Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905
Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang
HAKIKAT
DAN PENGGUNAAN
AKUNTANSI
2.1
Definisi dan Peranan Akuntansi
2.1.1 Definisi Akuntansi
2.1.2 Akuntansi Seni atau Ilmu?
2.1.3 Sifat dan Peranan Akuntansi
2.2
Pengukuran dalam Akuntansi
2.2.1 Hakikat Pengukuran dalam Akuntansi
2.2.2 Jenis Ukuran
2.2.3 Jenis Skala
2.3
Pemikiran di balik Akuntansi Pencatatan Berpasangan
2.4
Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (Generally Accepted Accounting
Principle-GAAP)
2.4.1 Arti GAAP
2.4.2 Mana yang harus digunakan? GAAP, GAAP Khusus,
atau OCBOA?
2.4.3 GAAP Kecil Vs GAAP Besar
2.5 Kebijakan Akuntansi dan Perubahannya
2.6 Akuntansi yang Dirancang
2.6.1 Hipotesis Kesalahan Penyajian Keuangan Secara
Selektif
2.6.2 Perataan Laba
2.6.3 Manajemen Laba
2.6.4 Kreativitas dalam Akuntansi
2.6.5 Kecurangan dalam Akuntansi
2.7 Popularisasi Teknis dan Ideologi Para Akuntan
2.8 Kesadaran Para Pengguna yang Direkayasa
2.9 Perspektif Etika dalam Akuntansi
2.9.1 Etika Utilitarian
2.9.2 Etika Deontologi
2.9.3 Pemikiran dan Kelayakan
2.10 Kesimpulan
2.1 DEFINISI
DAN PERANAN AKUNTANSI
2.1.1 Definisi Akuntansi
Definisi akuntansi
seperti yang diberikan oleh Komite Terminologi dari American Institute of
Certified Public Accoutants adalah:
“Akuntansi adalah suatu
seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara yang
signifikan dan satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang
paling tidak sebagian di antaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya
menginterpretasikan hasilnya”.
Baru-baru ini,
akuntansi telah didefinisikan berkaitan dengan konsep dari informasi
kuantitatif:
“Akuntansi adalah suatu
aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif dari
entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan dimaksudkan untuk bermanfaat
dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan dalam menentukan pilihan di antara
serangkaian tindakan-tindakan alternatif yang ada.
Definisi-definisi di
atas menjelaskan akuntansi sebagai suatu “seni” atau suatu “aktivitas jasa” dan
mengartikan bahwa akuntansi meliputi beragam teknik yang dianggap berguna untuk
bidang-bidang tertentu. The Handbook of Accounting menegaskan bidang-bidang
dimana akuntansi dapat memberikan manfaatnya: pelaporan keuangan, penentuan dan
perecanaan pajak, audit-audit independen, pemrosesan data dan sintem informasi,
akuntansi manajemen dan biaya, akuntansi laba nasional, dan konsultasi
manajemen.
2.1.2 Akuntansi: Seni atau Ilmu?
Akuntansi
adalah seni atau keahlian menyarankan agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan
untuk menjadi seorang pedagang yang baik yang harus diajarkan dan memerlukan
adanya pendekatan “legalistik” terhadap akuntansi. Para pendukung akuntansi
adalah ilmu yang sebaliknya menyarankan agar mengajarkan model pengukuran
akuntansi untuk dapat memberikan pandangan yang lebih konseptual kepada
mahasiswa akuntansi mengenai apa yang hendak dilakukan oleh akuntansi akrual
konvensional dalam memenuhi sasaran umum guna melayani kebutuhan penggunanya,
dan untuk menumbuhkan pemikiran kritis dibidang akuntansi dan perubahan dinamis
yang terjadi didalamnya.
Pandangan
terhadap akuntansi sebagai suatu ilmu sosial telah meresap ke dalam atmosfer
lingkungan akademik dan riset mengenai akuntansi, menimbulkan terjadinya
perpecahan dalam bidang dan profesi ini. Terdapat cukup bukti yang
menunjukkan telah terjadi perpecahan di
antara komunitas praktisi dan akademik akuntansi, yang khususnya
dikarakteristikkan oleh kurangnya minat dan perhatian yang sama. Hal ini
dibuktikan oleh respons yang diberikan terhadap survei AICPA atas para anggota
institut di bidang pendidikan berikut ini:
·
Masalah terpenting yang
dihadapi oleh CPA dalam bidang pendidikan adalah adanya kenyataan bahwa bidang
akademik telah terpisah terlalu jauh dari profesi akuntansi,
·
Riset akuntansi yang
saat ini kebanyakan dijalanka tidak relevan sama sekali dengan akuntansi
didunia nyata,
·
Para pengajar sering
kali kurang berinteraksi dengan para praktisi.
2.1.3 Sifat dan Peranan Akuntansi
Sifat-sifat
baik (virtue) dari praktik akuntansi meliputi:
·
Kejujuran dari akuntan pada
umumnya dan auditor pada khususnya,
·
Memiliki kepedulian
terhadap status ekonomi pihak lain dalam bentuk penyelenggaraaan dan
akuntabilitas,
·
Sensitif terhadap nilai
kerja sama dan konflik dengan mengantisipasi terjadinya konflik dan menciptakan
adanya semacam penegakan kerja sama melalui penggunaan teknik-teknik akuntansi
manajemen,
·
Sifat akuntansi yang
komunikatif dengan menceritakan pengalaman-pengalaman ekonomi melalui
dialog-dialog akuntansi,
·
Penyebaran informasi
ekonomi dengan memberikan informasi mengenai ekonomi untuk pengambilan
keputusan.
Tetapi
kadang kala realisasi dari sifat-sifat di atas di halangi oleh kendala-kendala
seperti:
·
Dominasi dari imbalan
eksternal yang mengancam kebebasan auditor,
·
Kekuatan, institusi
yang merusak,
·
Kegagalan membedakan
antara sifat yang baik dan hukum.
Peranan
dari akuntansi adalah untuk memberikan
informasi mengenai perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas
perusahaan dalam lingkungannya.
2.2 PENGUKURAN DALAM AKUNTANSI
2.2.1 Hakikat
Pengukuran dalam Akuntansi
Secara umum akuntansi
di anggap sebagai salah satu alat pengukuran sekaligus suatu disiplin
komunikasi. Pengukuran memilik arti “pemberian angka-angka kepada objek atau
kejadian-kejadian menurut aturan-aturan tertentu”. Langkah pertama dalam
akuntansi adalah mengidentifikasi dan memilih objek-objek ini, aktivitas atau
kejadian dan atribut-atributnya yang di anggap relevan bagi para pengguna
sebelum pengukuran yang sebenarnya dilakukan. Tentu, keterbatasan data yang
tersedia sekaligus sifat-sifat khusus dari lingkungan, seperti ketidakpastian,
kurangnya objektivitas, dan kemampuan verifikasi, akan menciptakan batasan bagi
pelaksanaan pengukuran.
2.2.2 Jenis
Ukuran
Terdapat beberapa jenis ukuran yang
mungkin dalam akuntansi:
1.
Ukuran-ukuran akuntansi
dapat langsung maupun tidak langsung. Ukuran langsung atau utama adalah ukuran
nyata dari suatu objek atau atribut yang ia miliki. Ukuran tidak langsung atau
sekunder diambil secara tidak langsung melalui suatu transformasi aljabar dari
sejumlah angka yang mencerminkan ukuran langsung dari beberapa objek atau
atribut. Objek atau atribut ini adalah objek-objek intrinsik dari suatu ukuran
tidak langsung. Biaya unit produksi yang didapatkan melalui total biaya
produksi dibagi dengan volume produksi adalah ukuran tidak langsung atau
sekunder. Kebanyakan ukuran yang digunakan adalah ukuran tidak langsung
dihasilkan dari beberapa transformasi.
2.
Dilihat dari dimensi
waktu pengambilan keputusan, ukuran akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai ukuran
lampau, ukuran masa kini, atau ukuran masa depan yang masing-masing mengacu
pada kejadian di masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3.
Untuk menentukan apakan
objek akuntansi atau atribut
pengkurannya berada di kejadian masa lampau, masa kini, atau masa depan, jika
dilihat secara relatif terhadap waktu ketika ukuran itu dibuat, ukuran
akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai sebagai ukuran restrospektif, ukuran
kontemporer, atau ukuran prospektif. Hal ini memungkinkan untuk memiliki:
a.
Tiga jenis ukuran masa
lampau: ukuran masa lampau retrospektif, ukuran masa lampau kontemporer, dan
ukuran masa lampau prospektif,
b.
Dua jenis ukuran masa
kini: ukuran masa kini kontemporer dan ukuran masa kini prospektif,
c.
Seluruh ukuran masa
depan menjadi ukuran prospektif.
4.
Pengukuran dapat
berupa:
a.
Pengukuran fundamental
di mana suatu angka dapat diberikan kepada suatu sifat sesuai dengan
referensinya terhadap hukum alam, dan tidak bergantung kepada pengukuran dari
variabel-variabel yang lain,
b.
Pengukuran turunan yang
bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih kuantitas dan bergantung
kepada adanya suatu teori empiris yang telah diverifikasi yang menghubungkan
suatu sifat terntentu dengan sifat yang lain.
5.
Pengukuran dapat (a)
dilakukan ketika teori-teori empiris yang telah dikonfirmasikan mungkin dapat
digunakan untuk mendukung keberadaan mereka, atau (b) dibuat melalui suatu
keputusan resmi, yang didasarkan pada definisi arbitrer. Kebanyakan pengukuran
dalam akuntansi adalah pengukuran melalui keputusan resmi, meskipun suatu
pendekatan ilmiah terhadap penyusunan teori akuntansi dan verifikasinya mencoba
untuk memberikan pengujian, empiris yang dibutuhkan, dan karena mengurangi dan
bahkan menghilangkan sebagian kearbitreran (arbitrariness) dalam definisi dan
pengukuran konsep-konsep akuntansi.
2.2.3 Jenis
Skala
Setiap pengukuran dapat
dibuat dalam suatu skala. Skala dapat diuaraikan dalam istilah umum sebagai
skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.
a.
Skala nominal (nominal
scale) akan membanntu dalam penentuan keseimbangan, seperti penomoran pamain
sepak bola. Skala ini merupakan sistem pengklasifikasian atau pelabelan yang
sederhana seperti dalam kasus kode akun. Angka-angka yang diberikan
mencerminkan objek-objek itu sendiri, dan bukannya sifat mereka miliki.
b.
Skala ordinal(ordinal
scale) membantu dalam penentuan lebih besar atau lebih kecil suatu hal. Satu
masalah yang terdapat dalam skala ordinal adalah perbedaan atau interval di
antara angka-angka tidaklah harus selalu sama.
c.
Skala innterval
(interval scale) membantu dalam penentuan keseimbangan dari interval atau
perbedaan seperti suhu dan waktu. Skala ini memberikan nilai yang seimbang
kepada interval-interval di antara angka-angka yang telah diberikan.
d.
Skala rasio (ratio
scale) membantu dalam penentuan keseimbangan dari rasio, dengan tambahan fitur dari adanya
suatu awal yang unik, titik nol yang alamiah, dimaa diketahui jarak dari titik
tersebut ke paling sedikit satu objek.
2.3 PEMIKIRAN
DI BALIK AKUNTANSI PENCATATAN BERPASANGAN
Akuntansi pencatatan berpasangan terdiri
atas dua jenis: akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional dan akuntansi
pencatatan berpasangan kausal. Kedua jenis pencatatan tersebut bergantung pada
keseimbangan dari debit dan kredit.
Akuntansi pencatatan berpasangan
klasifikasional (classifational double-entry accounting) ditunjukkan untuk
tetap menjaga persamaan akuntansi fundamental yang merangkum posisi
klasifikasional tersebut:
Aktiva=Kewajiban
+ Ekuitas Pemilik
Dalam akuntansi
pencatatan berpasangan klasifikasional ini, sisi debit menggambarkan suatu
klasifikasi, sementara sisi kredit
menggambarkan klasifikasi yang lain. Misalnya, suatu pembelian
persediaan secara kredit sebesar $20.000 akan dicatat menjadi:
Dr Cr
Persediaan $20.000
Utang
Usaha $20.000
Pembukuan pencatatan
berpasangan kausal menggambarkan hubungan sebab akibat antara suatu kenaikan
dengan penurunan. Nilai dari kenalkan (debit) di-offset oleh nilai yang sama
(kredit). Sebagai contoh, pembelian persediaan yang sama secara tunai dicatat
dengan:
Dr Cr
Persediaan $20.000
Kas $20.000
2.4 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU
UMUM
2.4.1 Arti
GAAP
Akuntansi dipraktikkan
dalam suatu kerangka yang implisit. Kerangka ini dikenal sebagai
prinsip-prinsip yang berlaku umum. Pernyataan No. 4 dari Accounting Principles
Boar (APB) of the American Institu of Certified Public Accountants (AICPA)
menyatakan bahwa GAAP mencatat “pengalaman, alasan, kebiasaan, penggunaan, dan
.... kebutuhan praktis dan mereka”....mencakup ketentuan, aturan, dan prosedur
yang diperlukan untuk mendefinisikan praktik akuntansi yang berlaku umum pada
satu waktu tertentu. Ini adalah pedoman bagi profesi akuntansi dalam pemilihan
teknik-teknik akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap
sebagai praktik akuntansi yang baik.
Satu cara untuk
memberikan arti yang mudah dipahami bagi
istilah “berlaku umum” adalah dengan menguraikan kondisi-kondisi di mana suatu
metode akuntansi akan dapat dinyatakan sebagai berlaku umum. Kondisi-kondisi berikut
ini untuk dikualifikasikan sebagai suatu metode yang berlaku umum:
·
Metode tersebut akan
benar-benar digunakan dalam kasus-kasus yang jumlahnya cukup signifikan, di
mana terdapat kondisi yang memungkinkan untuk menggunakan metode tersebut.
·
Metode tersebut
mendapat dukungan yang diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan dari lingkungan
akuntansi profesional, atau badan-badan yang berwenang lainnya seperti
Securities and Exchange Commision di Amerika Serikat.
·
Metode tersebut
mendapat dukungan secara tertulis dari sejumlah pengajar dan pemikir akuntansi
terkemuka.
Literatur
yang menyinggung GAAP telah mengalami perluasan seiring dengan waktu dengan
dimuatnya sejumlah laporan, opini, dan penyertaan lainnya dari berbagai sumber
yang berwenang. Sumber-sumber umum yang lain dari GAAP adalah:
1. pedoman audit dan akuntansi industri
dan pernyataan posisi AICPA serta interpretasi akuntansi AICPA,
2. publikasi-publikasi lain dari FASB,
seperti buletin teknis, dan publikasi yang lain yang diterbitkan oleh pendahulunya,
seperti APB Statement,
3. publikasi dari Sucirities and Exchange
Commision (SEC), seperti rilis-rilis seri akuntansi,
4. praktik-praktik yang lazim dan diakui
seperti yang tercermin dalam publikasi tahunan AICPA, Accounting Trends and
Technique,
5. makalah isu-isu AICPA, pernyataan
konsep FASB, buku-buku teks, dan artikel-artikel.
2.4.2 Mana yang harus digunakan? GAAP, GAAP
Khusus, atau OCBOA?
Terjadi suatu
perubahan persepsi terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang brlaku umum
(generally accepted accounting principles-GAAP). GAAP kini tidak lagi dilihat
sebagai satu set aturan penguukuran yang kaku. Banyaknya perbedaan dalam
penerapannya, pada kenyataannya, akan berbeda tergantung pada kondisi yang
terjadi. Di satu pihak kita memiliki bermacam-macam GAAP dan GAAP Khusus
(special GAAP) yang berbeda, seperti GAAP untuk organisasi pemerintahan, GAAP
untuk perusahaan bisnis yang dibawah regulasi, GAAP untuk organisasi nirlaba,
GAAP untuk perusahaan investasi, GAAP untuk perbankan. Bahkan terdapat
perdebatan serius yang mendukung satu set GAAP Khusus untuk
perusahaan-perusahaan kecil.
Terdapat lebih
banyak perhatian pula yang diberikan pada alternatif-alternatif dari GAAP, yang
pada dasarnya mengenai laporan keuangan yang dibuat menurut basis akuntansi
yang komprehensif lainnya (ather comprehensive buses of accounting-ACBOA).
Dorongan untuk berpindah ke ACBOA timbul akibat adanya perubahan yang terjadi pada
undang-undang perpajakan yang dibuat oleh Undang-undang Economy Recovery Art
(Pemulihan Ekonomi) pada tahun 1981 dan meningkatnya pemisahan akuntansi
perpajakan dari akuntansi GAAP, meningkatnya jumlah persekutuan, perusahaan
subbab S dan entitas lainnya yang lebih memilih untuk menyajikan laporan
keuangan yang berdasarkan atas perpajakan dan berbasis kas, serta kesimpulan
sementara dari komite khusus AICPA untuk studi kelebihan beban standar
akuntansi yang mendukung peningkatan akuntansi dengan basis pajak. Untuk dapat
diklasifikasikan sebagai ACBOA satu dari empat kriteria berikut ini harus
dipenuhi:
1. Basis akuntansi diperlukan untuk
memenuhi persyaratan regulasi. Pada dasarnya ini adalah GAAP untuk perusahaan
yang mendapat regulasi,
2. Basis akuntansi yang dapat digunakan
untuk pelaporan pajak penghasilan. Pada dasarnya ini adalah akuntansi berbasis
pajak,
3. Basis akuntansi yang didasarkan pada
penerimaan dan pengeluaran kas dengan atau tanpa beberapa dukungan akrual. Pada
dasarnya ini adalah akuntansi berbasis kas atau berbasis kas yang telah
dimodifikasi.
4. Basis akuntansi yang dihasilkan oleh
penetapan dati satu sel kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Laporan
keuangan nilai kini atau laporan keuangan dengan tingkat harga yang telah disesuaikan
adalah contoh yang baik untuk basis akuntansi ini.
Penggunaan laporan keuangan
berdasarkan OCBOA menimbulkan lebih banyak masalah baik kepada pengguna maupun
para CPA:
1. Bagi para pengguna, mereka mungkin
tidak terlihat sebagai alternatif yang dapat diterima atau dikenal dari GAAP.
Hal ini diperburuk lagi dengan adanya keharusan agar laporan auditor memuat
paragraf di tengah yang:
a. menyatakan, atau lebih disukai jika
mengacu kepada catatan atas laporan keuangan yang menyatakan basis penyajian dari
laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor,
b. mengacu kepada catatan atas laporan
keuangan yang menjelaskan sejauh mana basis penyajian yang digunakan berbeda
dari GAAP dan mungkin mencantumkan dampak moneter dari perbedaan tersebut,
c. menyatakan bahwa laporan keuangan
tersebut tidak bermaksud untuk disajikan sesuai dengan GAAP.
2. Bagi para praktisi, laporan berdasarkan
ACBOA dapat menimbulkan masalah akibat kurangnya pedoman yang komprehensif
seperti yang tersedia bagi laporan GAAP. Untuk mengatasi situasi ini. Techical
Information Service (TIS) dari AICPA, suatu departemen jasa konsultasi,
dapat digunakan oleh para anggota AICPA untuk mendapatkan bantuan jika
menghadapi permasalahan akuntnais atau audit dengan melalui surat atau
panggilan telepon bebas biaya.
2.4.3 GAAP
Kecil Vs GAAP Besar
Akuntansi sedang
menghadapi masalah-masalah usaha-usaha kecil yang dibebani secara berlebihan
oleh biaya administrasi dan akuntansi yang dibutuhkan untuk memenuhi
aturan-aturan yang tidak relevan, adanya kebutuhan akan keringanan yang
diberikan dalam bentuk pengecualian.
Perbedaan
antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil
Secara
tentatif FASB mendefinisikan sebuah perusahaan kecil sebagai berikut:
Suatu
perusahaan yang operasinya relatif kecil, biasanya dengan total pendapatan
kurang dari $5 juta. Biasanya perusahaan ini (a) dikelola oleh pemilik, (b) dan
jika ada, memiliki hanya sedikit pemilik yang lain, (c) seluruh pemiliknya ikut
terlibat secara aktif dalam pelaksanaan urusan-urusan perusahaan, kecuali
mungkin bagi beberapa anggota keluarga tertentu, (d) jarang terjadi perpindahan
kepemilikan, dan (c) memiliki struktur modal yang sederhana.
FASB juga mendefinisikan perusahaan
publik sebagai berikut:
Suatu
perusahaan yang (a) sahamnya diperdagangkan di pasar publik atau bursa saham
atau pasar over-the counter atau (b) diwajibkan untuk memberikan laporan
keuangannyaa kepada Securities and Exchange Commision. Suatu perusahaan juga
dapat dianggap perusahaan publik jika laporan keuangannya diterbitkan sebagai
persiapan dilakukannya penjualan sekuritas (surat berharga) jenis apa pun di
sebuah bursa umum.
Perbedaan
di antara pengguna laporan keuangan
Terkait
dengan perbedaan di antara pengguna, isu-isunya adalah untuk mengidentifikasi
(a) apakah terdapat perbedaan yang nyata antara kebutuhan pengguna laporan
keuangan perusahaan publik dengan pengguna laporan keuangan perusahaan pribadi,
dan (b) apakah terdapat perbedaan yang nyata di antara para pengguna sehubungan
dengan tingkat kepercayaan mereka terhadap laporan keuangan perusahaan pribadi
sebagai sumber informasi. Riset empiris atas kedua pernyataan di atas
menyajikan bukti yang saling bertentangan. Bukti yang ada menegaskan bahwa
analisis keuangan dan pemegang saham publik adalah pengguna utama dari laporan
keuangan dari perusahaan publik, di mana pemilik manajer dan kreditor adalah
pengguna utama dari laporan keuangan perusahaan pribadi, sehingga selanjutnya
dinayatakan bahwa kelompok yang berbeda dapat di anggap memiliki kebutuhan
informasi yang berbeda pula. Bukti yang lain menegaskann bahwa para petugas
pinjaman bank dan analisis sekuritas memiliki tingkat preferensi yang sama
tingginya untuk berbagai jenis informasi yang umumnya dicantumkan dalam laporan
keuangan.
Posisi
resmi mengenai “GAAP Kecil”
Komite
“GAAP Kecil” mempelajari respons yang diterima, kemudian menyimpulkan secara
umum dalam laporannya yang diterbitkan pada tahun 1976 bahwa terdapat dukungan yang kuat dalam profesi secara
keseluruhan untuk mempertimbangkan kembali praktik-praktik yang berlaku
sehubungan dengan penerapan dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
pada laporan keuangan dari perusahaan kecil dan/atau dikelola langsung, dengan
memenuhi standar-standar dari laporan CPA atas laporan-laporan tersebut.
Reaksi-reaksi
resmi untuk rekomendasi di atas adalah positif. AICPA kemudian membentuk
Accounting and Review Service Commitee (ARSC) dan memberikannya status sebagai
komite senior. Tujuan ARSC adalah untuk menilai kembali seluruh aspek dari
pernyataan AICPA yang dapat diterapkan pada asosiasi dari CPA dengan laporan
keuangan yang tidak diaudit, sebuah proyek yang pada dasarnya berorientasi pada
usaha kecil.
Pada
tahun 1982 komite menerbitkan laporan Sunset Review of Accounting Principles.
Laporan tersebut merekomendasikan perubahan atau penghapusan sebelas
persyaratan akuntansi dan pengungkapan yang diyakini oleh komite sebaiknya
tidak diterapkan pada perusahaan-perusahaan pribadi, atau manfaatnya kepada
pengguna laporan keuangan perusahaan pribadi tidak memadai untuk memberikan
biaya yang dikeluarkan. Sebelas isu yang diperiksa adalah:
1. pajak
penghasilan tangguhan,
2. sewa
guna usaha,
3. kapitalisasi
biaya bunga,
4. bunga
terkait,
5. saldo
kas minimal di rekening (compensated balance),
6. penggabungan
usaha,
7. restrukturisasi
ulang bermasalah,
8. biaya
riset dan pengembangan,
9. operasi
diskonto,
10. manfaat
pajak dari operasi,
11. kredit
pajak investasi.
Membuat suatu “GAAP Kecil” secara
praktik dan logis adalah kurang tepat. Banyaknya keberatan yang muncul
sehubungan dengan adanya dua set GAAP sudah cukup memberikan alasan.
Contoh-contoh keberatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan dalam pelaporan dari satu
kelompok pengguna hendaknya juga mendorong perbaikan pelaporan dari kelompok
lain.
2. Semua perusahaan yang beroperasi dalam
lingkungan yang sama, menghadapi kondisi ekonomi yang serupa, dan dapat
memiliki jenis-jenis transaksi yang sama.
3. Kebanyakan perusahaan menjadi anggota
dari suatu asosiasi perdagangan atau kelompok industri yang biasanya merangkum
laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan dalam asosiasi atau kelompok
tersebut. Perbedaan persyaratan akuntansi untuk perusahaan-perusahaan yang
berbeda dalam satu kelompok yang sama akan menghasilkan perbandingan akuntasni
yang terdistorsi.
4. Kebanyakan perusahaan pribadi pada
akhirnya nanti akan menjadi perusahaan publik.
2.5 K EBIJAKAN AKUNTANSI DAN PERUBAHANNYA
Literatur akuntansi
menjelaskan perubahan dalam prinsip-prinsip dan estimasi akuntansi dilihat dari
segi keinginan manajemen untuk meraih tujuan-tujuan tertentu seperti perataan
laba (income smooting), atau penurunan biaya agen yang berhubungan dengan
pelanggarann perjanjian utang.
Para regulator akuntansi telah mencoba
untuk membatasi kemampuan manajemen untuk menggunakan perubahan akuntansi dalam
meningkatkan ataupun menurunkan laba bersih. Sejak tahun 1970, APB No. 20 telah
menetapkan bahwa perubahan akuntansi hendaknya diperhitungkan sebagai dampak
perubahan secara komulatif, yang mewajibkan pelaporan dampak perubahan secara
komulatifdi laporan laba rugi komparatif pada laba bersih saat periode
perubahan, sekaligus juga pengungkapan dalam catatan mengenai dampak dari
penerapan prinsip akuntansi yang baru atas laba sebelum laba luar biasa dan
laba bersih (dan pada jumlah per lembar saham yang dirotasi) dari periode
perubahan terjadi. Arthur Levitt, berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan
publik telah menggunakan enam praktik akuntansi untuk mengelola keuntungan
perusahaan:
1. melebihsajikan perubahan
restrukturisasi untuk membersihkan neraca,
2. mengklasifikasikan jumlah yang signifikan
dari nilai harga suatu entitas yang dibeli menjadi biaya penelitian dan
pengembangan sehingga dapat dihapuskan melalui satu kali pembebanan saja (pembebanan
sekaligus),
3. menciptakan kewajiban yang besar untuk
menampung pengeluaran-pengeluaran di masa depan (dicatat sebagai bagian dari
akuntansi untuk akuisis) guna melindungi laba di masa depan,
4. menggunakan asumsi yang tidak realistis
dalam mengestimasi nilai kewajiban untuk hal-hal seperti retur penjualan,
kerugian pinjaman, dan biaya pinjaman sehingga kelebihan akrual dapat dibalik
untuk meningkatkan laba dari periode berikutnya,
5.
membuat kesalahan secara disengaja
dalam buku perusahaan dan menjustifikasi kegagalan untuk memperbaiki kesalahan
tersebut dengan alasan materialitas,
6. mengakui pendapat sebelum proses untuk
menghasilkannya selesai.
2.6 AKUNTANSI YANG DIRANCANG
Aspek-aspek dari akuntansi yang
dirancang termasuk konsep-konsep yang berbeda seperti: hipotesis salah saji
keuangan secara selektif, perataan laba, manajemen laba, akuntansi kreatif, dan
kecurangan akuntansi.
2.6.1 Hipotesis
salah saji keuangan secara selektif
Informasi akuntansi
pada dasarnya adalah wakil akuntansi yang dipergunakan oleh para pengambil
keputusan yang tidak mengandalkan observasi kejadian-kejadian secara langsung.
Suatu manipulasi dari perwakilan ini memberikan kesempatan kepada para
pengambil keputusan untuk mengirimkan sinyal-sinyal yang membentuk persepsi
orang-orang terhadap kinerja manajerial, yang dimungkinkan oleh adanya
aturan-aturan yang arbitrer, rumit, dan menyesatkan. Hipotesis salah saji
keuangan secara selektif diasumsikan melintasi kedua sektor publik dan pribadi
“karena pada partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk mendukung
standar-standar yang secara selektif membuat salah saji dari realitas ekonomi
ketika hal tersebut sesuai dengan tujuan mereka. Ini berlaku untuk para
manajer, pemegang saham, auditor,d an penyusun standar.
1. Para manajer lebih menyukai standar
pelaporan yang “longgar” dibandingkan dengan standar yang berlaku ketat, karena
hal ini memungkinkan (a) pergesera laba
di antara tahun yang lebih menguntungkan bagi pencapaian bonus, (b) memberikan
kesan kepada pemegang saham, dan (c) melindungi posisi mereka dengan mencegah
terjadinya pengambilalihan.
2. Para pemegang saham juga mendapatkan
keuntungan dari longgarnya standar jika dilihat dari perataan laba yang
dilaporkan oleh manajer akan menurunkan volatilitas dari laba yang dilaporkan,
menurunkan persepsi pasar atas risiko kegagalan dan meningkatkan nilai
perusahaan.
3. Auditor mungkin memilih aturan pelaporan
yang sama yang didistorsikan realitas ekonomi untuk harmonisasi dengan klien,
atau aturan yang kaku ketika mereka menginginkan tumbal yang kuat
sebagai pelindung.
4. penyusun standar mungkin memilih hipotesis
salah saji yang dilakukan sendiri untuk proteksi pribadi dan altruisme.
5. Para akademisi mungkin memilih hipotesis
salah saji secara selektif karena memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengemukakan teori dan proposal sebagai imbalan atas kenaikan remunerasi dan
gensi.
Situasi
ini menuntut adanya suatu perubahan dengan mengisolasi proses penentuan standar
dari jangkauan regulator. Revsine mengusulkan proses empat langkah berikut ini:
1. mendidik
publik,
2. memperbaiki
proses pemeliharaan dan pengawasan para penyusun standar,
3. menetapkan
pengaturan pendanaan baru,
4. menciptakan
independensi bagi para pengusul standar.
2.6.2 Perataan Laba
Definisi awal mengatakan bahwa perataan
laba (income smootine) adalah “pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun
dengan memindahkan pendapatan dari
tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang
menguntungkan.
Definisi yang lebih akhir mengenai perataan
laba melihatnya sebagai fenomena “proses manipulasi profil waktu dari
pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang
bervariasi, sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama
periode tersebut.
Perataan yang dirancang atau senagaja
mengacu kepada keputusan atau pilihan yang disengaja untuk meredam fluktuasi
pendapatan ke suatu tingkat tertentu. Oleh sebab itu, perataan yang dibuat atau
disengaja ini pada dasarnya adalah suatu perataan akuntansi yang menggunakan
fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
pilihan-pilihan serta kombinasi-kombinasi yang tersedia untuk meratakan laba.
Terakhir, perataan yang sesungguhnya
melibatkan pilihan yang disengaja dan perubahan dari waktu transaksi yang dapat
mempengaruhi arus kas dan mengendalikan peristiwa ekonomi yang mendasarinya.
Hal ini dapat dilakukan dengan memilih dan mengubah waktu pembelian, menyewa
produksi, investasi, penjualan, penganggaran modal, penelitian dan
pengembangan, periklanan dan keputusan-keputusan lainnya.
2.6.3 Manajemen
Laba
Para manajer memiliki fleksibilitas
untuk memilih di antara beberapa car alternatif dalam mencatat transaksi
sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam
perlakuan akuntansi yang sama. Fleksibilitas ini, yang dimaksud untuk
memungkinkan para manajer mampu terhadap
situasi ekonomi dan menggambarkan konsekuensi ekonomi yang sebenarnya dari
transaksi tersebut, dapat juga digunakan untuk mempengaruhi tingkat pendapatan
pada suatu waktu tertentu dengan tujuan untuk memberikan keuntungan bagi
manajemen dan para pemangku kepentingan (stakeholder). Ini adalah esensi dari
manajemen laba (carnings management), yaitu suatu kemampuan untuk
“memanipulasi” pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat
untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.
2.6.4 Kreativitas
dalam Akuntansi
Bentuk-bentuk kreativitas dalam
akuntansi ini biasanya dikenal dalam praktik dan literatur-literatur sebagai
(a) akuntansi “mandi besar” (big bath) dan (b) akuntansi kreatif.
1. Akuntansi “mandi besar”
Akuntansi “mandi besar” (big bath
accounting) pada umumnya mengacu pada langkah-langkah yang diambil oleh
manajemen untuk secara drastis mengurangi laba per saham saat ini untuk
mendapatkan peningkatan laba per saham di masa depan. Situasi ini serupa dengan
pilihan untuk melakukan prosedur-prosedur penurunan laba yang akan
mengakibatkan kemungkinan untuk memenuhi sasaran-sasaran di masa depan.
Prosedur “mandi besar” secara umum
dapat mengikuti perubahan yang terjadi dalam manajemen, memberikan peluang bagi
para manajer baru untuk membuat suatu standar laba yang lebih rendah di mana
mereka kelak akan dievaluasi terhadapnya, menjamin suatu hasil kinerja yang
lebih baik bag mereka.
Definisi mengenai “mandi besar” adalah:
“Mandi “ diganbarkan sebagai suatu “pembersihan”
akun-akun neraca. Aktiva diturunkan nilainya aytau dihapuskan, dan privasi
dibuat untuk estimasi kerugian dan pengeluaran-pengeluaran yang mungkin terjadi
di masa depan. Tindakan ini akan menurunkan laba atau meningkatkan kerugian
untuk periode berjalan dan sekaligus membebaskan laba di masa depan yang
seharusnya diserap. Dalam istilah yang sederhana “mandi” cenderung akan
meningkatkan laba di masa depan dengan laba saat ini.
2. Akuntansi Kreatif
Akuntansi kreatif (creative
accounting) adalah istilah yang biasanya
digunakan oleh pers populer untuk mengacu kepada apa yang dianggap oelh
jurnalis oleh akuntan untuk menjadikan laporan keuangan tampak lebih bagus dari
yang seharusnya. Kecurigaan ini berlaku hampir di semua negara. Beberapa penjelasan
mengenai akuntansi kreatif disajikan berikut ini:
1. Akuntansi kreatif mewakili cara-cara yang
digunakan untuk mencapai suatu penyimpangan di antara akun-akun yang bukan
berasal dari suatu perkiraan yang memiliki basis atas transaksi-transaksi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun yang sedang ditinjau dan titik mula
awalnya.
2. Akuntansi kreatif melibatkan adanya
manipulasi, penipuan, dan penyajian yang tidak benar.
3. Akuntansi kreatif melibatkan penyulapan
akuntansi.
4. Akuntansi kreatif melibatkan
aktivitas-aktivitas seperti “memainkan pembukuan”, pelaporan kosmetik”, dan
“window dressing”.
5. Akuntansi kreatif adalah “transformasi
angka-angka akuntansi keuangan dari arti yang sebenarnya manjadi apa yang
diinginkan oleh pembuatnya dengan mengambil keuntungan dari aturan-aturan
dan/atau mengabaikan beberapa atau seluruh aturan sisanya. Hal ini melibatkan
baik “window dressing” dan pendanaan di luar neraca. “Window dressing diartikan
sebagai penyusunan berbagai urusan sehingga laporan keuangan yang djhasilkan
akan memberikan kesan yang menyesatkan atau tidak menyajikan dengan benar
posisi keuangan perusahaan. Pendanaan di luar neraca (off-balance sheet
financing) diartikan sebagai “pendanaan atau pendanaan kembali operasi
perusahaan sedemikian rupa sehingga menurut persyaratan hukum dan konvensi
akuntansi yang ada, sebagian ataupun seluruh pendanaan munfkin tidak di sajikan
di neraca.”
6. Akuntansi kreatif juga direferensikan
sebagai penggunaan tipu muslihat akuntansi untuk medorong pendapatan yang
mengalami kelesuan atau meratakan pendapatan yang tidak beraturan. Hal ini
dapat diraih dengan pelaksanaan tujuh penggelapan utama yang diuraikan berikut
ini:
a. mencatat
pendapatan sebelum dihasilkan,
b. menciptkan
pendapatan fiktif,
c. mendorong
laba melalui transaksi-transaksi yang tidak rutin,
d. menggeser
pengeluaran saat ini ke periode berikutnya,
e. tidak
mencatat atau mengungkapkan kewajiban
f. menggeser
laba berjalan ke periode masa depan,
g. menggeser
pengeluaran di masa depan ke periode yang lebih awal.
2.6.5 Kecurangan
dalam Akuntansi
Kecurangan (fraud) memiliki banyak
definisi. Ini merupakan suatu tindakan kriminal. Undang-undang kriminal
Michingan menyetakan bahwa:
Kecurangan
adalah istilah generik, dan merangkum seluruh ragam cara yang dapat diciptakan
oleh kecerdasan manusia, yang dilakukan oleh seseorang untuk meraih keuntungan
dari orang lain melalui penyajian yang salah. Tidak ada aturan yang pasti dan tidak ada variabel yang dapat menyatakan
umum dalam mendefinisikan kecurangan, karena hal ini mencakup kejutan, tipuan,
kelicikan, dan cara-cara yang tidak jujur yang digunakan untuk menipu orang
lain. Satu-satunya batasan yang mendefinisikannya adalah hal-hal yang membatasi
ketidakjujuran manusia.
Kecurangan
merupakan pengelabuan yang disengaja yang dilakukan oleh orang lain melalui
kebohongan dan penipuan untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi, pribadi,
sosial, atau politik yang tidak adil atas orang tersebut.
Dalam
organisasi bisnis, kecurangan dapat dilakukan untuk atau terhadap perusahaan
tersebut. Maka kecurangan ini disebut sebagai kecurangan korporat (corporate
fraud). Manajemen atau orang yang berada pada posisi yang bisa dipercaya
dapat pula melakukan kecurangan. Maka hal ini disebut kecurangan manajemen
atau kejahatan kerah putih (white-collar crime). Kecurangan dapat
melibatkan penngunaan sistem akuntansi untuk menggambarkan citra yang salah
mengenai perusahaan. Maka ini merupakan bentuk dari kecurangan pelaoporan
keuangan (fraudulent financial reporting). Kecurangan juga dapat melibatkan
kegagalan auditor untuk mendeteksi kesalahan ataupun penyajian yang keliru.
Inilah yang disebut kegagalan audit (audit failure). Dalam sebuah kasus
tersebut- kecurangan korporat, kecurangan manajemen, kejahatan kerah putih,
kecurangan pelaporan keuangan, kegagalan audit-akuntan yang bertindak selaku
pembuat, auditor, atau pengguna akan
sangat dirugikan.
a. Kecurangan Korporat
Kecurangan korporat atau kejahatan
ekonomi pada umumnya dilakukan oleh pejabat, eksekutif, dan/atau manajer pusat
laba dari perusahaan publik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi jangka pendek
mereka. Pada kenyataan, mungkin gaya manajemen yang berorientasi pada jangka
pendek yang memnciptakan adanya kebutuhan untuk melakukan kecurangan korporat,
mengingat tekanan untuk meningkatkan profitabilitas yang ada dalam mengahadapi
kecilnya peluang, dan kebutuhan untuk mengambil risiko-risiko yang tidak
bijaksana atas sumber daya perusahaan. Nyatanya, lebih dari sekedar tekanan
untuk profitabilitas jangka pendek belaka, keserakahan ekonomi dan ketamakan
juga menodai nilai-nilai sosial dan mengarah kepada kecurangan korporat.
b. Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan
Jenis-jenis yang umum dari
kecurangan dalam pelaporan keuangan meliputi:
a. manipulasi,
pemalsuan, atau pengubahan catatan-catatan atau dokumen-dokumen,
b.
penekanan atau penghilangan dampak dari
transaksi-transaksi yang sudah selesai dari catatan-catatan dokumen,
c. pencatatan transaksi tanpa ada
substansinya,
d. kesalahan penerapan dalam kebijakan-kebijakan
akuntansi,
e. kegagalan dalam mengungkapkan informasi
yang signifikan.
Salah satu jenis kecurangan adalah
kecurangan dari dalam sistem akuntansi. Contoh-contohnya adalah sebagai
berikut:
1. Skema kesalahan input (membuat
debit-debit palsu)
a. Klaim
palsu atau dibesar-besarkan dari vendor, pemasok, pengklaim tunjangan dan
karyawan, atau pemalsuan pembayaran kembali atau klaim oleh pelanggan,
b. melakukan
lapping pada pembayaran piutang atau setoran bank dari nasabah,
c. Kiting
cek,
d. Manipulasi
dan klasifikasi ulang persediaan,
I. Penambahan dan penghapusan persediaan secara
arbitrer
II. Reklasifikasi ke
status nilai persediaan yang lebih rendah, tidak terpakai, rusak, atau “sampel”
e. Kesalahan klasifikasi pengeluaran yanng disenagaja,
I. Beban operasional Vs beban modal
II. Beban pribadi Vs
harga pokok
f. Pemalsuan data penjualan dan harga pokok,
g. Penyalahgunaan
dan penyelewengan dana serta aktiva-aktiva perusahaan lainnya (pencurian dan
penggelapan),
h. Tipuan
input komputerisasi dan kecurangan dalam akses:
I. Memainkan
dan memanipulasi data
II. Terminal
tiruan dan tipuan
III. Pemulungan
data (scavening)
IV. Piggybacking
V. Penyadapan
VI. Penahanan
dan perusakan dokumen-dokumen input dan
sumber
VII. Pemalsuan
total batch
VIII. Kecurangan dalam simulasi dan pemodelan (kecurangan dalam sistem
paralel)
i. Pemalsuan
atau pengubahan dokumen-dokumen sumber, otorisasi, dokumentasi program
komputer, atau jaminan pinjaman,
j. Lebih
catat pendapatan dan aktiva,
k. Kurang
catat pengeluaran dan kewajiban,
l. Membentuk
cadangan off-line,
m. Transaksi
dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa,
n. Aktiva-aktiva
palsu dan kewajiban-kewajiban yang tersembunyi,
o. “Perataan”
laba,
p. Perusakan,
penghancuran, pengubahan dokumen-dokumen pendukung,
q. Melebihi
batasan keuangan.
2. Tipuan melalui pemalsuan,
a. Pemotongan,
pintu jebakan, kuda troja logika
b. Kesalahan acak yang dirancang
selama siklus pemrosesan
3. Tipuan Output,
a. pemulungan
dana melalui output
b. Perusakan,
penghancuran output
c. Pencurian
laporan dan log output
d. Pencurian
program, file data, serta pemrograman sistem dan dokumentasi operasi.
Salah
satu pengungkapan keuangan yang disyaratkan oleh program penegakan kecurangan adalah
terdapat empat area:
1. Masalah
likuidasi, seperti (a) penurunan kas masuk dari penagihan penjualan kepada
pelanggan, (b) kurangnya kredit yang tersedia dari para pemasok, bangkir, dan
lainnya, (c) ketidaksanggupan untuk memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo.
2. Tren
dan faktor operasional yang mempengaruhi laba dan rugi, seperti: (a)
penutup-nutupan operasi, (b) penurunan pesanan, (c) meningkatnya persaingan, (d) biaya yang
berlebihan pada kontrak-kontrak besar.
3. Peningkatan
yang material dalam pinjaman-pinjaman bermasalah harus dilaporkan oleh
institusi-institusi keuangan.
4. Perusahaan
tidak dapat menghindari kewajiban
pengungkapannya ketika menghadapi penurunan atau kegagalan bisnis.
Perusahaan perlu menerapkan
langkah-langkah untuk memperkecil eksposur yang disebabkan oleh kecurangan atau
pelaporan keuangan yang dipertanyakan. Contoh-contoh saran untuk memperkecil
eksposur meliputi:
1. formulasi
sikap perilaku yang diinginkan,
2. pemeliharaan
sistem pengendalian internal yang efektif,
3. pemeliharaan
organisasi keuangan yang efektif dengan tanggung jawab yang diakui dalam
memelihara praktik-praktik pelaporan keuangan yang baik,
4. pemeliharaan
fungsi audit internal yang efektif,
5. dewan
direksi memainkan peranan yang aktif dalam peninjauan kebijakan dan praktik
pelaporan keuangan,
6. pengawasan
kemampuan dan kondisi dari
individu-individu yang berada di posisi yang mempengaruhi pelaporan keuangan,
7. janji
akan adanya dan penggunaan hukuman yang keras untuk setiap pelanggaran yang
dilakukan terhdap pedoman,
8. memastikan
bahwa sasaran kinerja adalah sesuatu yang realistis,
9. mewaspadai
adanya penekanan yang kuat pada kinerja keuangan jangka pendek.
Kualitas audit (audit quality)
didefinisikan sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat
penghilangan ataupun kesalahan penyajian yang material. Kualitas audit juga
didefinisikan dari segi risiko audit, dengan jasa bermutu tinggi, akan
mencerminkan risiko audit yang kecil. Risiko audit (audit risk) didefinisikan
sebagai risiko bahwa “auditor kemungkinan dengan tanpa sepengetahuannya gagal
untuk dengan tepat memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang memuat
kesalahan penyajian yang material.
Namun kegagalan audit memang
terjadi, dan sebagai konsekuensinya, akan membuat kantor akuntan publik
berhadapan dengan litigasi yang merugikan dan hilangnya reputasi, belum
termasuk keputusan yang diberikan oleh pengauditan dan penyelesaian di luar
persidangan. Kerugian yang dialami klien atau penggunalah yang mengarah
terjadinya situasi litigasi dan potensi pembayaran kepada penggugat. Litigasi
dapat digunakan sebagai suatu ukuran tidak langsung dari kualitas audit dengan
menggunakan suatu hubungan terbalik. Auditor dengan tingkat litigasi yang
relatif rendah (tinggi) berarti menawarkan kualitas audit yang lebih tinggi (lebih rendah). Hubungan
ini diverifikasikan oleh suatu studi yang mengindikasikan, bahwa kantor akuntan
publik di luar kelompok Delapan Besar sebagai satu kelompok memiliki tingakt
kejadian litigasi yang lebih tinggi daripada Delapan Besar, dan sekaligus
mendukung kelompok Delapan Besar sebagai
auditor dengan kualitas yang berbeda.
2.7 PROLETARISASI TEKNIS DAN IDEOLOGIS PARA
AKUNTAN
Terjadinya persaingan dalam
lingkungan pekerjaan memiliki empat aspek : orang tersebut diasingkan dari
objek yang ia produksi, dari proses produksi, dari dirinya sendiri dan dari
komunitas rekan-rekannya. Dalam kondisi terasing ini, pola piker dari para
akuntan, kesadaran mereka, sebagian besar hanya merupakan pencerminan dari
kondisi yang mereka temukan dan posisi yang mereka tempati dalam proses
produksi. Situasi ini adalah suatu hal yang serius terutama bagi para akuntan
wanita.
2.8
KESADARAN PARA PENGGUNA YANG DIREKAYASA
Kadang, dalam proses yang
mengarah kepada “kesadaran yang direkayasa” ini, manajer mungkin mengganti
suatu “kesadaran palsu” melalui suatu proses yang oleh para peneliti telah
dikaitkan dengan bermacam-macam istilah, dari perataan laba hingga kecurangan
dalam pelaporan keuangan. Dalam merekayasa kesadaran dari para pengguna melalui
penyebaran informasi secara selektif tadi, menejemen dapat menembahkannya
dengan pencucian otak dan hipnotis secara kolektif atau pengkondisian social.
2.9
PERSPEKTIF ETIKA DALAM AKUNTANSI
2.9.1 Etika Utilitarian
Asumsi implisitnya adalah
bahwa biaya dan manfaat suatu tindakan dapat diukur berdasarkan suatu skala
numeric dan yang umum dan dapat ditambahkan atau dikurangkan satu sama lain. Keunggulan
dari etika utilitarian adalah : (1) sasaran moralitas (2) proses pemikiran
moral (3) fleksibilitas dan pengecualian (4) menghindari konflik aturan.
Sedangkan kesulitan yang muncul akubal adanya utilitarianisme adalah : (1)
penolakan dari kewajiban khusus (2) penolakan dari hak asasi (3) penolakan dari
keadilan.
2.9.2 Etika Deontologi
Pendekatan ini
mempertimbangkan suatu tindakan yang menurut moral benar jika telah sesuai
dengan aturan moral yang tepat.
2.9.3 Pemikiran dan
Kelayakan
Etika ini menggabungkan
antara aspek-aspek dari kedua pendekatan tersebut.
2.10 KESIMPULAN
Definisi dan penggunaan
akuntansi meninggalkan kita dengan suatu fakta yang pasti bahwa akuntansi
memang benar suatu ilmu sosial, suatu ilmu dengan aturan-aturan praktik dan
teori-teori yang mendukung yang menjadi inti dari bekerjanya masyarakat dan
ekonomi.
***
ARTIKEL : Kasus big
bath accounting - Nissan
Motor Company
Pada bagian ini, kami akan menganalisis
perubahan antara manajemen dan pemanfaatan big
bath accounting dalam kasus Nissan Motor Company, produsen mobil peringkat
kedua di pasar Jepang.
[Jepang]
Terperosok dalam kemerosotan bisnis yang berkepanjangan, Nissan membawa Mr.Carlos
Ghosn dari mitra bisnis Renault Perancis sebagai chief operating officer (COO).
Pada bulan April 2000 Mr.Ghosn mengumumkan pelaksanaan Nissan Revival Plan (selanjutnya disebut "NRP"), yaitu rencana
bisnis jangka menengah untuk menghidupkan kembali keuntungan Nissan. Kemudian,
meskipun Nissan telah mencatat kerugian besar dalam tahun fiskal yang berakhir
Maret 2000, perusahaan kemudian mencapai pemulihan dalam bentuk kinerja bisnis pada
periode terdekat setelah Mr Ghosn diajukan oleh perusahaan. Hal ini sangat memungkinkan
adanya kerugian besar dalam tahun fiskal yang berakhir Maret 2000 sehingga
dilakukan metode big bath accounting untuk
tujuan pemulihan saham pada periode berikutnya. Berikut ini analisis kebijakan
akuntansi menegaskan hal ini.
Tabel
1 Kebijakan Akuntansi dalam Tahun Anggaran yang berakhir Maret 2000
No
|
Kebijakan
Akuntansi
|
Perubahan
|
Keterangan
|
1
|
Perlakuan
akuntansi cadangan untuk garansi produk
|
Perhitungan
cadangan untuk garansi produk berubah dari dasar kinerja historis menjadi
estimasi biaya dalam masa garansi dari
tahun
fiskal selanjutnya.
|
48,493
juta yen
|
2
|
Perlakuan
akuntansi dari kekurangan dalam program pensiun yang berkualitas dan dana
pensiun karyawan, dll
|
Berkenaan
dengan kekurangan dana pensiun, perubahan terbuat dari pengisian kekurangan
beban pada saat dana penerimaan kontribusi untuk pengisian kekurangan beban
habis. Untuk menyatukan prosedur akuntansi pada anak perusahaan yang
dikonsolidasi tertentu, metode pencatatan penyisihan pensiun diubah dari
rekaman 40% dari jumlah hutang yang akan diperlukan jika karyawan secara
sukarela pensiun segera di neraca
Tanggal
untuk merekam 100% dari itu.
|
Perhitungan
cadangan untuk garansi produk berubah dari dasar kinerja historis dari
perkiraan biaya dalam masa garansi dari tahun fiskal berikutnya dan
seterusnya.
|
3
|
Pencatatan
cadangan restrukturisasi bisnis
|
Sebuah
perkiraan yang wajar dari biaya diperkirakan akan terjadi di masa mendatang
sesuai dengan Nissan Revival Plan tercatat.
|
232.692
juta yen
|
4
|
(i) Laba
penjualan aset tetap,
(ii) Laba
atas penjualan sekuritas investasi anak perusahaan dan afiliasi
|
|
(i)
321.000.000 yen
(ii)
27.715.000.000 yen
|
5
|
(i) Rugi
atas penjualan aktiva tetap,
(ii) Kerugian
penilaian investasi dan kewajiban
|
|
(i)
26.256 juta yen
(ii)
51.668 juta yen
|
Penjelasan Kasus:
Dalam tabel
tersebut ditunjukkan bahwa jumlah cadangan restrukturisasi
bisnis, butir 3), adalah sangat besar. Ini adalah cadangan untuk penutupan petugas
pabrik pada pelaksanaan NRP. Meskipun ini akan memiliki dampak negatif yang
besar pada pendapatan pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2000, akan
menguntungkan untuk laba di masa depan. Selain itu, kebijakan akuntansi teknis
seperti item 1) dan 2) dan kebijakan akuntansi untuk perubahan dalam situasi
seperti penjualan aktiva tetap dalam angka 5) menunjukkan bahwa Nissan sengaja
terlibat dalam manajemen laba memperburuk kinerja bisnis.
Seperti telah
disebutkan, big bath accounting dapat
diambil segera sebelum keberangkatan pendahulu ketika terjadi perubahan pada manajemen.
Mr Ghosn adalah manajer luar yang dikirim dari mitra aliansi Renault dalam
menanggapi kemerosotan berkepanjangan, bukan manajer yang datang melalui
peringkat di Nissan. Dengan demikian, perubahan manajemen antara Mr Ghosn dan
pendahulunya, Mr Yoshikazu Hanawa, dapat dianggap sebagai perubahan manajemen
bermusuhan. Tidak akan mengherankan jika Mr Ghosn diharapkan dapat meningkatkan
reputasinya sendiri bahkan jika ia mencatat kerugian yang sangat besar pada tahun
fiskal yang berakhir Maret 2000 dan menempatkan tanggung jawab pada
pendahulunya. Keadaan membuatnya mudah untuk Mr Ghosn untuk menerapkan
kebijakan akuntansi pada pendapatan kontrak dan mengambil teknik big bath accounting di tahun pertamanya
sebagai COO.
0 komentar:
Posting Komentar