Sabtu, 11 Oktober 2014

[BAB 4] Teori Akuntansi - Pendekatan Tradisional untuk Perumusan Teori Akuntansi

Diposting oleh Unknown di 07.36

Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905

Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang



Pendekatan Tradisional untuk Perumusan Teori Akuntansi


4.1       Hakikat Akuntansi Sebagai Gambaran
            4.1.1    Akuntansi Sebagai Ideologi
            4.1.2    Akuntansi Sebagai Bahasa
            4.1.3    Akuntansi Sebagai Catatan Historis
            4.1.4    Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Masa Kini
            4.1.5    Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
            4.1.6    Akuntansi Sebagai Komoditas
            4.1.7    Akuntansi Sebagai Mitos
            4.1.8    Akuntansi Sebagai Alasan Logis
            4.1.9    Akuntansi Sebagai Perumpamaan
            4.1.10  Akuntansi Sebagai Percobaan
            4.1.11  Akuntansi Sebagai Distorsi
4.2       Penyusunan dan Verifikasi Teori
4.3       Hakikat Teori Akuntansi
4.4       Metodologi dalam Perumusan Teori Akuntansi
4.5       Pendekatan untuk Perumusan Teori Akuntansi
            4.5.1    Pendekatan Nonteoretis
            4.5.2    Pendekatan Deduktif
            4.5.3    Pendekatan Induktif
            4.5.4    Pendekatan Etis
            4.5.5    Pendekatan Sosiologi
            4.5.6    Pendekatan Ekonomi
4.6       Pendekatan selektif untuk Perumusan Teori Akuntansi
4.7       Kesimpulan


4.1       Hakikat Akuntansi Sebagai Gambaran

Committee  on Terminology dari American Institute of Certified Public Accountants mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:
“Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran, dengan aturan baku dan dalam satuan uang, transaksi dan peristiwa yang paling tidak sebagian darinya, memiliki karakter keuangan, dan selanjutnya interpretasi hasilnya”.
Belakangan ini, akuntansi telah didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep informasi:
“Akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenal entitas ekonomi yang dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan, dan dalam membuat pilihan logis di antara serangkaian tindakan”.
Para akuntan mennggunakan gambaran yang berbeda-beda dari suatu proses akuntansi dalam menguraikan teori akuntansi yang berbeda-beda.

4.1.1    Akuntansi Sebagai Ideologi
Akuntansi dipandang sebagai suatu fenomena ideologi (ideology) sebagai suatu sarana untuk mempertahankan dan melegitimasi  aturan-aturan sosial, ekonomi, dan politik yang berlaku saat ini.

4.1.2    Akuntansi Sebagai Bahasa
            Akuntansi dipandang sebagai suatu bahasa (lenguage) bisnis. Akuntansi adalah satu alat mengomunikasikan informasi suatu bisnis. Persepsi akuntansi sebagai bahasa ini juga di akui oleh profesi akuntansi, yang menerbitkan buletin terminologi akuntansi. Hal ini juga diakui dalam literatur empiris, yang mencoba untuk mengukur komunikasi dari konsep akuntansi.
Pengakuan akuntansi sebagai bahasa terletak pada identifikasi daei kedua komponen sebagai dua tingkat dalam akuntansi. Hal itu dibuktikan sebagai berikut:
1.         Simbol atau karakter leksikal (symbol or lexical characteristic)  dari suatu bahasa adalah unit-unit atau kata-kata “yang memiliki arti” dan dapat diidentifikasikan dalam bahasa mana pun.
2.         Aturan tata bahasa (grammatical rules) dari suatu bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis pada bahasa apa pun.

4.1.3    Akuntansi Sebagai Catatan Historis
Umumnya, akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis (history) suatu organisasi dan transaksi-transaksinya dengan lingkungannya. Baik bagi pemilik, maupun pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu sejarah kepengurusan manajer terhadap sumber daya pemilik. Konsep kepengurusan pada dasarnya adalah suatu fitur dari hubungan prinsipal-agen, dimana agen diasumsikan menjaga sumber daya dari prinsipal. Pengukuran konsep kepengurusan telah berevolusi dari waktu ke waktu. Bimberg membedakannya menjadi empat periode:
1.         Periode pemeliharaa murni (pure custodial  period)
2.         Periode pemeliharaan tradisional (traditional custodial period)
3.         Periode utilisasi aktiva (asset-utilization period)
4.         Periode terbuka (open-ended period)

4.1.4    Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Masa Kini
Akuntansi juga dipandang sebagai suatu sarana untuk mencerminkan realitas ekonomi masa kini (current economic reality). Metode yang dianggap paling mencerminkan kenyataan ekonomi berfokus pada harga masa kini dan masa depan, bukannya pada harga historis. Tujuan utama dari gambaran akuntansi ini adalah penentuan laba yang sebenarnya, suatu konsep yang mencerminkan perubahan kesejahteraan perusahaan pada suatu periode waktu.
4.1.5    Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Akuntansi selalu dipandang sebagai suatu  sistem informasi (information system). Akuntansi diasumsikan menjadi suatu proses yang menghubungkan sumber informasi atau pemancar (biasanya si akuntan), saluran komunikasi, dan serangkaian penerima (pengguna eksternal). Keunggulan gambaran akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinayatakan sebagai berikut:
Sistem akuntansi alternatif tidak perlu lagi dijustifikasikan dalam hal kemampuannya untuk menunjukkan “laba yang sebenarnya” maupun ketepatannya dalam menyajikan sejarah. Selama pengguna yang berbeda-beda memperoleh manfaat dari informasi tersebut, maka kegunaan  dari sistem dapat ditentukan.
4.1.6    Akuntansi Sebagai Komoditas
Akuntansi juga dipandang sebagai suatu komoditas (commodity) yang merupakan hasil dari suatu aktivitas  ekonomi. Sebagai suatu komoditas publik, akuntansi menyediakan dasar  ideal untuk regulasi, memberikan dampak kepada kebijakan publik dan mengawasi seluruh jenis kontrak antara organisasi dengan lingkungannya.

4.1.7    Akuntansi Sebagai Mitos
Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai mitos (mythology) atau  ritual simbolis. Akuntansi  menciptakan mitos yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan menjelaskan fenomena kompleks. Melalui akuntansi, suatu fenomena ekonomi kompleks diterjemahkan bagi para pengguna dengan cara yang lebih mudah dan dapat dimengerti, sehingga menciptakan lebih banyak mitos daripada kenyataan.

4.1.8    Akuntansi Sebagai Alasan Logis
Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai suatu alasan logis (rationale). Akuntansi mungkin digunakan untuk melekatkan makna terhadap peristiwa dan menyediakan suatu justifikasi  bagi kejadian mereka di masa mendatang. Dengan adanya ketidaktepatan dan  ketidakpastian yang meliputi kebanyakan angka akuntansi, akuntansi mungkin  digunakan sebagai suatu cara untuk melegitimasi pemunculannya.

4.1.9    Akuntansi Sebagai Perumpamaan
Akuntansi mungkin dipandang sebagai perumpamaan (imagery). Akuntansi memberikan kontribusi terhdap penciptaan suatu gambaran atau citra dari organisasi. Akuntansi bertindak sebagai suatu gambaran organisasi melalui peristiwa yang telah diseleksi dan transaksi yang terjadi di organisasi.  Konsekuensinya adalah timbul perasaan akan pentingnya akuntansi dan konsepsi tertentu mengenai realitas organisasi. Konsekuensi yang kedua adalah bahwa gambaran  yang diciptakan dari interpretasi terseleksi dan penyajian beberapa peristiwa selanjutnya menciptakan suatu lingkungan yang stabil dan pasti serta menjadi dasar pengambilan keputusan.
Akuntansi juga  telah dipandang sebagai pembuat peta keuangan. Fenomena kompleks dipetakan ke dalam laporan keuangan. Semakin baik penyajian fakta-faktanya, maka petanya pun menjadi semakin baik.

4.1.10  Akuntansi Sebagai Percobaan
Akuntansi dapat dipandang  sebagai percobaan (experimentation). Akuntansi  cukup fleksibel untuk mengakomodasi berbagai situasi, mengadaptasi solusi-solusi baru untuk masalah baru, dan beradaptasi terhadap kasus-kasus yang paling kompleks. Akuntansi merupakan percobaan ketika ia bersifat sukarela, inovatif, dan tentatif.

4.1.11  Akuntansi Sebagai Distorsi
Terdapat empat kelompok yang mungkin mempengaruhi atau dopengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi: subjek yang perilakunya memberikan data bagi pesan-pesan akuntansi, akuntansi yang menyiapkan data, akuntansi yang memriksa data, dan penerimaan data.
Model yang digunakan untuk mendistorsi sistem informasi dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori besar: perataan atau penghalusan, pembiasan, pemfokusan, permainan, penyeringan, dan tindakan ilegal. 
Perataan atau penghalusan (smoothing) mencakup proses pengubahan arus data alami atau terencana tanpa mengubah aktivitas aktual dari organisasi. Pembiasan (biasing) mencakup proses pemilihan tanda-tanda yang memiliki kemungkinan paling besar untuk diterima dan dipilih oleh pengirim. Pemfokusan mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan aspek-aspek tertentu dari sekumpulan informasi. Permainan (gaming) mencakup proses penyeleksian aktivitas-aktivitas oleh pengirim sehingga menyebabkan terkirimnya pesan. Penyaringan (filtering) mencakup proses pemilihan aspek-aspek tertentu yang menguntungkan dari serangkaian informasi yang sama berharganya dari komunikasi melalui pengumpulan, penyajian, agregasi, penahanan, atau penundaaan. Tindakan ilegal (illwgal act) mencakup proses pemalsuan data dan akibatnya melanggar hukum privat atau hukum publik.

4.2       Penyusunan dan Verifikasi Teori
Proses dari penyusunan teori akuntansi harus diselesaikan oleh verifikasi teori atau validasi teori. Machlup mendefinisikan proses ini sebagai berikut:
“Verifikasi dari riset  dan analisis mungkin mengacu pada banyak hal, termasuk kebenaran matematis dan argumentasi logis, penerapan dari formula dan persamaan, kebenaran dari laporan-laporan, keotentikan dokumen, keaslian dari artifak atau relik, kecukupan reproduksi, terjemahan, dan parafrase, keakuratan dari akun-akun historis dan statistik, bukti-bukti dari kejadian yang dilaporkan, kelengkapan dari urutan kejadian-kejadian dalam suatu situasi konkret, kemampuan percobaan untuk dilakukan kembali, nilai penjelasan atau prediktif dari generalisasi”.
Teori akuntansi yang sudah ada seharusnya menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntansi: kapan fenomena itu terjadi, mereka seharusnya dapat dianggap sebagai verifikasi dari teori. Jika suatu teori tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan, teori tersebut akan diganti oleh suatu teori yang lebih baik.

4.3       Hakikat Teori Akuntansi
Teori didefinisikan sebagai “suatu rangkaian gagasan (konsep), definisi, dan pengususlan saling berhubungan yang melambangkan suatu pandangan sistematis  atas fenomena melalui penentuan hubungan yang ada diantara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Hendriksen mendefinisikan teori akuntansi sebagai “serangkaian prinsip-prinsip yang luas yang (1) memberikan suatu kerangka referensi umum dimana praktik akuntansi dapat dievaluasi dan (2) memandu perkembangan dari praktik dan prosedur baru.
Mc Donald berpendapat bahwa suatu teori akuntansi adalah mungkin jika (1) pengodean fenomena ke dalam suatu penyajian simbolis, (2) memanipulasi atau kombinasi yang mematuhi aturan tertentu, dan (3) penerjemahan kembali ke fenomena dunia nyata. Setiap komponen teori ini ditemukan dalam akuntansi. Pertama, akuntansi memakai penyajian simbolis atau simbol; “debit, kredit” dan keseluruhan terminologi  adalah berlaku dan unik untuk akuntansi. Kedua, akuntansi memakai aturan penerjemahan: pengodean (penyajian simbol dari peristiwa dan transaksi ekonomi)  adalah suatu proses penerjemahan ke dalam dan keluar simbol. Ketiga, akuntansi memakai aturan-aturan manipulasi: teknik-teknik untuk menentukan keuntungan mungkin dapat dianggap sebagai aturan untuk memanipulasi simbol-simbol akuntansi.

4.4       Metodologi dalam Perumusan Teori Akuntansi
Teori akuntansi adalah mungkin jika (1) teori memberikan suatu kerangka referensi, seperti yang di sarankan oleh Hendriksen, dan (2) teori mencakup  tiga elemen: pengodean fenomena ke dalam penyajian simbolis, manipulasi atau kombinasi yang mematuhi aturan tertentu, dan menerjemahkan kemali ke fenomena dunia nyata, seperti yang disarankan oleh McDonald.
Dalam dunia akuntansi profesional, ada kepercayaan umum bahwa akuntansi adalah suatu seni yang tidak dapat diformalisasikan dan bahwa metodologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi secara tradisional adalah usaha untuk menjustifikasi apa yang terjadi dengan mengodifikasikan praktik-praktik akuntansi. Teori seperti ini dinamakan akuntansi deskriptif (descriptive accounting) atau teori deskriptif akuntansi (descriptive theory of accounting).
Pendekatan akuntansi deskriptif dikritik oleh para pendukung dari metodologi normatif. Teori akuntansi normatif berusaha untuk menjustifikasi apa yang seharusnya terjadi, bukan apa yang terjadi. Teori seperti ini disebut akuntansi normatif (normative accounting) atau teori normatif akuntansi (normative theory of accounting).
Salah satu teori akuntansi deskriptif adalah Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprises (Inventori dari Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum) oleh  Grady Accounting Principles  Board Statement No.4 dan hasil pekerjaan Skinner dan Ijiri.  Disebut akuntansi operasional (operational accounting), ditujukan ke arah penyediaan informasi yang berguna bagi manajemen dan keputusan investor, khususnya keputusan yang berkenaan dengan alokasi sumber saya. Yang lainnya disebut dengan akuntansi ekuitas (equity accounting), ditujukan ke arah perekonsiliasian ekuitas pemegang saham dan pihak lain yang memiliki kepentingan di dalam atau di luar organisasi untuk mencapai pendistribusian yang seimbang atas penerimaan atau keuntungan dari operasi.

4.5       Pendekatan untuk Perumusan Teori Akuntansi
Walaupun tidka terdapat teori akuntansi komprehensif tunggal, berbagai teori akuntasni tingkat menengah telah dihasilkan dari penggunaan berbagai pendekatan yang berbeda. Pendekatan tradisional adalah:
1.         Nonteoritis, praktis, atau praagmatis (informal)
2.         Teoritis:
a.         Deduktif
b.        Induktif
c.         Etis
d.        Sosiologi
e.         Ekonomi
f.         Selektif

4.5.1    Pendekatan Nonteoretis
Pendekatan nonteoritis adalah pendekatan pragmatis (atau praktis) dan pendekatan kekuasaan.
Pendekatan pragmatis (pragmatic approach) terdiri atas penyusunan suatu teori yang ditandai oleh kesamaannya dengan praktik dunia nyata yang berguna dalam artian memberikan solusi yang sifatnya praktis. Kegunaan, atau utilitas berarti, sifat yang mencocokkan sesuatu untuk melayani atau memfasilitasi tujuan yang dimaksudkannya.
Pendekatan kekuasaan (authoritarian  approach) untuk perumusan suatu teori akuntansi yang terutama dipergunakan oleh organisasi profesional, terdiri atas penerbitan pernyataan sebagai regulasi dari praktik-praktik akuntansi.

4.5.2    Pendekatan Deduktif
Langkah yang digunakan untuk memperoleh pendekatan deduktif akan meliputi:
1.         Menentukan tujuan dari laporan keuangan
2.         Memilih “postulat” dari akuntansi
3.         Menghasilkan “prinsip” dari akuntansi
4.         Mengembangkan “teknik” dari akuntansi

4.5.3    Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif diawali dengan observasi mengenai informasi keuangan dari perusahaan bisnis dan dilanjutkan dengan menyusun generalisasi dan prinsip-prinsip akuntansi dari observasi tersebut berdasarkan kepada hubungan yang berulang kembali. Pendekatan induktif untuk suatu teori mencakup empat tahap:
1.         Mencatat seluruh observasi
2.         Menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi adanya hubungan yang berulang kembali
3.         Penurunan induktif dari generalisasi dan prinsip akuntansi dari observasi yang menggambarkan hubungan berulang
4.         Menguji generalisasi

4.5.4    Pendekatan Etis
Inti dasar dari pendekatan etis terdiri atas konsep kewajaran (fairness), keadilan (justice), akuitas (equity), dan kenyataan (thuth). Konsep “kewajaran” telah menjadi etis secara implisit. Secara umum konsep “kewajaran” mengandung arti bahwa laporan akuntansi tidak menjadi subjek dari pengaruh yang tidak sepantasnya atau biasa. “Kewajaran” secara umum mengandung arti bahwa pembuat informasi akuntansi telah bertindak dalam keyakinan yang baik dengan menggunakan praktik bisnis yang etis dan pertimbangan akuntansi yang baik. “Kewajaran” adalah suatu pernyataan nilai yang dipakai dalam akuntansi secara beraneka ragam
“Kewajaran” adalah tujuan yang dinginkan dalam penyusunan suatu teori akuntansi jika apa pun dinyatakan dasarnya diverifikasi secara logis dan empiris dan jika itu dibuat operasional oleh suatu definisi yang cukup dan identifikasi dari propertinya.

4.5.5    Pendekatan Sosiologi
Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau teknik akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap seluruh kelompok dalam komunitas. Tersirat dalam pendekatan ini adalah adanya ekspekstasi bahwa data akuntansi akan berguna dalam pembuatan pertimbangan kesejahteraan sosial. untuk mencapai tujuannya, pendekatan sosiologi mengasumsikan keberadaan dari “nilai sosial buku” yang mungkin digunakan sebagai kriteria untuk menentukan teori akuntansi.

4.5.6    Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada pengendalian perilaku dari indikator makro ekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari berbagai teknik akuntansi. Ketika pendekatan etis berfokus pada suatu konsep “kewajaran” dan pendekatan sosiologi pada suatu konsep “kesejahteraan sosial”, pendekatan ekonomi berfokus pada suatu konsep dari “kesejahteraan ekonomi umum”.
Kriteria umum dipakai dalam pendekatan ekonomi makro adalah secara awal, bahwa kebijakan dan teknik akuntansi seharusnya mencerminkan “kenyataan ekonomi” dan yang kedua, bahwa pilihan teknik akuntansi seharusnya bergantung pada “konsekuensi ekonomi”. “Kenyataan ekonomi  dan “konsekuensi ekonomi” adalah istilah yang tepat yang digunakan untuk beragumentasi demi kepentingan pendekatan ekonomi makro.
Konsekuensi ekonomi dan lapora  keuangan termasuk antara lain: distribusi kesejahteraan; tingkat risiko agregat dan alokasi risiko diantara individu; konsumsi dan produksi agregat; alokasi sumber daya antar perusahaan, penggunaan sumber daya untuk produksi,sertifikasi, penyebaran, pemrosesan, analisis dan interpretasi dari informasi keuangan; penggunaan sumber daya dalam pengembangan, penyesuaian, penekanan, dan litigasi dari regulasi; dan penggunaan sumber daya dalam mencari informasi.

4.6       Pendekatan selektif untuk Perumusan Teori Akuntansi
Pendekatan selektif adalah terutama merupakan akibat dari berbagai usaha oleh individu dan profesional serta organisasi pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pengembangan konsep dan prinsip yang sedang diperdebatkan dalam litaratur: pendekatan peraturan, pendekatan perilaku, serta pendekatan kejadian, prediksi, dan positif.

4.7       Kesimpulan

Pendekatan terhadap rumusan suatu teori akuntansi telah menggunakan metodologi normatif dan metodologi deskriptif, suatu pendekatan teoritis atau nonteoritis, suatu bentuk alasan deduktif, atau induktif dan lebih berfokus pada suatu konsep “kewajaran” dan “kesejahteraan sosial” atau “ksejahteraan ekonomi”pendekatan tradisional telah berubah menjadi pendekatan selektif dan mulai digunakan oleh pendekatan-pendekatan yang lebih baru. Apa pun pendekatan yang dipilih penting untuk diingat bahwa suatu teori akuntansi harus dikomunikasikan untuk dapat diterima.

0 komentar:

Posting Komentar

 

a drop of happiness Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review