Senin, 11 Januari 2016

Life is like a box of chocolate

Diposting oleh Unknown di 19.52 0 komentar
Semua hal yang terjadi dalam hidup adalah takdir.Takdir itupun semuanya tergantung dari apa yang kamu usahakan selama hidupmu. Aku selalu bertanya kepada diriku, apa saja dalam hidupku yang telah aku lakukan? Hal berarti apakah yang kuperbuat untuk orang lain? Apa saja pencapaianku dalam hidup ini?
Hidup hanya sekali saja di dunia ini. Ketika kamu masih memiliki ibu, ayah, adik, dan kakak yang utuh, berikan mereka kasih sayang. Berbuatlah yang terbaik bagi mereka. Kamu tidak akan pernah tau apabila suatu ketika mereka akan meninggalkanmu untuk selamanya. Ketika kamu berbuat salah, mohonkanlah maaf mereka segera. Jika mereka berbuat salah, maafkanlah. Hidup terlalu singkat untuk memusuhi dan mendendam. Karena jika mereka tiada, siapa lagi yang akan menjagamu? Siapa yang akan selalu ada dan menjadi rumah bagimu ketika seluruh dunia berpaling darimu? Siapa yang memberimu kehangatan, kasih sayang, dan tempat tinggal bagimu? Orang lain mungkin bisa melakukannya, namun tak akan ada yang mencintaimu setulus cinta keluargamu. Setiap waktu yang kamu miliki adalah waktu yang paling berharga. Pergunakanlah sebaik mungkin, jagalah mereka yang kamu cintai, dan mereka yang mencintaimu. Jangan buang waktumu untuk kesia-siaan. Jangan pula kamu gunakan waktumu untuk dirimu dan duniamu saja. Karena pada akhirnya semua yang kamu miliki di dunia akan kamu tinggalkan. Berbuat baiklah kepada siapapun, tak peduli jika kau diperlakukan baik pula atau bahkan buruk.

          Life is like a box of chocolate. Kamu tidak tahu seperti apa yang ada di dalamnya, entah rasa pahit ataupun manis, tetapi kamu hanya bisa menerimanya. Kita tidak akan pernah tau apa yang terjadi dalam hidup, tetapi yang dapat kita lakukan hanyalah menjalaninya sebaik mungkin.

Sabtu, 29 November 2014

[BAB 9] - Teori Akuntansi - Perspektif-Perspektif Penelitian Dalam Akuntansi

Diposting oleh Unknown di 18.40 0 komentar


Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905

Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang




PERSPEKTIF-PERSPEKTIF PENELITIAN DALAM AKUNTANSI


A.        PERSPEKTIF PENELITI-PENELITI AKUNTANSI
2.1.      Perolehan ilmu akuntansi
Pada dasarnya kita mulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman konkret yang kita alami. Keunikan dari beberapa peristiwa, ritual atau fenomena mengarahkan kita untuk meningkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan atas apa yang sedang terjadi. Mengajarkan kita, jika kita  cukup termotivasi, untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan oleh konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus pengetahuan yang kita peroleh.
Hal di atas sebenarnya menggambarkan proses yang menjelaskan perolehan suatu ilmu akuntansi, yang berangkat dari fakta-fakta tertentu (diamati atau ditemukan) berlanjut ke hipotesis-hipotesis tertentu lalu ke teori-teori umum hingga ke hukum umum yang diamati atau ditemukan. Akan tetapi, model ini tidak membuat suatu perbedaan antara proses perolehan ilmu pengetahuan, metodologinya, dan epistemologinya.
Hubungan antara epistemologi, metodologi, metode dan ilmu pengetahuan disajikan dalam tampilan 2. Perhatikan bahwa pengetahuan terbagi tiga jenis.
·         Pengetahuan-bahwa atau pengetahuan faktual
·         Pengetahuan-dari atau pengetahuan bedasarkan perkenalan atau pengetahuan berdasarkan pengalaman, dan
·         Pengetahuan-bagaimana (Knowledge-How)
Model dan Kolb et al juga digunakan oleh Roy Payne unuk mengintruksikan perannya di dalam proses perolehan ilmu pengetahuan. Hal ini digambarkan dalam tampilan 3.  
2.2.      Klasifikasi penelitian-peelitian akuntansi
Keragaman ilmu pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan mengarah ke adanya kebutuhan untuk mengklasifikasikan ilmu pada umumnya dan peneliti akuntansi pada khususnya. Terdapat berbagai kemungkinan kerangka kerja untuk mengklasifikasikan para peneliti secara umum termasuk tripologi dari Liam Hudsom, Gerald Gordon, survei oleh Mitroff mengenai para Ilmuan Apollo, Abraham Maslow dan C.G. Jung. Akan tetapi, tripologi dari C.G. Jung sepertinya yang paling bermanfaat di dalam mengklasifikasi peneliti secara umum dan peneliti akuntansi secara khusus.
Pada dasarnya, Jung mengklasifikasikannya individual berdasarkan atas cara mereka menerima informasi, baik melalui sensasi atau intuisi dan cara mereka menerima keputusan, baik melalui pemikiran ataupun perasaan. Di bawah ini adalah definisi komponen-komponen dimensi jung:
Kombinasi dari kedua dimensi, seperti yang ditunjukkan dalam Tampilan 9.3, menghasilkan empat jenis kepribadian:
Tampilan 3  Bentuk-bentuk ilmu pengetahuan dan siklus pembelajaran
·         Pengindraan-pemikiran
·         Pengindra-perasaan
·         Perasaan-intuisi
·         Pemikiran-intuisi
Tripologi ini digunakan oleh Mitroff dan Kilman untuk menghasilkan klasifikasi para peneliti
·         Ilmu Abstrak
·         Teoretikus Konseptual
·         Humanis Konseptual
·         Humanis Khusus
Ilmu Abstrak, seseorang yang menggunakan indranya dan berfikir, dimotivasi oleh penyelidikan yang menggunkan metodologi dan logika yang saksama, dengan fokus pada kepasian, keakuratan dan keadalan, serta bergantung pada sebuah paradigma konsisten yang sederhana dan terdefinisikan dengan baik.
Teorikus Konseptual, seseorang yang berfikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak penjelasan atau hipotesis untuk fenomena yang terjadi dengan berfokus pada penemuan dan bukan pengujian.
Humanis Khusus, seseorang yang menggunakan indra dan perasaannya, berkepentingan dengan keunikan dari individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang unik daripada suatu akhir teoritis yang abstrak.
Humanis Konseptual, seseorang yang menggunkan intuisi dan perasaanya, berfokus pada kesejahteraan manusia yang mengarahkan oenyelidikan pribadinya ke arah kebaikan dari umat manusia semua

B.        PERSPEKTIF METODOLOGI AKUNTANSI: IDEOGRAFI VERSUSU NOMOTESIS
Pandangan yang telah diterima secara luas akan peran dari penelitian akuntansi adalah bahwa ia berfugsi untuk:
Menyusun hukum-hukum umum yang melingkupi perilaku dari peristiwa-peristiwa atau objek-objek empiris yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tersebut, dan karenannya memungkinkan kita menyatukan pengetahuan yang kita miliki dari peristiwa-peristiwa yang diketahui secara terpisah dan untuk membuat prediksi yang dapat diandalkan akan pristiwa-peristiwa yang mmasih belum diketahui.
Untuk mengetahui fungsi di atas, model ilmu engetahuan alam, termasuk pengambilan sampel yang cermat, pengukuran yang akurat, secara perancangan dan analisis yang baik dari hipotesis-hipotesis yang didukung oleh teori, secara umum dipergunakan sebagai model yang mendukung suatu penelitian yang baik. Hal tersebut di atas kini mendapat penolakan, yang mengarah kepada timblnya perdebatan metodologi ideografis versus nomotesis.
Orlando Behling mengemukakan akan lima sasaran kunci dari penggunkan model ilmu pengetahuan alam yang digunakan dalam penelitian ilmu sosial dan dapat diterapkan dalam penelitian akuntansi yaitu:
·         Keunikan. Setiap organisasi, kelompok dan manusia kesemuanya pada tingkat tertentu akan memiliki perbedaan satu sama lain. Jadi pengembangan hukum umum yang benar presisi dalam perilaku organisasi adalah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.
·         Ketidakstabilan. Fenomena ketertarikan dari pada peneliti terhadap perilaku organisasiunal dan teori organisasi sifatnya fana. Tidak hanya “fakta” dari peristiwa-peristiwa sosial akan berubah seiring dengan waku, namun “hukum-hukum” yang mengaturnya pun ikut mengalami perubahan. Penelitian ilmu alam kurang mampu untuk menangkap fenomena yang berubah sedemikian cepat.
·         Sensitivitas. Tidak seperti senyawa-senyawa kimi dan hal-hal lain yang menjadi perhatian dari para peneliti ilmu alam. Orang-orang yang menyusun organisasi, artinya adalah organisasi itu sendiri, akan dapat berperilaku secara berbeda jika mereka mengetahui akan adanya hipotesis-hipotesis penelitian mengenai mereka.
·         Kurang sesuai dengan kenyataan. Variabel-variabel yang memanipulasi dan mengendalikan di dalam penelitian organisasional mengubah fenomena yang sedang dipelajari. Oleh karenanya para peneliti tidak dapat meyamarkan kenyataan dengan studi-studi yang mereka lakukan karena fenomena yang mereka amati pasti akan berbeda lawannya di dunia nyata.
·         Perbedaan epistemologis. Meskipun memahami penyebab dan dampak melalui penelitian ilmu alam adalah suatu cara yang tepat untuk “mengetahui” fenomena-enomena fisik, terhadap jenis “pengetahuan” lain yang tidak dapat disentuh oleh pendekatan ini dan merupakan suatu hal yang lebih penting bagi perilaku organisasional dan teori organisasional.
Fenomonologi memiliki skala yang lebih luas daripada pengamatan partisipan dan etnografi dengan menekankan pada pencarian kenyataan seperti yang “telah ada” di dalam struktur kesadaran universal bagi umat manusia. Hermert Spiegelberg menguraikan tujuh langkah dari fenomenologi berikut ini untuk memandu para peneliti:
·         Menyelidiki fenomena tertentu
·         Menyelidiki ensensi ese
·         Memahami hubungan pentin yang terjadi di antara esensi-esensi
·         Mengamati cara-cara penampilan
·         Mengamati konstitusi fenomena dalam kesadaran
·         Menunda untuk mempercayai eksistensi dari fenomena
·         Menginterpretasikan arti dari fenomena
Suatu garis yang menghubungkan semua manfaat ini adalah peran penting yang diminkan oleh metode kualitatif dalam triangulasi. Penelitian yang dilakukan kemungkinan akan memberikan suatu pendekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang memungkinkan akan memberikan suatu kedekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang memungkinkan adanya sensitivitas yang lebih tinggi terhadap banyak sumber data. Data kualitatif dan fungsi analisis berfungsi sebagai [erekat yang menyatukan interpretasi dari hasil-hasil multimetode. Dalam satu aspek tertentu, data kualitatif digunakan sebagai sebuah titik tanding penting bagi metode kuantitatif. Sedangkan dari aspek lain, analisis mendapat keuntungan dari persepsi yang diambil dari pengalaman pribadi dan pengamatan langsung. Sehingga masuklah peneliti yang licik yang menggunakan data kuantitatif untuk memperkaya dan memperjelas gambarnya.
Arti dari semua hal di atas bagi praktik penelitian adalah pada akhir ia harus mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut ini:
·         Melakukan baik peneliti nomotetis maupun ideografis dan agregatnya.
·         Melakukan penelitian nomotetis dan ideografis secara bergantian, menggunakan kedua metode tersebut secara bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di beberapa kasus tertentu dan mengtasi kelemahan yang dimiliki metode lainnya di beberapa kasus yang lain.
·         Mengambangkan sebuah ilmu baru yang dapt diuraikan dengan jelas sebagai berikut:
Ilmu baru tersebut yang perlahan-lahan muncul kemungkinan akan lebih berbasis pada pelaksana, berakar pada eksperimen, berorientasi praktis dan lebih dapat mencerminkan dirinya sendiri daripada citra dari ilmu yang ada saaat ini. Ia kemungkinan akan mempergunakan pemikiran Amerika yang “pragmatis” dari Pierce, James, Dawey dan Mead dan pemikiran Jerman yang “”kritis” dari Marx, Dilthey, Husserl, Weber, Heidegger, Gademer, dan Habermas. Ia mungkin akan berkembang untuk bagian dalam dan menjembatani ke arah ketelitian dan generalisasi penyelidikan dari bagian luar.

C.        PERSPEKTIF ILMU AKUNTASI
Bagian ini akan mengambil kerangka kerja dari Hipotesis Dunia oleh Pepper yang memberikan empat pendekatan berbeda dalam memperoleh dan mengklasifikasikan ilmu pengetahuan formal dalam akuntansi keempat pendekatan tersebut adalah formisme, mekanisme, kontekstualisme, dan organisme. Mereka akan memberikan apresiasi yang lebih baik mengenai sifat dari klaim ilmu pengetahuan yang saling bersaing dan dinyatakan dalam penelitian akuntasni, sekaligus memperkaya dan memperluas pemahaman kita mengenai akuntansi di dalam praktik.
3.1       “Hipotesis dunia” oleh Stephen Pepper
Pengetahua adalah hasil dari sebuah penyempurnaan kognitif secara konstan: kritik dan peningkatan klaim-klaim yang masuk akal, yang mengacu pada pengetahuan umum sebagai dubitanda-klaim yang meragukan. Penyempurnaan kognitig ini dapat dipercapai malalui.
·         Bukti pendukung multiplikatif, suatu konfirmasi atas fenomena oleh beragam subjek, dan
·         bukti pendukung struktural, penggunaan teori dan hipotesis mengenai dunia dan konfirmasinya oelh data empiris.
Dua perangkat asumsi yang berkaitan dengan struktural logis dari alam sosial dapat digunakan untuk membedakan masing-masing empat hipotesis tersebut. Hal ini disajikan dalam tampilan 7 dimensi pertama membedakan antara teori-teori dispersif dan integritif. Pada dasarnya teori analisis tidak mengakui dan menafsirkan sintesis, sehingga kompleksitas dan konteks adalah suatu derivatif dan bukannya merupakan bagian yang penting dari organisasi. Teori sintesis sebaliknya merupakan komleksitas tau konteks sehingga analisis menjadi suatu derivatif. Teori dispersif berfous pada interprestasi dari fakta-fakta yang diambil satu persatu dari suatu keseluruhan fakta, yang terpancar cukup luas dan bukan berarti saling menentukan satu sama lain hingga satu tingkat tertentu. Sebagai akibat dari penggunaan kedua dimensi ini, keempat hipotesis dunia dapat ditandai sebagai berikut:
·         formalisme terdiri atas teori-teori analisis dapat dispersif
·         mekanisme terdiri atas teori-teoi analisis dan integratif
·         kontekstualisme terdiri atas teori-teori sintetis dan dispersif, serta
·         organisme terdiri atas teori-teori sintetis dan integratif

Formisme
Formanisme secara filosofis terhubung dengan “kenyataan” dan “idealisme platonik”, dengan eksponen-ekponen seperti Plato dan Aristoteles. Hipotesis ini terdiri atas teori-teori analitis dan dispersif. Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini mengasumsikan formanisme berfokus pada fenomena-objek, peristiwa, proses-yang diambil satu persatu dari sumber, yang mencoba unuk mengidentifikasikan kesamaan atau perbedaan hanya melalui sebuah uraian, dan menerima hasil dari penguraian tersebut.
Mekanisme
Mekanisme secara filosofi terhubung dengan naturalisme atau materialisme dari Demokritus, Lucretius, Galileo, Descartes, Hobbes, Locke, Barkeley, Hume, dan Reichenbach. Seperti yang disajikan dalam tampilan 7, mekanisme terdiri atas teori-teori analitis dan integratif. Metafora akarnya adalah sebuah mesin. Seperti formisme, ia merupakan suatu teori analitis yang berfokus pada elemen-elemen yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan bukannya sesuatu yang kompaleks atai konteks. Akan tetapi, tidak seperti formanisme, ia integratif alam artian bahwa dunia telah tertata dengan baik dan fakta-faktanya terjadi dalam suatu urutan yang tertentu dan, jika cukup banyak halyang dapat diketahui, mereka dapat diramalkan, atau paling sedikit diuraikan, sesuai dengan kebutuhannya. Pengetahuan berjenis mekanisme ini memiliki enam ciri-ciri:
·         Seperti sebuah mesin, objek studi terdiri atas bagian-bagian yang memiliki lokasi-lokasi tertentu.
·         Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, sesuai dengan sifat utama dari mesin tersebut.
·         Hubungan resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan dengan rumus-rumus fungsional atau korelasi-korelasi statistik. Hal ini merupakan pertanyaan dari antarahubngan di antara bagian-bagian mesin.
·         Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karekteristik lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif, meskipun tidak relevan secara langsung dengan objek studi: mereka dengan sifat-sifat sekunder.
·         Sifat-sifat skunder tersebut juga berhubungan secara prinsip dengan objek studi karena “jika memang terdapat suatu uaraian tentang mesin, kita seharusnya ingin untuk menemukannya dan menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat mempertahankan sifat-sifat sekunder tertentu terletak pada bagian-bagian tertentu dari mesin tersebut.
·         Hukum-hukum sekunder menandai hubungan yang stabil di antara sifat-sifat sekunder.
Konstektualisme
Kontekstualisme berhubungan dengan pragmatisme dari Prerce, James, Bergson, Dewey, dan Mead. Kontekstualisme terdiri atas baik teori sintetis maupun dispersif. Metafora akarnya adalah peristiwa historis atau tindakan dalam konteks. Tidak seperti formisme, kontekstualisme bersifat sntetis, di mana ia berfokus pada pola, suatu keseluruhan objek studi daripada fakta-fakta yang terpisah. Seperti formisme, kontekstualisme bersifat dispersif dimana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-fakta yang diambil satu per satu dari suatu keseluruhan fakta.
Organisme
Organisisme terhubung dengan absolut atau idealisme objektif dari schelling, hegel, green, bradley, Bosanquet, dan royce. Metafora akarnya adalah integrasi keseluruhan atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi ketepatan waktu dan struktur yang bertahan. Seperti mekanisme, organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta-fakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus diramalkan.
3.2       Formisme dalam akuntansi
Formisme dalam akuntansi meliputi mencari akan kesamaan dan perbedaan diantara berbagai objek studi yang berbeda – beda tanpa mempertimbangkan adanya kemungkinan adanya hubungan diantara merek. Para formis dalam akuntansi biasanya menyadari bahwa identifikasi dari persamaan dan perbedaan antara objek – objek studi tidak cukup untuk menggambarkan realita akuntansi, dan mengharuskan adanya suatu pengaitan antara praktik dan penelitian dalam akuntansi, akan tetapi pencarian secara eksplisit dari penyebab kesamaan itu sendiri bukanlah bidang dari formisme dalam akuntansi, melainkan lebih kepada bidang dari mekanisme.
3.3       Mekanisme dalam akuntansi
Mekanisme dalam akuntansi tidak hanya meliputi mencari kesamaan dan perbedaan antara berbagai objek studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif yang memungkinkan dilakukan pengurangaian dan permasalahan. Mekanisme dalam akuntansi adalah juga pencarian keteraturan empiris antara fenomena yang berbeda – beda melalui berbagai bentuk kolerasi studi. Prinsip – prinsip  dan hubungan – hubungan antara bagian terasebut. Hal ini mengahruskan hal ini mengahruskan adanya operasionalisasi dari dimensi – dimensi yang berlainan dan yang menjaga mereka tetap berhubungan.
·         Tingkat koefisien korelasi yang tidak memuaskan
·         kurangnya kendali bagi penjelasan – penjelasan  alternatif
·         sampel –sampel yang tidak representatif, dan
·         pengulangan tanpa akhir namun mekanisme dalam akuntansi berfokus kepada pencapaian penguraian yang semakin mendalam dan dan pengajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian – bagian dari objek penelitian akuntansi.
Penyingkatan telah menjadi produk dari mekanisme dalam akuntansi. Malasalah lain yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansiu adalah adanya asumsi tidak langsung, ukuran tidak memiliki perbedaan, dan hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan
3.4       Kontekstualisme dalam akuntansi
Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interprestasi dari fakta – fakta independen yang diperoleh dari seperangkat fakta menurut suatu konteks spesifik yang akan menciptakan suatu pola.fakta – fakta yang terdapat disetiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan dan menerima hal – hal baru. Perbedaan fundamental anatara kontekstualisme dan formisme dalam akuntansi adalah bahwa fakta – faktanya kini dikumpulkan kedalam konteks – konteks spesifik. Oleh karenanya, dapat dinyatakan bahwa setiap ilmu teknik baru dibidang akuntansi yang di akumulasikan untuk konteks – konteks yang spesifik akan merupakan suatu contoh yang baik konstekstualisme dalam akuntansi. Contoh – contoh dari konstek baru ini meliputi :
·         Periwtiwa – peristiwa ekonomi, seperti kebangkrutan, pengambilalihan, pemeringkatan obligasi
·         Klasifikasi industri
·         Klasifikasi sementara, seperti sebelum dan sesudah peristiwa besar dibidang politik, ekonomi, atau sosial
·         Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung pada analisis dari fakta – fakta yang hanya diverifikasi secara langsung, fakta – fakta yang spesifik terhadap situasi tertentu, seperti misalnya pada suatu industri tertentu. Sehingga hasil akhirnya memiliki akan memiliki ruang lingkup yang terbatas.
3.5       Organisisme di dalam akuntansi
Bagi mereka menerapkan organisisme didalam akuntansi akan berfokus pada gestalt yang spesifik sebagai objek studinya, yang terdiri dari fakta – fakta yang tertera dengan baik dan terintegrasi serta dapat diuraikan sekaligus diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, oerganisisme mencari determinasi dari keteraturan empiris dianatara fenomena – fenomena yang berbeda melalui bergam bentuk analisi statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pencarian keteraturan empiris tersebut dipersempit kepada konteks – konteks atau gestalt yang spesifik. Organisme dalam akuntansi dipandang sebagai salah satu faktor yang penting dalam penelitian akuntansi di masa datang. Seperti yang dinyatakan oleh Beaver:
Faktor kedua adalah penekanan kepada penelitian konstektual dan bukannya penelitian generik. Secara tidak langsung, hal ini telah tertera secara implisit dalam faktor pertama dimana terdapat penekanan pada kenyataan instituasioanal, yang cenderung untuk mengarah kepada konteks – konteks khusus.

D.        PRESFEKTIF PADA PENELITIAN AKUNTANSI
Penilitian akuntansi banyak ragam dan pilihan. Penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan jenis kenyataannya ternyata sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi akuntansi melakukan penelitian dengan didasarkan pada asumsi – asumsi berhubungan dengan hakikat dari hubungan sosial dan dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah diterapkan oleh Burell dan Morgan dalam organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi pandangan fungsionalis, pandangan interpretatif, pandangan humanis radikal, dan strukturalis radikal.
4.1       Kerangka kerja Burell dan Morgan
                        1.     Hakikat dari ilmu sosial
Terdapat empat asumsi dibahas dalam kaitannya denga hakikat dari ilmu sosial, yaitu epistemologi, sifat manusia, dan metodologi. Asumsi – asumsi ini juga dapat dipikirkan dari segi subjektif – objektif.
·         Pertama asumsi antologis, berhubungan dengan esnsi paling mendasar dari fenomena akuntansi yang melibatkan perbedaan – perbedaan niminalisme – realisme.
·         Kedua tentang epistimologis yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat pengetahuan, melibatkan debat antipositivisme – positivisme.
·         Ketiga, perdebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan manusia dan lingkungannya, yang melibatkan perbedaan voluntarisme – determinisme.
·         Keempat, perbedaan mengenai metodologi, yang berkaitan dengan metode – metode yang digunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan perbedaan ideografis – nomotetis.
2.    Hakikat dari masyarakat
Telah dibuat asumsi mengenai hakikat masyarakat – yaitu, perbedaan susunan – konflik, atau lebih tepat algi, perdebatan regulasi – perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan befokus kepada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi perubahan radikal sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konflik struktural mendalam, cara – cara pendominasian, dan pertentangan struktural yang terjadi pada masyarakat modern. 
3.    Kerangka kerja untuk analisis penelitian
Seperti yang telah dibahas sebelunya, setiap disiplin ilmu sosial, termasuk akuntansi dapat dianalis berdasarkan asumsi metateoritas mengenai hakikat dari ilmu pengetahuan, dimensi subjektif – objektif, dan mengenai hakikat masyarakat, dimensi – regulasi perubahan radikal. Dengan menggunakan kedua dimesnis ini. Burell dan Morgan mampu mengembangkan suatu skema yang koheren untuk melakukan analisis atas teori sosial secara umum dan anlisi organisasional secara khusus. Skema ini terdiri dari empat paradigma yang berbeda dan diberi nama (1) humanis radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi subjektif. (2) struktural radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi objektif. (4) interperetatif, yang ditandai oleh dimensi subjektif dan regulasi, dan (4) fungsional, yang ditandai oleh dimensi objektif dan regulasi. Kerangka kerja ini digambarkan, ini membentuk empat pandangan mengenai realitas yang digunakan untuk menganalisis beragam teori – teori sosial termasuk diantaranya akuntansi.          
4.2       Pandangan fungsional dalam akuntansi
Pandangan fungsional akuntansi berfokus pada penjelasan keterturan sosial, dimana akuntansi memainkan sebuah peranan, jika dilihat dari modus pandangan seorang realis, positivis, determinis, dan nomotetis ia berhubungan dengan regulasi secara efektif atas dasar bukti yang objektif.
Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagaii hubungan dunia nyata yang konkrit yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan permanfaatan ilmiah.
4.3       Pandangan interpretatif dalam akuntansi
Pandangan interpretatif dalam akuntansi akan berfokus pada menjelaskan tatanan sosial dari sudut pandang dari seorang normalis, antipositivis, voluntaris, dan ideologis. Dalam akuntanis ia akan menjadi pemaham pengalaman yang subjektif yang dialami oleh individu yang terlibat persiapan, komunikasi, verifikasi, naskah – naskah akuntansi, literatur akuntansi, bahasa – bahasa akuntansi, dan ideologi – ideologi akuntansi, dengan menggunakan metode verstehen.
Bagi para interpretasi, akuntansi tidak boleh lebih dari hanya sekedar nama, konsep, dan label yang digunakan untuk membuat suatu kenyataan sosial. Ian hanya dapat dimengerti dari sudut pandang pihak – pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan, komunikasi dan penggunaannya. Secara metodologis, metode – metode ideografis dan bukannya metode hipotetis – deduktif yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali definisi pelaksanaan atas masalah.
Oleh karenannya, asumsi – asumsi yang dominan dari pandangan interprentatif dalam akuntansi hendaknya adalah:
·         Percaya pada pengetahuan
·         Percaya kepada kenyataan fisik dan sosial
·         Hubungan antara Teori dan Pabrik
4.4       Pandangan humanis radikal dalam akuntansi
Pandang radikal humanis dalam akuntansi akan berfokus pada penjelasan tatanan sosial dari perspektif seorang nominalis, voluntaris, serta ideografis memberikan penekanan bentuk –bentuk dari perubahan radikal. Pandangan ini menghargai semua penelitian yang memperkecil kritik filosofis yang diberikan kepada beberapa metodologi normatif.
4.5       Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansni
Pandangan sturkturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial dari sudut pandang seorang realis, positivis, dan nomotetis. Pandangan ini akan mencari perubahan yang radikal, emansipasi, dan potenasionalitas dengan menggunakan sebuah analisis yang ditekankan pada konflik struktural, cara – cara dominasi, kontradiksi, dan penghapusan hak. Paradigma ini akan menciptakan teori – teori akuntansi yang didasarkan atas metafora – metafora seperti alat dominasi, sistem skismatis, dan bencanan.

E.         FONDASI INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI
5.1       Akuntansi berbasis ekonomi marginal
Ekonomi margina neoklasik telah memberikan pengaruh besar pada praktik,teori,dan penelitian akuntansi. Berbagai tema yang saat ini sedang terjadi adalah bukti yang baik dari pengaruh tersebut,
Komitmen akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua penekanan, yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan independensi. Penekanan pertama mencakup baik pandangan atas kedaulatan dari masing-masing pemilik,yang mengabaikan pemisahan antara kepemilikan dan manajemen, ,maupun pandangan yang secara eksplisit mengakui pemisahan antara kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga perusahaan sebagai pihak yang ‘’sah’’ memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya tertentu.
5.2       Akuntansi ekonomi politis
Akuntansi ekonomi politis dipicu oleh adanya keterbatasan dari ekonomi marginal dan keunggulan dari ekonomi politis. Seperti misalnya, tidak seperti marginalisme, ekonomi politis mengakui adanya dua dimensi modal: satu sebagai instrumen (fisik) dari produksi dan satu lagi sebagai hubungan manusia dengan manusia dalam sebuah organisasi sosial.73 Perbedaan bentuk masyarakat (feodal, perbudakan, kapitalis, dan seterusnya) terjadi dan ditandai oleh perbedaan institusi-institusi sosial (contohnya, hukum, negara, pendidikan, agama, undang-undang dan peraturan, administrasi politik pemerintah). Dalam masing-masing masyarakat di atas terdapat kelompok-kelompok yang saling bertentangan dengan kekuatan yang bermacam-macam dan berusaha untuk meraih dominasi, yang mungkin selanjutnya akan mengarah pada bentuk-bentuk eksploitasi,pengasingan,dan ketidakadilan. Oleh karena itu, tidak seperti situasi yang terjadi pada marginalisme, di sini akuntansi memainkan sebuah peranan idiologis dalam melegitimasi idiologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan dalam membingungkan hubungan antara golongan-golongan di dalam masyarakat dan memperkuat kembali distribusi kekuatan yang tidak merata.74 Akuntansi sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi ekonomi politis.
5.3       Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis
untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah di buat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi. Beberapa usulan ini meliputi.80
Ø  suatu keterkaitan dengan matematika
Ø  suatu fokus teri keputusan
Ø  suatu refrensi terhadap elemen – elemen dari teori pengukiuran formal
Ø  suatu penekanan pada setting pasar modal, yang paralel dengan keuangan modern
Ø  suatu peranan bagi pendekatan ekonomi informasi
Ø  suatu perhatian bagi implikasi dari model – model pilihan probalistik, yang menerapkan psikologi  matematis, bagi pilihan dan pengguanaa teori informasi akunatansi
Ø  suatu pondasi yang berdasarkan atas teori postif dari akuntansi
Ø  suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori kontrak
Ø  suatu pendekatan multidimensional yang akan meinjam akan bergantung pada sumbangan – sumbangan pada bidang bisnis yang sudah terkenal seperti :
·         rasionalitas yang terbatas
·         relatifismelingustik
·         ekonomi tenaga kerja ganda
·         teorema ketidak relevanan dividen
·         teori organisional dari perusahaan
·         ekspektasi rasional
·         audit statistikal


[BAB 11] - Teori Akuntansi - Pendekatan-Pendekatan Peristiwa Dan Perilaku Dalam Akuntansi

Diposting oleh Unknown di 18.02 0 komentar
Disusun Oleh:
1) Qonita Shabrina 120422425904
2) Ratna Ardiyanti 120422425905

Offering P
Jurusan S1 Akuntansi
Universitas Negeri Malang



PENDEKATAN-PENDEKATAN PERISTIWA DAN PERILAKU DALAM AKUNTANSI

A.        PENDEKATAN PERISTIWA
1.         Hakikat dari pendekatan peristiwa
Pendekatan peristiwa untuk pertama kalinya dinyatakan secara eksplisit setelah adanya suatu perbedaan pendapat yang terjadi diantara anggota dari Committee of american Accounting Assotiation yang mengeluarkan sebuah statement of basic accounting teory. Mayoritas komite mendukung pendekatan nilai untuk akuntansi sedangkan hanya satu anggota yaitu George Sorter yang mendukung pendekatan peristiwa.
Kelompok Nilai
Kelompok nilai yang juga disebut sebagai kelompok kebutuhan dari para pengguna telah cukup diketahui untuk memungkinkan dilakukannya pengambilan suatu teori akuntansi yang memberikan input optimal bagi model-model keputusan tertentu. Model akuntansi konvensional yang didasarkan atas pendekatan nilai memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain:
a.                   Dimensinya terbatas
b.                  Rencana-rencana klasifikasinya tidaklah selalu tepat
c.                   Tingkat agregasiinformasinya terlalu tinggi
d.                  Terlalu terbatasinya tingkat integrasi dengan area-area fungsional yang lain dari  sebuah perusahaan
Pendekatan Peristiwa
Pendekatan peristiwa mengusulkan bahwa tujuan dari akuntansi adalah ”untuk memberikan informasi mengenai peristiwa-peristiwa ekonomi yang relevan yang dapat berguna dalam berbagai jenis model keputusan. Peristiwa mengacu pada semua tindakan yang dapat digambarkan oleh satu atau lebih dimensi-dimensi atau atribut dasar. Menurut Johnson, peristiwa berarti pengamatan yang mungkin dari karakteristik-karakteristik tertentu dari sebuah tindakan dimana seorang reporter dapat mengatakan saya meramalkannya dan melihatnya terjadi dengan ata kepala saya sendiri.
Jadi, karakteristik dari suatu peristiwa dapat diamati secara langsung dan memiliki arti ekonomi yang signifikan bagi pengguna. Karakteristik dari peristiwa yang tidak menggunakan nilai moneter mungkin harus di ungkapkan. Pendekatan peristiwa juga mengasumsikan bahwa tingkat pengumpulan dan evaluasi dari data akuntansi akan ditentukan oleh pengguna, mengingat fungsi kerugian dari para pengguna.

2.         Laporan Keuangan dan Pendekatan Peristiwa
Dalam pendekatan nilai, neraca dianggap sebagai suatu indikator dari posisi keuangan perusahaan pada satu titik tertentu di satu waktu. Dalam pendekatan peristiwa, neraca dianggap sebagai suatu komunikasi tidak langsung dari seluruh peristiwa-peristiwa akuntansi yang relevan bagi perusahaan sejak ia dibentuk.
Dalam pendekatan nilai, laporan laba rugi dianggap sebagai suatu indikator bagi kinerja keuangan dari sebuah perusahaan pada satu periode tertentu. Dalam pendekatan peristiwa, laporan laba rugi dianggap sebagai komunikasi langsung engenai peristiwa-peristiwa operasional yang terjadi selama periode tertentu.
Dalam pendekatan nilai, laporan arus kas dianggap sebagai suatu penyajian mengenai perubahan kas. Dalam pendekatan peristiwa, laporan arus kas dianggap sebagai suatu penyajian peristiwa-peristiwa keuangan dan investasi.

3.         Teori Peristiwa Normatif dari Akuntansi
Tujuan dari teori peristiwa normatif dari akuntansi adalah untuk maksimalkan keakuratan peramalan laporan-laporan akuntansi dengan berfokus pada atribut-atribut yang paling relevan dari peristiwa-peristiwa yang sangat penting bagi pengguna. Teori ini meminta adanya:
·         Suatu taksonomi yang eksplisit dari peristiwa-peristiwa nyata yang harus dilaporkan oleh akuntan.
·         Perencanaan klasifikasi yang lebih efektif dengan referensi khusus pada label-label yang memungkinkan untuk mengaitkan peristiwa tertentu dengan peristiwa lain yang berhubungan.
·         Pembuatan struktur sistem informasi akuntansi berbasis peristiwa

4.         Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Peristiwa
Satu cara untuk memenuhi tujuan dari teori peristiwa normatif dari akuntansi adalah dengan mengintegrasikan pendekatan peristiwa dengan pendekatan basis data pada manajemen informasi yang mengansumsikan bahwa suatu perusahaan membuat sebuah database yang dikelola secara terpusat dan dibagi diantara rentang pengguna yang luas dengan kebutuhan yang sangat beragam. Sistem akuntansi seperti ini meliputi model-model :
·         Model Hierarkis. Didasarkan atas pemikiran mengenai suatu sistem informasi akuntansi – peristiwa  yang memungkinkan para pengguna untuk memberikan pertanyaan database.
·         Model jaringan. Didasarkan atas konsep akuntansi multidimensional yang disampaikan oleh Ijiri dan Charnes, Colantoni dan Cooper. Model ini menggunakan sebagai input database yang pada awalnya belum terstruktur dan kumpulan pertanyaan atau permintaan data untuk mengembangkan suatu struktur data hierarkis yang akan meminimalisasi jumlah catatan yang harus diakses untuk menjawab suatu rangkaian yang diminta.
·         Model relasional. Didasarkan pada teori matematis tentang relasi. Pada dasarnya suatu database suatu kumpulan relasi-relasi berbagai tingkatan yang memiliki perbedaan waktu.
·         Model hubungan entitas. Mengasumsikan bahwa suatu sistem akuntansi akan dapat dibuat modelnya secara paling alamiah dalam suatu lingkungan database yang berupa kumpulan entitas-entitas dunia nyata dan hubungan diantara entitas-entitas tersebut.
·         Model akuntansi REA adalah suatu penyajian hubungan entitas umum dari fenomena akuntansi dengan kompenen yang terdiri atas perangkat-perangkat yang mewakili sumber daya ekonomi, peristiwa ekonomi, dan agen-agen ekonomi.

5.         Evalusi atas Pendekatan Peristiwa
Pendekatan peristiwa menawarkan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Kelebihannya terutama adalah dalam bentuk usaha-usaha untuk memberikan informasi mengenai peristiwa ekonomi yang relevan yang mungkin bermanfaat bagi macam-macam model keputusan. Sebagai hasilnya akan terdapat lebih banyak informasi yang tersedia bagi para pengguna yang dapat menggunakan fungsi kegunaan untuk menentukan sifat dan tingkat agregrasi dari informasi yang diperlukan  dalam membuat keputusan. Kegunaan dari pendekatan peristiwa dapat bergantung pada satu atau lebih argumen dibawah ini:
a.                   Kegunaan dari pendekatan peristiwa mungkin bergantung pada keadaan psikologis  dari si pengambil keputusan.
b.                  Dapat terjadi kelebihan informasi dari usaha percobaan untuk mengukur karakteristik yang relevan dari seluruh peristiwa penting yang mempengaruhi perusahaan.
c.                   Kriteria yang memadai untuk pemilihan peristiwa yang penting belum dikembangkan.
d.                  Mengukur seluruh karakteristik dari suatu pendekatan peristiwa mungkin terbukti sulit untuk dilakukan, melihat kondisi seni akuntansi saat ini.

B.        PENDEKATAN PERILAKU
1.         Hakikat dari Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku pada formulasi teori akuntansi menekankan relevansi pengambilan keputusandari informasi yang dikomunikasikan (orientasi keputusan-komunikasi) dan perilaku individu dan kelompok yang ditimbulkan oleh komunikasi informasi (orientasi pengambil keputusan). Akuntansi diasumsikan berorientasi pada tindakan, tujuannya adalah untuk mempengaruhi tindakan secara langsung melalui muatan informasional dari pesan yang disampaikan dan secara tidak langsung melalui perilaku para akuntan.
Tujuan dari ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan dan meramalkan perilaku manusia, yaitu untuk menetapkan generalisasi dari perilaku manusia yang didukung oleh bukti empiris yang dikumpulkan dalam cara yang objektif oleh prosedur-prosedur yang sepenuhnya terbuka untuk ditinjau, ditiru, dan dapat diverifikasi oleh ilmuan-ilmuan lain yang berminat.
Tujuan mendasar dari akuntansi keperilakuan adalah untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku manusia disemua konteks akuntansi yang mungkin terjadi.

2.         Dampak Perilaku Dari Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi dilihat dari segi isi dan formatnya mungkin dapat memberikan dampak bagi masing-masing pengambilan keputusan. Maka dari itu, studi-studi penelitian diarea ini telah memeriksa model-model pelaporan dan praktik pengungkapan untuk menilai pilihan yang tersedia dilihat dari segi relevansi dan dampaknya pada perilaku.
Studi-studi ini dapat dibagi dalam lima kelompok umum, yaitu:
a.         Kecukupan pengungkapan.
Digunakan 3 pendekatan untuk menilai kecukupan pengungkapan yaitu:
·         menilai polayang berkaitan dengan dimasukkannya informasi tertentu.
·         menilai persepeksi dan sikap dari kelompok kepentingan yang berbeda
·         menilai sampai sejauh mana item-item informasi yang berbeda diungkap dalam laporan tahunan dan faktor tertentu dari perbedaan-perbedaan yang signifikan dalam kecukupan pengungkapan keuangan antar perusahaan.
b.         Kegunaan dari data laporan keuangan. Digunakan dua pendekatan untuk menilai kegunaan dari data laporan keuangan, yaitu:
·         menilai arti penting secara relatif dari analisis investasi item-item informasi yang berbeda baik untuk pengguna maupun pembuat informasi keuangan.
·         menilai relevansi dari laporan keuangan terhadap pengambilan keputusan dengan didasarkan pada komunikai laboratorium dari data laporan keuangan dari segi kemudahan untuk dibaca dan arti bagi pengguna secara umum
c.         Sikap dari praktik-praktik pelaporan perusahaan. Digunakan dua pendekatan untuk menilai sikap dari praktik-praktik pelaporan perusahaan.
·         menilai preferensi untuk teknik-teknik akuntansi alternatif
·         menilai sikap dari permasalahan pelaporan umum
d.         Pertimbangan materialitas. Digunakan dua pendekatan untuk menilai pertimbangan materialitas
·         menilai faktor-faktor utama yang menentukan pengumpulan, pengklasifikasian, dan perangkuman data akuntansi
·         berfokus pada item-item apa yang dianggap meterual oleh orang lain dan mencoba untuk menentukan tingkat perbedaan yang diminta dalam data akuntansi sebelum perbedaan tersebut dianggap ebagai material
e.         Berbagai dampak keputusan dari prosedur akuntansi alternatif. Terutama di dalam konteks penggunaan teknik-teknik persediaan yang berbeda, informasi tingkat harga, dan informasi non akuntansi.

3.         Dampak Linguistik dari Data Dan Teknik Akuntansi
Ada empat dalil yang diperkenalkan yang diperoleh dari paradigma relativitas linguistik yang bertujuan untuk secara konseptual mengintegrasikan temuan-temuan penelitian mengenai dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku penggunanya:
1)      Para pengguna yang membuat pembedaan leksikal tertentu dalam akuntansi akan mampu berbicara dan menyelesaikan masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh pengguna yang tidak membuat perbedaan tersebut.
2)      Para pengguna yang membuat perbedaan leksikal tertentu dalam akuntansi akan mampu melaksanakan tugas-tugas dengan lebih cepat.
3)      Para pengguna yang memiliki aturan akuntansi cenderung akan membedakan gaya dan penekanan manajerial daripada mereka yang tidak memilikinya.
4)      Teknik-teknik akuntansi dapat cenderung memfasilitasi atau menjadikan lebih sulit beragam perilaku-perilaku manajerial dari pihak pengguna.
Dalil-dalil diatas telah di uji dan diverifikasi secara empiris dalam dua studi yang menekankan pada dua arti dari pertimbangan-pertimbangan linguistik dalam penggunaan informasi akuntansi dan dalam pembuatan standar internasional.

4.         Fiksasi Fungsional Dan Data
Digunakan dalam akuntansi, mengusulkan bahwa dalam kondisi tertentu seorang pengambil keputusan mungkin tidak dapat menyesuaikan proses pengambilan keputusan terhadap suatu perubahan dalam proses akuntansi yang memberikan data yang mempengaruhinya.
Fiksasi fungsional diawali sebagai satu konsep dalam psikologi yang berasal dari investigasi mengenai dampak dari pengalaman masa lalu pada perilaku manusia.
Terdapat bermacam-macam konsep untuk hasil-hasil dari fiskal fungsional dalam akuntansi, yaitu:
·         Hipotesis pengondisian
·         Teori prospek dan hipotesis penyusunan
·         Keterlibatan ego yang pertama versus yang terbaru

5.         Sifat Induksi Informasi
Perilaku seorang individu dipengaruhi oleh informasi dalam dua cara, yaitu:
·         Melalui penggunaan informasi ketika bertindak sebagai seorang penerima
·         Melalui induksi informasi ketika bertindak sebagai seorang pengirim
Faktor waktu juga dapat mengatur induksi sebagai berikut:
a)      Komunikasi dari informasi yang pada kenyataannya merupakan penggambaran dari perilaku pengirimnyaatau di anggap seperti itu oleh pengirimnya.
b)      Konsekuensi-konsekuensi yang mencerminkan kemungkinan efek-efek timbal balikpada pengirim informasi akan sangat kondusif bagi induksi informasi
c)      Pengklasifikasian secara luas dampak-dampak timbal balik bagi pengirim informasi yang muncul dari:
·         evaluasi eksternal atas kinerja
·         regulasi dan pengendalian atas operasi
·         interaksi dengan keputusan-keputusan dari unit-unit keperilakuan yang lain
·         pengubahan-pengubahan yang terjadi pada seperangkat pilihan yang terbuka bagi pengirim informasi.

C.        PENDEKATAN PEMROSESAN INFORMASI MANUSIA
Pendekatan pemrosesan informasi manusia tumbuh dari adanya suatu keinginan untuk meningkatkan baik perangkat informasi yang disajikan kepada pengguna dari data keuangan maupun kemampuan dari pengguna untuk menggunakan informasi tersebut.
Terdapat tiga komponen utama dari model pemrosesan infoormasi, yaitu input, proses, dan output. Study dari perangkat input informasi berfokus pada variabel-variabel yang kemungkinan besar akan mempengaruhi bagaimana cara seseorang memroses informasi untuk pengambilan keputusan.
Variabel-variabel yang dilihat adalah:
·         karakteristik skala dari masing-masing isyarat (tingkat pengukuran, diskret atau kontinu, deterministik atau probabilistik).
·         sifat-sifat statistikal dari perangkat informasi (jumlah isyarat, karakteristik distribusional, hubungan antar isyarat, dimensionalitas yang mendasari.
·         muatan informasional atau signifikansi prediktif (bias, dapat di andalkan atau bentuk dari hubungan dengan kriteria).
·         metode penyajian (format, ukuran, tingkat agregasi).
·         konteks (kondisi pandangan secara fisik, instruksi, karateristik tugas dan umpan balik)
Studi-studi mengenai komponen proses berfokus pada variabel-variabel yang mempengrauhi pengambilan keputusan seperti:
·         karakteristik dari pertimbangan
·         karakteristik dati aturan-aturan keputusan
Studi-studi mengenai komponen output berfokus pada variabel yang berhubungan dengan pertimbangan, peramalan atau keputusan yang kemungkinan besar akan mempengaruhi cara pengguna mempross informasi.
Variabel variabel tersebut meliputi:
a)      mutu dari pertimbangan
b)      wawasan dari (penggunaa isyarat subjektif, kualitas keputusan yang diterima, dan persepeksi dari karakteristik perangkat informasi)
Perbedaan penekanan pada ketiga komponen dari model pemrosesan informasi mengarah pada penggunaan empat pendekatan yang berbeda, yaitu
1.                     Pendekatan model lensa. pendekatan model lensa memungkinkan adanya pengakuan secara eksplisit atau saling ketergantungan antara variabel-variabel lingkungan dan spesifik individu. Model lensa digunakan untuk menilai situasi-situasi pertimbangan manusia dimana seseorang membuat pertimbangan berdasarkan atas seperangkat isyarat yang eksplisit dari lingkungan. Odel ini menekankan kesamaan antara lingkungan dan respons dari subjek.
Berbagai jenis masalah keputusan akuntansi yang telah dilihat dengan menggunakan model lensa, antara lain:
·         studi-studi pencatatan kebijakan, yang melihat arti penting secara relatif dari isyarat-isyarat yang berbeda dalam proses pertimbangan dan konsensus diantara para pengambil keputusan.
·         keakuratan dari pertimbangan yang dibuat dengan basis isyarat-isyaratakuntansi.
·         dampak dari karakteristik pekerjaan terhadap pencapaian dan pembelajaran

2.         Pertimbangan Probabilistik
Pertimbangan probabilistik yang dikenal sebagai pendekatan Bayesian, pertama berfokus pada suatu perbandingan antara pertimbangan-pertimbangan probabilitas intuitif dengan model normatif. Penelitian mengenai ditinggalkannya perilaku pengambilan keputusan secara normatifberfokus pada heuritis dan bias-bias yang pada dasarnya adalah kepresentatifan dalam pengauditan, penyandaran dalam pengauditan, penyandara dalam pengendalian manajemen, dan penyandaran dalam analisis keuangan dan pada kemampuan dari pengambilan keputusan untuk melaksanakan perannya sebagai evaluator informasi.
3.         Perilaku Prakeputusan
Perilaku prakeputusan umumnya diuji dengan menggunakan metode pelacakan proses. Metode ini telah mengalami evolusi dari teori tentang pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Newell dan Simon, yang berpendapat bahwa manusia memiliki ingatan jangka pendek dengan kapasitas yang terbatas dan ingatan jangka panjang yang sepertinya tidak terbatas.
Pelacak-pelacak proses cenderung mengandalkan empat metoda dibawah ini :
      Pergerakan mata
      Perilaku pencarian informasi
      Penyertaan isyarat informasi atau waktu respons
      Protokol introspektif verbal
Melihat potensi kewajaran dari strategi pengodean protokol verbal yang diterapkan oleh para peneliti, payne mengusulkan penggunaan etode pengumpulan data tambahan lainnya sehingga hasil dari beberapa motode tersebut dapat saling diperbandingkan untuk menentukan konvergensi mereka. Joyce dan Libby menambahkan kelemahan-kelemahan berikut:
·      Sangat banyaknya jumlah kumpulan data dari studi-studi seperti itu yang membatasi jumlah subjek yang dapat dipelajari.
·      Kurangnya teknik-teknik pengodean sasaran.
4.         Pendekatan Gaya Kognitif
Pendekatan gaya kognitif berfokus pada variabel-variabel yang kemungkinan besar akan memberikan sebuah dampak pada kualitas dari pertimbangan yang dibuat oleh para pengambil keputusan.
Gaya kognitif adalah adalah sebuah gagasan hipotetis yang digunakan untuk menjelaskan proses mediasi yang terjadi antara stimuli dan respons.
Ada lima pendekatan yang diketahui dari studi mengenai gaya kognitif dalam psikologi, antara lain:
·         Otoriterianisme
·         Dogmatisme
·         Kompleksitas kognitif
·         Kompleksitas integratif
·         Ketergantungan pada bidang
5.         Relativisme Kognitif Dalam Akuntansi
Revolusi kognitif dalam psikologi sosial telah menciptakan adanya suatu perhatian yang kuat tentang struktur ilmu pengetahuan mengenai ingatan pada umumnya, dan bagaimana seseorang belajar pada khususnya.
6.         Relativisme Kultural Dalam Akuntansi
Relativisme kultural mengendalikan bahwa kebudayaan membentuk fungsi kognitif dari individu-individu yang berhadapan dengan suatu fenomena akuntansi atau audit.
Terdapat bermacam-macam konsep mengenai kebudayaan dalam antropologi yang menunjukkan adanya tema yang berbeda-beda dalam penelitian akuntansi.
a)      Mengikuti fungsionalisme Malinowski
b)      Mengikuti fungsionalisme struktural radcliffe-Brown
c)      Mengikuti ilmu etnik Goodenough
d)     Mengikuti antropologi simbolis Geertz
e)      Mengikuti strukturalisme Levi-Strauss.
Diterapkan pada akuntansi, kebudayaan dapat dipandang sebagai medium akuntansi. Kebudayaan pada intinya menentukan proses pertimbangan/keputusan dalam akuntansi. Model mengendalikan kebudayaan melalui komponen-komponen, elemen-elemen dan dimensi-dimensi, menentukan struktur organisasional yang dipergunakan, perilaku mikro-organisasional, dan fungsi kognitif dari individu sedemikian rupa sehingga pada akhirnya memengaruhi proses pertimbangan/keputusan mereka ketika mereka berhadapan dengan suatu fenomena akuntansi dan/atau audit.

D.        EVALUASI ATAS PENDEKATAN PERILAKU
Kebanyakan penelitian akuntansi keperilakuan yang telah dibahas di bagian-bagian sebelumnya telah mencoba untuk menetapkan generalisasi mengenai perilaku manusia sehubungan dengan informasi akuntansi. Sasaran implisit dari seluruh studi ini adalah untuk mengembangkan dan memverifikasi hipotesis-hipotesis perilaku yang relevan bagi hipotesis-hipotesis teori akuntansi mengenai kecukupan pengungkapan, kegunaan data laporan keuangan, sikap mengenai praktik-praktik pelaporan perusahaan, pertimbangan materialitas, dampak-dampak keputusan dari prosedur akuntansi alternatif, dan komponen-komponen dari suatu model pemrosesan informasi (input, proses, dan output).
Akan tetapi sasaran implisit ini belum tercapai karena kebanyakan penelitian eksperimentak dan survei dalam perilaku akuntansi menderita kekurangtegasan teoretis dan metodologis.



 

a drop of happiness Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review