mungkin
mempengaruhi atau dopengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi: subjek yang
perilakunya memberikan data bagi pesan-pesan akuntansi, akuntansi yang
menyiapkan data, akuntansi yang memriksa data, dan penerimaan data.
Model yang digunakan untuk mendistorsi
sistem informasi dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori besar: perataan
atau penghalusan, pembiasan, pemfokusan, permainan, penyeringan, dan tindakan
ilegal.
Perataan atau penghalusan (smoothing)
mencakup proses pengubahan arus data alami atau terencana tanpa mengubah
aktivitas aktual dari organisasi. Pembiasan (biasing) mencakup proses pemilihan
tanda-tanda yang memiliki kemungkinan paling besar untuk diterima dan dipilih
oleh pengirim. Pemfokusan mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan
aspek-aspek tertentu dari sekumpulan informasi. Permainan (gaming) mencakup
proses penyeleksian aktivitas-aktivitas oleh pengirim sehingga menyebabkan
terkirimnya pesan. Penyaringan (filtering) mencakup proses pemilihan
aspek-aspek tertentu yang menguntungkan dari serangkaian informasi yang sama
berharganya dari komunikasi melalui pengumpulan, penyajian, agregasi,
penahanan, atau penundaaan. Tindakan ilegal (illwgal act) mencakup proses
pemalsuan data dan akibatnya melanggar hukum privat atau hukum publik.
4.2 Penyusunan dan Verifikasi Teori
Proses dari penyusunan teori akuntansi
harus diselesaikan oleh verifikasi teori atau validasi teori. Machlup
mendefinisikan proses ini sebagai berikut:
“Verifikasi dari riset dan analisis mungkin mengacu pada banyak hal,
termasuk kebenaran matematis dan argumentasi logis, penerapan dari formula dan
persamaan, kebenaran dari laporan-laporan, keotentikan dokumen, keaslian dari
artifak atau relik, kecukupan reproduksi, terjemahan, dan parafrase, keakuratan
dari akun-akun historis dan statistik, bukti-bukti dari kejadian yang
dilaporkan, kelengkapan dari urutan kejadian-kejadian dalam suatu situasi konkret,
kemampuan percobaan untuk dilakukan kembali, nilai penjelasan atau prediktif
dari generalisasi”.
Teori akuntansi yang sudah ada
seharusnya menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntansi: kapan fenomena itu
terjadi, mereka seharusnya dapat dianggap sebagai verifikasi dari teori. Jika
suatu teori tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan, teori tersebut akan
diganti oleh suatu teori yang lebih baik.
4.3 Hakikat Teori Akuntansi
Teori didefinisikan sebagai “suatu
rangkaian gagasan (konsep), definisi, dan pengususlan saling berhubungan yang
melambangkan suatu pandangan sistematis
atas fenomena melalui penentuan hubungan yang ada diantara
variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Hendriksen mendefinisikan teori
akuntansi sebagai “serangkaian prinsip-prinsip yang luas yang (1) memberikan
suatu kerangka referensi umum dimana praktik akuntansi dapat dievaluasi dan (2)
memandu perkembangan dari praktik dan prosedur baru.
Mc Donald berpendapat bahwa suatu teori
akuntansi adalah mungkin jika (1) pengodean fenomena ke dalam suatu penyajian
simbolis, (2) memanipulasi atau kombinasi yang mematuhi aturan tertentu, dan
(3) penerjemahan kembali ke fenomena dunia nyata. Setiap komponen teori ini
ditemukan dalam akuntansi. Pertama, akuntansi memakai penyajian simbolis atau
simbol; “debit, kredit” dan keseluruhan terminologi adalah berlaku dan unik untuk akuntansi.
Kedua, akuntansi memakai aturan penerjemahan: pengodean (penyajian simbol dari
peristiwa dan transaksi ekonomi) adalah
suatu proses penerjemahan ke dalam dan keluar simbol. Ketiga, akuntansi memakai
aturan-aturan manipulasi: teknik-teknik untuk menentukan keuntungan mungkin
dapat dianggap sebagai aturan untuk memanipulasi simbol-simbol akuntansi.
4.4 Metodologi dalam Perumusan Teori
Akuntansi
Teori akuntansi adalah mungkin jika (1)
teori memberikan suatu kerangka referensi, seperti yang di sarankan oleh
Hendriksen, dan (2) teori mencakup tiga
elemen: pengodean fenomena ke dalam penyajian simbolis, manipulasi atau kombinasi
yang mematuhi aturan tertentu, dan menerjemahkan kemali ke fenomena dunia
nyata, seperti yang disarankan oleh McDonald.
Dalam dunia akuntansi profesional, ada
kepercayaan umum bahwa akuntansi adalah suatu seni yang tidak dapat
diformalisasikan dan bahwa metodologi yang digunakan dalam formulasi suatu
teori akuntansi secara tradisional adalah usaha untuk menjustifikasi apa yang
terjadi dengan mengodifikasikan praktik-praktik akuntansi. Teori seperti ini
dinamakan akuntansi deskriptif (descriptive accounting) atau teori deskriptif
akuntansi (descriptive theory of accounting).
Pendekatan akuntansi deskriptif dikritik
oleh para pendukung dari metodologi normatif. Teori akuntansi normatif berusaha
untuk menjustifikasi apa yang seharusnya terjadi, bukan apa yang terjadi. Teori
seperti ini disebut akuntansi normatif (normative accounting) atau teori
normatif akuntansi (normative theory of accounting).
Salah satu teori akuntansi deskriptif
adalah Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business
Enterprises (Inventori dari Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum)
oleh Grady Accounting Principles Board Statement No.4 dan hasil pekerjaan
Skinner dan Ijiri. Disebut akuntansi
operasional (operational accounting), ditujukan ke arah penyediaan informasi
yang berguna bagi manajemen dan keputusan investor, khususnya keputusan yang
berkenaan dengan alokasi sumber saya. Yang lainnya disebut dengan akuntansi
ekuitas (equity accounting), ditujukan ke arah perekonsiliasian ekuitas
pemegang saham dan pihak lain yang memiliki kepentingan di dalam atau di luar
organisasi untuk mencapai pendistribusian yang seimbang atas penerimaan atau
keuntungan dari operasi.
4.5 Pendekatan untuk Perumusan Teori
Akuntansi
Walaupun tidka terdapat teori akuntansi
komprehensif tunggal, berbagai teori akuntasni tingkat menengah telah
dihasilkan dari penggunaan berbagai pendekatan yang berbeda. Pendekatan
tradisional adalah:
1.
Nonteoritis, praktis,
atau praagmatis (informal)
2.
Teoritis:
a.
Deduktif
b.
Induktif
c.
Etis
d.
Sosiologi
e.
Ekonomi
f.
Selektif
4.5.1 Pendekatan Nonteoretis
Pendekatan nonteoritis adalah pendekatan
pragmatis (atau praktis) dan pendekatan kekuasaan.
Pendekatan pragmatis (pragmatic
approach) terdiri atas penyusunan suatu teori yang ditandai oleh kesamaannya
dengan praktik dunia nyata yang berguna dalam artian memberikan solusi yang
sifatnya praktis. Kegunaan, atau utilitas berarti, sifat yang mencocokkan
sesuatu untuk melayani atau memfasilitasi tujuan yang dimaksudkannya.
Pendekatan kekuasaan (authoritarian approach) untuk perumusan suatu teori
akuntansi yang terutama dipergunakan oleh organisasi profesional, terdiri atas
penerbitan pernyataan sebagai regulasi dari praktik-praktik akuntansi.
4.5.2 Pendekatan Deduktif
Langkah yang digunakan untuk memperoleh
pendekatan deduktif akan meliputi:
1.
Menentukan tujuan dari
laporan keuangan
2.
Memilih “postulat” dari
akuntansi
3.
Menghasilkan “prinsip”
dari akuntansi
4.
Mengembangkan “teknik”
dari akuntansi
4.5.3 Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif diawali dengan
observasi mengenai informasi keuangan dari perusahaan bisnis dan dilanjutkan
dengan menyusun generalisasi dan prinsip-prinsip akuntansi dari observasi
tersebut berdasarkan kepada hubungan yang berulang kembali. Pendekatan induktif
untuk suatu teori mencakup empat tahap:
1.
Mencatat seluruh
observasi
2.
Menganalisis dan
mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi adanya hubungan yang berulang
kembali
3.
Penurunan induktif dari
generalisasi dan prinsip akuntansi dari observasi yang menggambarkan hubungan
berulang
4.
Menguji generalisasi
4.5.4 Pendekatan Etis
Inti dasar dari pendekatan etis terdiri
atas konsep kewajaran (fairness), keadilan (justice), akuitas (equity), dan
kenyataan (thuth). Konsep “kewajaran” telah menjadi etis secara implisit.
Secara umum konsep “kewajaran” mengandung arti bahwa laporan akuntansi tidak
menjadi subjek dari pengaruh yang tidak sepantasnya atau biasa. “Kewajaran”
secara umum mengandung arti bahwa pembuat informasi akuntansi telah bertindak
dalam keyakinan yang baik dengan menggunakan praktik bisnis yang etis dan
pertimbangan akuntansi yang baik. “Kewajaran” adalah suatu pernyataan nilai
yang dipakai dalam akuntansi secara beraneka ragam
“Kewajaran” adalah tujuan yang dinginkan
dalam penyusunan suatu teori akuntansi jika apa pun dinyatakan dasarnya
diverifikasi secara logis dan empiris dan jika itu dibuat operasional oleh
suatu definisi yang cukup dan identifikasi dari propertinya.
4.5.5 Pendekatan Sosiologi
Berdasar pada pendekatan sosiologi,
prinsip atau teknik akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar
pengaruh laporannya terhadap seluruh kelompok dalam komunitas. Tersirat dalam
pendekatan ini adalah adanya ekspekstasi bahwa data akuntansi akan berguna
dalam pembuatan pertimbangan kesejahteraan sosial. untuk mencapai tujuannya,
pendekatan sosiologi mengasumsikan keberadaan dari “nilai sosial buku” yang
mungkin digunakan sebagai kriteria untuk menentukan teori akuntansi.
4.5.6 Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam merumuskan
suatu teori akuntansi menekankan pada pengendalian perilaku dari indikator
makro ekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari berbagai teknik akuntansi.
Ketika pendekatan etis berfokus pada suatu konsep “kewajaran” dan pendekatan
sosiologi pada suatu konsep “kesejahteraan sosial”, pendekatan ekonomi berfokus
pada suatu konsep dari “kesejahteraan ekonomi umum”.
Kriteria umum dipakai dalam pendekatan
ekonomi makro adalah secara awal, bahwa kebijakan dan teknik akuntansi
seharusnya mencerminkan “kenyataan ekonomi” dan yang kedua, bahwa pilihan
teknik akuntansi seharusnya bergantung pada “konsekuensi ekonomi”. “Kenyataan
ekonomi dan “konsekuensi ekonomi” adalah
istilah yang tepat yang digunakan untuk beragumentasi demi kepentingan
pendekatan ekonomi makro.
Konsekuensi ekonomi dan lapora keuangan termasuk antara lain: distribusi
kesejahteraan; tingkat risiko agregat dan alokasi risiko diantara individu;
konsumsi dan produksi agregat; alokasi sumber daya antar perusahaan, penggunaan
sumber daya untuk produksi,sertifikasi, penyebaran, pemrosesan, analisis dan
interpretasi dari informasi keuangan; penggunaan sumber daya dalam
pengembangan, penyesuaian, penekanan, dan litigasi dari regulasi; dan
penggunaan sumber daya dalam mencari informasi.
4.6 Pendekatan selektif untuk Perumusan Teori
Akuntansi
Pendekatan selektif adalah terutama merupakan
akibat dari berbagai usaha oleh individu dan profesional serta organisasi
pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pengembangan konsep dan prinsip yang
sedang diperdebatkan dalam litaratur: pendekatan peraturan, pendekatan
perilaku, serta pendekatan kejadian, prediksi, dan positif.
4.7 Kesimpulan
Pendekatan terhadap rumusan suatu teori
akuntansi telah menggunakan metodologi normatif dan metodologi deskriptif,
suatu pendekatan teoritis atau nonteoritis, suatu bentuk alasan deduktif, atau
induktif dan lebih berfokus pada suatu konsep “kewajaran” dan “kesejahteraan
sosial” atau “ksejahteraan ekonomi”pendekatan tradisional telah berubah menjadi
pendekatan selektif dan mulai digunakan oleh pendekatan-pendekatan yang lebih
baru. Apa pun pendekatan yang dipilih penting untuk diingat bahwa suatu teori
akuntansi harus dikomunikasikan untuk dapat diterima.
0 komentar:
Posting Komentar